⚠️ F.A.D 16 ⚠️

281 20 5
                                    

INGAT YANG USIANYA DIBAWAH 20 TAHUN HAPUS CERITA INI SEKARANG, DOSA TIDAK DITANGGUNG PENULIS 🙏

Happy reading 🌹🌹

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Pagi yang cerah ini tampak serupa dengan cerahnya senyum Haigan saat menatap kagum kearah ibunya, Moza. Moza sedang memperlihatkan kebolehannya dalam memanah di halaman belakang rumah, tujuan Moza mengajak Haigan adalah untuk melatih anaknya itu.

Moza berpikir bahwa Haigan sudah terlalu jauh tertinggal oleh kemampuan Zaleo, tak ada yang melatihnya disini. Itu membuat Moza membulatkan niatnya untuk turun langsung melatih, ini pertama kalinya ia melatih seseorang.

Biasanya Moza tidak perlu turun langsung untuk melatih para ksatria di klan Jiriyah, sudah ada alpha Amar yang mengkoordinir lapangan latihan.

Beruntungnya Haigan jika ia tau bahwa dirinyalah yang pertama kali merasakan dilatih oleh Moza, bahkan Zaleo pun tak pernah alpha itu latih.

Nala menatap alpha Moza tanpa berkedip, wajahnya benar-benar menggambarkan betapa ia sangat mengagumi Moza.

Renka yang melihat wajah bodoh Nala pun berdecak, kemudian meraup wajah Nala yang disambut respon kesal si empunya karena merasa terganggu.

"Sadarlah, alpha Moza membuatmu menjalani hari-hari yang berat. Jangan mudah menerimanya, walau ragamu bergetar menginginkannya." Nala mengalihkan pandangannya ke arah Renka, kemudian mencebikkan bibirnya.

"Renka aku bingung, apakah aku benar-benar harus tinggal bersama omega lain dari alpha Moza?" Renka menatap balik manik mata yang sejatinya menyimpan banyak luka.

"Jangan gila. Kau bodoh jika mau-mau saja diduakan." Nala mengangguk- anggukan kepalanya namun seperkian detik menggelengkan kepalanya.

"Tapi bagaimana jika Moza menarik tawaran itu jika aku menolak terus? Bagaimana nasib Haigan yang sudah tampak nyaman dengan ibunya?" banyak pertanyaan yang terus bermunculan di otak Nala dan ia tak bisa mengabaikannya.

"Berarti alpha Jiriyah itu tak serius menginginkan kalian berdua." jawaban yang terasa fakta itu membuat Nala tak ingin mendengarnya lebih jauh, netranya menatap kedepan kearah ibu dan anak yang tersenyum bersama dibawah mentari pagi.

"Good boy. Kau belajar dengan cepat." pujian Moza membuat Haigan senang tentunya. Tak sia-sia ia sedari awal memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat ibunya mengajari.

Tepukan pelan di kepala Haigan sontak terhenti saat pendengaran alpha itu mendengar celetukan Haigan "Ibu hebat, aku bangga memiliki olangtua sepelti ibu!!" Moza mematung, sejak kapan Haigan tau jika ia adalah ibunya?

Melihat ibunya tak bereaksi membuat Haigan menarik ujung baju yang dikenakan Moza "Apa ibu baik-baik saja?" Moza tersadar dan menatap balik Haigan, alpha itu merendahkan badannya untuk sejajar dengan anaknya.

"Aku baik-baik saja. Darimana kau berfikir jika aku ini ibumu?" Haigan dengan santai menjawab 'dari bunda'.

Sontak Moza memfokuskan matanya untuk melihat Nala serta Renka yang sedang berbincang di teras belakang rumah seraya menatap kearahnya.

Senyum kecil muncul di bibir Moza, rupanya Nala sudah menjelaskan semuanya kepada Haigan. Awalnya Moza khawatir Haigan akan membencinya karena tak pernah hadir di hidup anak itu sejak awal.

Tetapi sekarang Moza bisa berhadapan langsung dengan Haigan yang mengakuinya sebagai orangtuanya.

"Mau ibu gendong belakang? Latihan sudah cukup untuk hari ini boy." tawaran Moza tentu disambut pekikan senang dari Haigan.

Female Alpha DominanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang