15. Munculnya Prasara

21 3 0
                                    

"Ah anjing nanaonan sih?! Kalo berani jangan pake cara ini bangsat!"

Empat orang dengan pakaian serba hitam mengelilingi Jaka yang terduduk dalam posisi tangan terikat dan kepalanya ditutupi sebuah kain hitam. Mereka tidak memperdulikan umpatan yang sedaritadi keluar dari mulut anak itu, bahkan sesekali sedikit tersenyum meski wajah mereka tertutup sebuah balaclava.

Satu orang dari mereka membuka kain yang menutupi kepala Jaka— anak itu menggelengkan kepalanya kemudian mengernyit, mencoba menelaah empat wajah yang tertutup tersebut.

"Kalian siapa?!" 

"Teu perlu loba tanya, kita masih punya banyak kerjaan."  salah satu dari empat orang itu berbicara, dia berada di posisi paling kanan.

"Bener, jangan ngerasa spesial—batur maneh ge bakal kabagean." 

"Ahh tiga orang dalam tiga jam.. satu aja banyak ngomong."

Tiga orang dari posisi paling kanan tersebut bicara bergantian, sementara manusia paling kiri—

Bugh!

"AKH!"

"Selamat ulang tahun, Jaka.."

"Aing gak ulang tahun bangsat!"

Sepertinya itu kalimat terakhir sebelum tali yang melilit ditangan Jaka dilepas kemudian ia dipukuli dengan membabi buta.

Dia diberi kesempatan untuk melawan dengan melepas ikatannya, namun pukulan pertama yang dia dapatkan membuatnya kehilangan kekuatan. Dan saat itu dia mulai sadar-- dia mengenali suara manusia yang berbisik padanya.

Sebelum anak itu kehilangan kesadaran, satu orang menarik satu tangannya—kemudian berbisik.

"Jangan berani ketemu Sagara atau ketemu temen-temen maneh yang lain selama tiga hari kedepan, aing bakal ngawasin maneh selama tiga hari eta."

Dalam sisa tenaganya Jaka mencoba membuka mulut yang berlumuran darah itu, "Fa.. fajar.."

Sementara itu di bilik kamar nomor enam Haidar duduk termenung dalam keadaan gelap gulita. Dia memikirkan banyak kemungkinan buruk jika pembalasan dendam nya terbongkar. Besar harapannya pada Diki sebagai tim informasi.

Dan jika hal ini berhasil pun, apakah Sagara akan merasa menyesal? Atau dia akan kembali membalas dendam? Kemudian kebencian Sagara terhadap dirinya akan semakin menjadi dan pembalasan tak terelakkan.

Haidar tidak tahu.

Dia hanya ingin membalas perlakuan buruk terhadapnya— jika dilihat cara baik tidak akan mempan, mungkin tidak salah jika menggunakan cara jahat yang sama.

Di sini dia tidak bisa mengandalkan Diki sepenuhnya, dia sendiri harus menghindari hal mencurigakan. Hal pertama yang dilakukan adalah— menyalakan lampu.

"Halo? Jihan?"

Menyibukkan diri sampai hari dimana dirinya mendapat giliran untuk membalas dendam.

Hingga sampailah dia berhasil mengumpulkan lima orang di sebuah tempat makan. Tama yang mengerti maksud anak itu hanya diam memperhatikan.

"Kamu gabut apa gimana Dar? Tumben mau ngumpul sama kita diluar kampus." Tanya Jihan setelah ia menyedot minuman miliknya.

"Gue tertarik sama Perempuan yang Menangis Pada Bulan Hitam." jawab Haidar.

Benjamin menautkan alisnya, "Ngajak keluar buat bahas tugas kampus?"

"Aneh, tapi gapapa." Yosep mengambil kentang goreng.

"Betul, biasanya cukup sama Tama kemana-mana." Damar turut menyahut.

"Emang seaneh itu ya?" Kini Haidar bertanya.

SkyscraperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang