31. Akarsana

5 3 0
                                    

Setelah menghabiskan waktu libur selama dua minggu, Haidar kini tengah bersiap untuk berangkat ke kampus. Dia berangkat dari rumah, rencananya akan ke kost setelah kelas selesai. 

Saat ini dia seperti memiliki semangat baru untuk mengikuti kelas, meski dari awal ia sekelas dengan pacarnya itu, rasanya tetap ada yang beda. Beruntung sekali rumah gadisnya tak jauh dari kampus mereka, kegiatan antar jemput tak akan memakan waktu lama.

"Beda udah punya pacar mah, wangi.." ujar mama pada si bungsu yang baru menuruni tangga.

"Emang sebelumnya gak wangi?"

"Bau iler."

"Yang bener aja.." bibir Haidar mengerucut. "Aa pergi dulu." dia membawa tangan mama untuk dicium.

"Hati-hati."

Begitu ia dan motornya keluar dari rumah, sang mentari bak menyambut dengan hangat, ia turut serta membawa sang angin yang sejuk. Cuaca yang cerah membawa mood yang baik. 

Tujuan pertamanya adalah rumah Jihan, Haidar sudah memberi kabar bahwa beberapa menit lagi ia akan sampai. Tapi ia juga memberi tahu, jangan menunggu di depan gerbang, tidak ada tempat duduk.

Sementara Jihan dilain tempat menurut, ia tak menunggu di depan gerbang rumahnya, namun di pos satpam. Satu-satunya tempat yang ada tempat duduk di dekat rumahnya.

"Nunggu siapa neng? Biasanya jalan kaki." tanya pak satpam.

Jihan sedikit berpikir, haruskah dia terus terang menyebut dia sedang menunggu pacarnya? 

"Nunggu temen pak."

"Oh.. yang naik motor merah bukan?"

"Kok bapak tau?"

"Ta, soalnya tiga hari yang lalu.."

Pada suatu malam di pos satpam, pak satpam dan temannya baru saja bertukar shift. Shift di sana dibagin menjadi tiga, Pagi, Siang, dan malam. Beliau dan temannya bertukar shift di jam sepuluh malam. 

Begitu temannya pergi, seseorang dengan motor merahnya berhenti di depan pos. Pak satpam mengernyit, jika dilihat dia bukan warga komplek sana. Laki-laki itu membuka helm dan sarung taangannya, pak satpam mendekat untuk bertanya.

"Mau cari siapa?"

"Bapak suka martabak manis?"

Berakhir lah mereka duduk berdampingan, di depan meja ada dua bungkus martabak manis rasa coklat kacang dan coklat keju. Merasa tidak enak, pak satpam turut menyeduh kopi hitam dalam sachet untuk menemani martabak itu.

"Tadi saya ke rumah pacar saya, mau bawain ini, tapi dia gak ada di rumah." laki-laki itu mulai bercerita.

"Memangnya gak ngasih tau dulu?"

Dia menggeleng, "Mau kejutan tadinya."

"Kenapa atuh gak dibawa pulang?"

"Berarti ini, rezeki bapak." dia terkekeh, begitu pun pak satpam. "Rumah saya agak jauh dari sini, lagian sebanyak ini gak ada yang makan."

"Rumahnya di mana?"

"Padalarang."

"Wah iya lumayan, motor gitu mah gak ada box na nya?" pak satpam menunjuk motor, kemudian ia mendapat anggukan sebagai jawaban. "Pacarnya tinggal di sini? Siapa? Bapak tau semua orang di komplek ini."

Laki-laki itu tersenyum, "Nanti hari senin pagi, dia ke sini buat nunggu saya. Bapak pasti tau."

Cerita bapak satpam selesai.

"Kenapa neng panggil dia temen? Gak usah malu sama bapak mah.." pak satpam sedikit menggoda Jihan.

"Ih bapak apa sih.." bisa dipastikan Jihan sangat salah tingkah.

SkyscraperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang