⚠️ F.A.D 13 ⚠️

322 26 6
                                    

Beri cerita ini feedback dengan vote dan komentar🔥
Happy reading 🥀

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Dimalam yang sunyi ini dua pasang mata saling menatap dalam jarak satu meja bundar, mereka duduk saling berhadapan dengan pemandangan pepohonan di halaman belakang rumah.

Tak lupa suara-suara serangga malam yang saling bersahutan membuat suasana canggung Nala semakin bertambah. Berbeda dengan Moza yang menatap santai ke arah omega yang tampak sulit untuk mengeluarkan suaranya sedari tadi.

"Jadi?" suara yang terdengar menuntut itu membuat Nala menundukkan kepalanya seraya memainkan ujung bajunya.

Nala sudah memastikan semua orang tertidur sebelum ia mengajak Moza berbicara empat mata. Jangan salahkan Nala saat ia mengambil jalan dengan memberi obat tidur dosis rendah kepada semua penghuni yang tinggal di rumah ini.

Nala tidak mau ada mata yang melihat serta telinga yang mendengar percakapan serius diantara dirinya dan alpha Moza.

Kini pandangan mata Nala naik menatap mata Moza, dengan satu tarikan nafas ia mengeluarkan kalimat yang membuat alpha dewasa itu terdiam membisu.

"Haigan anak kandungmu dariku." tak kunjung mendapat respon membuat Nala tak bisa menahan kesedihannya, Nala menangis dalam diam.

Moza tersadar dari lamunannya, ia tidak terkejut saat tau Haigan anak kandungnya tapi yang tidak ia sangka bunda dari Haigan adalah Nala. Hal itu masih sulit untuk Moza terima.

Moza melihat Nala yang menundukan kepalanya, ia tau Nala menangis di lihat dari bahunya yang sedikit bergetar. Moza menghela nafas pelan lalu beranjak mendekati Nala dan memeluknya, menepuk pelan punggung sempit milik omega dalam rengkuhannya.

"Rupanya dia hasil dari kesalahanmu empat tahun yang lalu Nala. Andai kau menuruti kata-kataku saat itu, anak sekecil dia tidak akan kesepian di tempat ini." Nala tau, sangat tau jika semua adalah salahnya. Haigan korban keegoisan Nala terhadap cintanya pada Moza.

"A-aku tau, hiks m-maafkan aku Moza. Jika kau tidak mau m-menerimanya, tolong jangan p-pernah muncul lagi di hadapannya." kalimat pernyataan yang terbata-bata itu membuat Moza menyentak Nala, melepaskan pelukan mereka dengan kasar.

"Haigan milikku, anakku." nada datar dan tak terbantahkan itu membuat Nala meringkuk takut, feromone pahit Moza menjelaskan jika alpha itu sedang sangat marah.

"T-tolong jangan pisahkan aku dari anakku." Nala meluruh ke lantai, kakinya tak lagi memiliki tenaga untuk menopang tubuhnya.

Moza terkejut saat Nala jatuh di hadapannya, tepat di bawah kakinya "Hei! Jangan bersikap menyedihkan, aku tidak akan memisahkan kalian."

Moza berjongkok di hadapan Nala lalu meraih dagu Nala untuk membuat omega itu menatapnya. Nala berkata lirih namun masih bisa di dengar Moza "Benarkah?" Moza mengangguk dengan mantap.

"Ayo duduk, ceritakan semuanya. Bagaimana awalnya dan kenapa kau bisa tinggal di daerah seperti ini." kemudian Moza membantu Nala untuk duduk di kursi.

Mengalirlah seluruh cerita rangkaian jalan hidup yang Nala jalani dari awal ia dinyatakan hamil, kemarahan ayahnya, serta hukuman perasingan ini, juga pertanyaan-pertanyaan sederhana dari Haigan yang tak mampu Nala jawab.

Tangan Moza mengepal, ia tak bisa menahan diri untuk tidak marah. Ternyata perginya Nala dari hidupnya tak lain dan tak bukan adalah karena dirinya menghamili omega itu.

Membuat Nala dan anaknya hidup sesulit ini tanpa bantuan dari siapa-siapa, rupanya Moza telah menghancurkan hidup seorang omega tanpa ia sadari.

Tentunya Moza masih punya hati untuk bertanggung jawab atas hadirnya Haigan, bagaimanapun darah yang mengalir deras di tubuh Haigan adalah darahnya, darah klan Jiriyah.

Female Alpha DominanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang