BAB 27

3K 76 2
                                    


"Enak banget biskuitnya, pantas Yansia suka."

Pramuda berceloteh riang dengan senyum yang lebar, tentu masih sambil mengunyah santai.

Sedangkan, sang keponakan, Yansia Adyatama Djaya, memandangnya dalam raut cemburu.

Bocah perempuan manis berusia dua tahun itu tengah sebal karena sang paman memakan jajan kesukaannya, sehingga berkurang satu.

"Enak banget, mau minta lagi."

Yansia yang mendengar ocehan pamannya, lekas menunjukkan penolakan dengan gelengan. Lalu, disembunyikan kotak jajan di belakang tubuh.

"Om minta lagi, Yansia."

Kembali gelengan-gelengan kepala dilakukan si bayi manis sambil memamerkan ekspresi galak. Tak akan mau diberikan biskuit ke sang paman.

"Om minta, Yansia Cantik."

"Jeyek!"

"Jeyekkk!"

"Yansia bilang apa? Om ganteng?" Pramuda pun dengan nada yang santai menanggapi ejekan dari keponakan manisnya yang berusia dua tahun.

"Jeyekkk!"

"Ganteng, Yansia. Om ganteng."

"Jeyekkk!"

"Om ganteng." Pramuda memperlebar senyuma, saat merasa lucu dengan ekspresi galak Yansia.

"Jeyekk!"

Kekehan tawa pun dikeluarkan Pramuda. Siapa tak merasa gemas akan tingkah batita berusia dua tahun yang tengah sebal dengannya.

Oh, tentu akan semakin diguyoni Yansia.

"Om nggak jelek. Om ganteng."

"Jeyekkk!"

"Jeyeeekkk!"

"Huueee!"

Selain berseru begitu kencang, keponakannya yang manis pun sudah merengek. Yansia pasti merasa jengkel karena dirinya melontarkan jenis balasan yang tak disukai oleh batita itu.

Dan tangisan sarat kejengkelan sang keponakan pun didengar oleh istrinya. Narsilla lekas datang ke ruang tamu sambil membawa nampan.

Berisi beberapa gelas jus dan piring camilan.

"Ada apa ini?"

"Yansia kenapa menangis?"

"Nteeee!"

Rengekan Yansia semakin mengeras. Buah hati saudarinya itu pun minta digendong sang istri.

Baiklah, ia pasti akan kena marah Narsilla. Dari cara menatapnya saja, wanita itu sudah mendelik cukup lebar. Sebentar lagi pasti mengomel.

Dan rengekan sang keponakan pun sudah tidak terdengar lagi, setelah digendong istrinya. Justru tawa cekikikan diloloskan batita manis itu.

Yansia sudah pasti nyaman bersama Narsilla.

"Tante punya kue, mau?"

"Maauuuhh!"

Lihatlah keponakan cantiknya begitu semangat dan senang menjawab, senyum terpamer lebar.

Tawa Yansia lalu keluar saat diberikan camilan basah yang ada di atas piring. Tentu batita itu langsung mengambil dan berucap terima kasih.

Menggemaskan memang tingkah keponakannya.

"Yansia cantik." Pramuda bersiul menyapa sang keponakan yang tiba-tiba anteng dengan cepat.

Harus didapatkan lagi perhatian Yansia.

"Yansiaaaa!" seruan dikeluarkan lebih kencang

Sang keponakan segera menoleh padanya, kali ini dengan ekspresi yang kembali sebal.

"Oum jeyek!"

"Om ganteng, Yansia."

Sang istri tambah mendelik, nyaris pula ingin mendekat dan mencubit dirinya. Namun dengan cepat ia bisa menghindar dari aksi Narsilla.

"Kenapa bisa nangis?"

"Cuma minta satu biskuitnya, Sayang." Tentu saja diluncurkan pengakuan secara blak-blakan.

Dan sang istri malahan semakin memelotot. Tapi ia tak akan merasa takut, justru menikmati raut wajah Narsilla yang galak, menggemaskan.

Mirip seperti keponakan manisnya.

"Minta satu biskuit, sampai Yansia nangis?"

Pertanyaan sang istri seakan ingin memastikan sekali lagi. Lantas, ia tunjukkan anggukan guna mengiyakan apa yang diguna oleh Narsilla.

"Ada sisa di kulkas, punya Yansia diambil."

"Suka sekali kalau keponakannya rewel."

Ayolah, sang suami malahan menyengir dalam menanggapi celetuk-celetukannya, sama sekali tak ada rasa takut karena pelototan marahnya.

"Mau dihukum, Pak Dosen?" Narsilla pun harus mengeluarkan kalimat pamungkasnya.

Dan sang suami sudah tahu apa maksudnya. Jadi ia tak perlu menerangkan panjang lebar tentang hukuman yang akan diberlakukan.

"Maaf, Sayang, maaf."

"Bukan ke aku minta maafnya, rayu dulu Yansia biar mau digendong Om Pram lagi."

Ucapan sang istri tentu akan dilakukan, ia tidak mau sampai harus tidur di luar kamar. Jadi titah Narsilla mesti dituruti, bagaimana pun caranya.

Benar, harus didapatkan kembali perhatian sang keponakan, lalu mengajak Yansia bermain.

"Ke taman belakang lihat ikan yuk, Anak Manis. Om punya ikan-ikan gendut di kolam."

"Gahhh mauuhh!"

"Om Jeyek! Gahh mauuhh!"


Cinta Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang