BAB 25

2.2K 88 2
                                    

Sejak pekan lalu, Narsilla sudah mengikuti kelas memasak. Ia mengambil jadwal setiap sabtu.

Biasanya dimulai pukul enam hingga delapan.

Durasi dua jam hanya untuk teori, jika praktek lansung, maka waktunya akan lebih lama.

Kemarin, dirinya mendapatkan bagian membuat hidangan eropa yakni pasta. Cukup komplek untuk dimasak, namun akhirnya bisa selesai.

Narsilla pun masih penasaran akan rasanya yang masih kurang enak menurutnya, ia memutuskan mencoba kembali di rumah dengan resep sama.

Sejak pagi, tepatnya pukul sembilan pagi, sudah mulai mulai berkutat di dapur. Untung semua bahan telah lengkap, jadi hanya fokus memasak.

Diikuti satu demi satu tahapan dengan saksama karena tak mau sampai salah membuat. Tentu ia ingin juga menghasilkan pasta yang sempurna.

Baik dari segi rasa, kualitas, dan tekstur.

Dengan begitu, tidak akan sia-sia tenaga serta waktu yang sudah dihabiskan guna mengikuti kelas memasak, sekalipun tak menjadi chef.

Setidaknya nanti setelah menikah, ia bisa lihai membuat makanan apa pun untuk Pramuda.

Ngomong-ngomong soal pria itu, sore ini telah diminta sang dosen tampan untuk datang. Akan diajak makan malam bersama, tentu saja.

Selain pasta, Narsilla juga membuat makaroni panggang dan dua hidangan eropa lainnya.

Benar, tema menu kali ini adalah western.

Walau sebelumnya jarang membuat, bahkan ada yang baru perdana dimasak, namun karena telah berbekal resep dari chef master, maka Narsilla yakin tak akan gagal dengan semua masakannya.

Sudah dicicipi beberapa kali. Rasanya aman dan terkendali. Yang terpenting tidak sakit perut.

Tentunya, ia menghindari menyediakan makanan tak enak untuk sang kekasih. Harus bisa dibuat pria itu terkesima dengan hasil masakannya.

Jika sukses sesuai misi, maka upayanya tak akan sia-sia. Dan semoga saja, dapat menambah poin positif penilaian Pramuda pada dirinya.

Siapa yang tak ingin membahagiakan pasangan? Narsilla sangat ingin melakukannya. Ia harus bisa jadi kekasih sekaligus calon istri sempurna.

Dalam artian, semua harapan dimiliki Pramuda dapat dipenuhi, tentu yang sifatnya realistis juga.

Ting tong!

Ting tong!

Baru saja pria itu membayang di dalam benak, ia sudah kedatangan sosoknya secara langsung.

Debaran jantung mengencang mendadak, seperti sudah dalam setelan wajib. Akan selalu begini, manakala berhadapan dengan Pramuda.

Narsilla lekas bergegas ke pintu, tak akan mau membiarkan sang kekasih lama menunggu di luar. Tak lupa penampilan diperhatikan dulu.

Sebagai wanita, ia jelas ingin tampil yang rapi di depan kekasih hatinya, walau tanpa riasan.

Minimal rambut tidak acak-acakan dan pakaian yang dikenakan tak berantakan. Bau badan pun tak boleh menunjukkan aroma bahan masakan.

Setelah menyemprotkan parfum secara kilat, ia baru benar-benar siap menyambut Pramuda.

Semakin dekat dengan pintua, degupan jantung kian tak kendali. Memengaruhi pula kecepatan kaki berjalan, tapi tak berhenti melangkah.

Cklek.

Setelah kunci diputar, daun pintu pun membuka. Sengaja ditarik semua agar dapat melihat sosok Pramuda dan memberi ruang pria itu masuk.

"Hai, Sayang."

Telinga mendengar sapaan lembut Pramuda. Ia juga disuguhkan senyuman yang manis.

Lalu, didapatkan pelukan dari sang kekasih.

Rasanyan selalu nyaman dalam rengkuhan pria yang akhir-akhir ini telah memikat hatinya.

"Kangen kamu."

Tidak hanya ungkapan rindu dengan perasaan yang menggebu, tapi ditunjukkannya pula lewat sebuah kecupan manis di bagian kehing.

Berlangsung seperkian detik saja.

Lalu, diserahkan hadiah yang dibawa. Dan tentu saja, Narsilla segera menerimanya.

"Makasih banyak, Pram."

"Nggak gratis, ya, Silla, aku harus dapat imbalan untuk bunga yang aku kasih."

"Kamu mau hadiah apa, Pram?"

Prajmud menunjuk salah satu pipinya.

Cup!

Cinta Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang