F.A.D 14

53 16 6
                                    

Hollaaa!!
Don't forget to ⭐ and 💬
Happy reading 🌻

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Moza sudah meninggalkan kawasan Gultafuri setelah berpamitan dengan Haigan, walau anak itu belum begitu paham untuk apa Moza datang kerumahnya lagi. Satu yang Haigan tau, ia nyaman berada di dekat alpha dewasa itu.

Kini Moza disambut oleh pekikan gemas dari Zaleo, baru saja ia sampai di kediaman yang keluarganya tinggali. Moza melirik kebawah melihat Zaleo sedang memeluk kakinya lalu menatap berbinar ke arahnya.

Tangan Moza terulur mengacak surai anaknya pelan "Ibuu dari mana saja? Aku ingin bercerita banyak hal." mendengar keinginan Zaleo membuat Moza mengembangkan senyumnya.

Zaleo memang sudah fasih berbicara huruf 'r' dan kalimat yang dibuatnya mudah dimengerti.

"Kemari hmm? Apa yang ingin kau ceritakan?" Moza meraih Zaleo lalu menggendongnya menuju ruang keluarga.

Anak itu berceloteh panjang lebar tentang kesehariannya yang mulai di isi dengan latihan-latihan dasar pertahanan diri oleh alpha Amar tangan kanan kakeknya.

"Hebat, anak ibu hebat." Moza memberikan pujian untuk Zaleo, ia cukup bangga dengan perkembangan anak pertamanya itu.

Lio datang menghampiri ibu dan anak itu sembari membawa nampan berisi buah-buahan segar yang sudah di potong di tangannya.

"Seru sekali, tidakkah kalian ingin mengajak mama mengobrol juga?" Lio mendudukan dirinya di dekat Zaleo.

Zaleo mengambil potongan buah semangka lalu menjawab "Tidakk, mama tidak di ajak wleee." melihat Zaleo yang menjahili Lio dan reaksi Lio yang cemberut membuat Moza tak bisa untuk tidak meluncurkan tawanya.

"Mama kapan adik lahir? Aku tidak sabar memiliki adik." pertanyaan Zaleo mengingatkan Moza pada Haigan, bukankah hitungannya Haigan itu adik Zaleo?

"Sabar ya sayang, adik masih kecil. Nanti kalau sudah waktunya, baru adik akan lahir." Lio menjawab seraya mengusap-usap perutnya yang sudah membesar dari luar baju.

"Zaleo benar-benar ingin adik sekarang?" Zaleo berbalik arah menatap Moza dengan cepat, matanya berbinar seakan menunjukkan ia benar-benar sudah tidak sabar menunggu lagi.

"Iya!! Nanti mau ku ajak dia bermain bersama di halaman dan berlatih bersama bu." Lio menggelengkan kepalanya tanda tak habis pikir, anaknya begitu bersemangat.

Suara teriakan penuh amarah menggema di kediaman pemimpin klan Jiriyah, itu suara sang pemimpin klan, alpha Zenuel.

Suara yang terdengar sangat amat marah dan terdengar benturan keras itu membuat Zaleo takut dan membuat Moza serta Lio bingung. Apa yang terjadi?

"Pergilah ke kamar, aku akan memeriksanya." Lio menurut dan membawa Zaleo pergi ke kamar.

Moza dengan langkah tegas menghampiri sumber suara, alangkah terkejutnya ia saat melihat saudara kandung yang telah menghancurkan hidupnya bersujud di bawah kaki ayahnya.

Saudara kandung, sosok kakak, serta pelindung yang telah lama menghilang kini memunculkan kembali batang hidungnya.

Amarah Moza yang selama ini hanya mampu ia pendam menyeruak keluar tanpa bisa ia kendalikan. Dengan langkah pasti Moza menghampiri sosok kakak yang sedang berlutut di kaki alpha Zenuel, ia cengkram kerah baju alpha Elzaima yang sudah tampak lusuh karena perkelahian antara ayah dan anak itu sebelumnya.

Moza menarik kasar kerah baju kakaknya lalu memberikan pukulan keras pada rahang alpha Elza.

"Beraninya." satu pukulan lolos membuat wajah alpha itu tertoleh ke samping.

"Kau." pukulan kedua pun lolos, sudut bibir alpha Elza pecah.

"Menginjakan." pukulan ketiga lolos, semakin lama pukulan Moza semakin kencang.

"Kakimu." pukulan keempat belum juga memuaskan rasa kesal, kecewa, dan marah sang adik.

"Disini kaparat." pukulan terakhir membuat alpha Elza memuntahkan darah dari mulutnya serta hidungnya.

Moza mendorong alpha Elza sampai alpha itu tersungkur ke lantai. Luna Morra datang untuk melerai perkelahian antara suami dan anak-anaknya "Hentikan!! Apa kalian ingin saling membunuh?! Bicarakan baik-baik!" Luna Morra menghampiri anak sulungnya lalu memapahnya untuk duduk di sofa ruang tamu.

Semua pekerja yang ada di rumah itu menjauhi lokasi kejadian, feromone pahit ayah dan anak-anaknya itu saling bertabrakan saling mendominasi untuk membuktikan siapa yang terkuat.

Alpha Nezaima pun datang dengan peluh membasahi dahi, sepertinya ia terburu-buru untuk sampai ke rumah ini setelah mendengar kabar bahwa ayah, kakak dan adiknya berkelahi.

Semua duduk tenang dengan emosi masing-masing, Luna Morra menengahi "Kemana saja kau selama ini? Tidakkah kau tau, jika kau hampir membuat nama klanmu sendiri hancur Elza?" tatapan Luna Morra mengarah ke arah anak sulungnya itu.

Semua menunggu jawaban dari Elza, tolong doakan jika jawaban alpha itu akan memuaskan semua keluarganya. Karena jika tidak, mungkin alpha sulung itu akan sulit untuk diterima di keluarga ini lagi.

Elza mengangkat pandangannya, ia memandang semua keluarga intinya. Tapi tatapannya jatuh kepada Moza, adik bungsunya.

"Aku tau semuanya, ada hal yang tidak bisa ku ceritakan bunda. Tapi aku ingin memperbaiki semuanya, terutama dengan mengambil alih apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabku." amarah Moza meradang melihat jika kakaknya itu menatap dirinya, sepertinya ia tau apa yang ingin diambil alih oleh alpha sialan itu.

"Apa maksudmu? Jangan membuatku lebih marah dari ini Elza." tanya alpha Zenuel, matanya memicing tajam ke arah Elza.

"Jangan bilang–" ucapan alpha Neza terpotong oleh pernyataan dari alpha Elza.

"Aku akan mengambil omega serta anak kandungku." ucapan tanpa beban itu sukses membuat Moza bangkit dan berniat meluncurkan kepalan tangannya lagi ke arah Elza.

Tapi ditahan oleh Neza "Tenang dulu, kita dengar dulu apa mau bajingan itu." bisik Neza kepada Moza, kemudian Moza duduk kembali ke tempatnya.

"Apa kau sadar dengan ucapanmu? Tidakkah kau merasa ada yang salah?" tanya alpha Zenuel, ia cukup jengkel dengan anak sulungnya yang ia kira sudah tiada dan tiba-tiba datang dalam keadaan sehat total.

"Tidak ayah. Sejak awal Lio dan Leo adalah milikku." kalimat itu membuat omega yang baru menyusul ke ruang tamu itu seakan tersambar petir.

Lio meluruh kebawah, tubuhnya bergetar hebat melihat alpha yang membuatnya trauma. Melihat Lio jatuh, alpha Elza berlari menghampiri Lio. Namun saat Elza ingin menyentuh Lio, suara Moza menginterupsi "Sentuh, maka kau tidak akan ku pandang sebagai kakakku lagi." gerakan Elza terhenti.

Moza menghampiri Lio dan merengkuh Lio dalam dekapannya, ia menyembunyikan Lio di belakang tubuhnya. Moza menyadari tatapan kakaknya itu terus menatap kearah perut Lio yang membesar. Ah rupanya alpha itu baru menyadarinya?

"Lupakan niatmu untuk mengambil apa yang sudah menjadi milikku. Lio omegaku dan Zaleo anakku, aku rasa kau juga tidak buta untuk melihat anakku yang sedang dikandung Lio?" senyum sinis tampil di wajah rupawan Moza, memberi kesan sombong ke arah alpha yang telah menyia-nyiakan Lio.

Kini gantian Elza yang menyunggingkan senyum sinisnya "Aku rasa kau tidak akan mampu mengurus dua omega serta tiga anak sekaligus adikku?"

Moza terlihat kaget dengan ucapan Elza, bagaimana kakaknya itu tau jika dirinya memiliki anak dari omega lain?

Semua menatap menuntut ke arah Moza, termasuk Lio yang tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Tolong katakan bahwa yang Lio dengar barusan adalah mimpi, karena jika itu benar ia tidak tau harus melanjutkan hidupnya atau tidak.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Masalah berdatangan terus menerus, yakin masih mau melimpahkan kekesalan sama Moza?

_RIUSGURL_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Female Alpha DominanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang