"Minggu depan, saya akan adakan kuis. Jadi persiapkan diri kalian dengan baik."
"Nilai B, tetap akan mengulang kuis tambahan."
"Siap, Pak Dosen."
Tanggapan dengan seruan semangat, hanyalah diluncurkan sebagian kecil muridnya. Mungkin sebatas sepuluh orang dari tiga puluh yang ada.
Sisanya malah sibuk sendiri. Namun, ia yakin semua muridnya sudah mendengar dengan amat jelas seluruh pesan yang disampaikan.
"Kelas akan saya akhiri."
"Sampai jumpa minggu depan."
Tepat setelah dirinya selesai, dua per tiga murid langsung berhamburan keluar dari ruang kelas.
Mereka memang sudah menunggu sejak tadi.
Hanya beberapa yang masih di dalam. Dan tentu saja termasuk ketiga mahasiswi obsesifnya.
Pramuda tahu dirinya akan ditunggu. Ia pun tak berniat meladeni mereka, setelah kejadian tempo hari. Ingin ditunjukkan nyata jika dirinya masih merasa marah dengan perbuatan mereka.
Dan ketika salah satunya mendekat ke bangku dosen, Pramuda segera saja bangkit dari kursi yang tengah ditempati, lalu akan keluar.
Namun sebelum dilakukan, ia pun disodorkan ponsel yang memerlihatkan foto Narsilla dan seorang pria, keduanya tengah makan bersama.
Karena insting menyerukan potret tersebut tidak benar, penggalian kebenaran harus dilakukan.
"Pak Dosen harus lihat ini, kita susah dapatnya."
"Pak Dosen pasti akan kaget, kami saja kaget."
"Pak Dosen, apa tahu kalau se-"
Pramuda segera menaruh jari telunjuk di depan mulut, memberi isyarat pada para mahasiswinya agar berhenti berceloteh yang menyebalkan.
Tentu, mereka menurut akan perintahnya.
Baru kemudian, atensi semakin dibuat intens ke layar ponsel salah satu mahasiswinya. Dilihat dengan saksama pemutaran video dilakukan.
"Apa maksudnya ini, Sari?" Pramuda putuskan bertanya pada mahasiswinya yang punya ponsel.
Setelah mendapatkan informasi menurut versi para mahasiswinya, baru dihubunginya Narsilla untuk mendengarkan penjelasan wanita itu.
"Itu pacar, Pak Dosen, kan?"
"Kenapa dengan dia?" Pramuda membalikkan saja pertanyaan agar tak perlu menjawab.
Sungguh, ia sedang malas berbasa-basi. Sudah cukup lelah mengajar beberapa jam dari siang.
"Itu pacar Pak Dosen lagi sama cowok lain."
Jawaban dilontarkan oleh Sari Sinarita.
"Pak Dosen kenal cowok diajak Bu Silla?"
Pramuda pun merespons cepat dengan anggukan kecil, tak memberikan jawaban lewat kata-kata.
Masih berusaha otaknya dalam mencerna situasi agar tidak sampai salam menanggapi dan juga meraih kesimpulan. Tak boleh gegabah pula.
"Jadi, Pak Dosen enggak tahu siapa cowok itu?"
Pramuda diam kali ini, tak menanggapi apa-apa.
"Siapa cowok yang diajak pacar Pak Dosen?"
"Apa pacar Pak Dosen selingkuh?"
"Pacar Pak Dosen punya cowok lain?"
"Pacar Pak Dosen kelihatan mesra sama cowok itu, kayaknya mereka punya hubungan dekat."
"Huh, pacar Pak Dosen nggak setia!"
"Dari awal aku sudah duga pacar Pak Dosen itu tidak baik, pasti cewek yang nggak benar."
"Betul banget, aku juga merasa begitu."
"Bisakah kalian semua diam?" Pramuda bicara dengan nada tinggi dan dinginnya.
Ekspresi serius dilengkapi tatapan tajam pada semua mahasiswinya juga ditunjukkan.
Pramuda merasa jengkel mendengarkan tuduhan dalam kata-kata tak sopan yang mereka tujukan pada Narsilla hanya karena sebuah foto.
Pramuda memutuskan akan mengonfirmasi lebih dulu ke wanita itu, tak ingin mengambil asumsi sendiri tanpa ada bukti mendukung.
Namun jika benar pria bersama Narsilla punya hubungan yang spesial dengan wanita itu, apa rencana Narsilla untuk menjadi kandidat calon istrinya akan batal? Andai begitu, ia rasa akan kecewa karena ketertarikan pada Narsilla harus dihentikan jika wanita itu punya kekasih baru.
Ataukah dirinya perlu bersaing dengan lelaki yang coba memenangkan hati Narsilla?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Dosen
Fiksi Umum[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21++] Demi tak diminta keluarga besarnya untuk kembali ke tanah kelahiran hanya demi menikah, Narsilla Anggrami bertekad kuat mengajukan diri menjadi kandidat utama calon istri dari seorang dosen muda bern...