06. Bumantara Senja

33 2 0
                                    

"Kamu bisa pulang, ini biar aku yang urusin."

"Gak bisa."

"Bisa, aku juga pernah bikin celana nya kotor."

"Tap-"

"Utututu.. manis sekali. Emang kalo berdua gak bisa?"

Dua orang yang tengah berdebat itu seketika menoleh ke arah Haidar.

"Gak bisa."

"Kenapa? Nanti harga diri Sagara tercoreng?" Haidar dalam puncaknya, dia terus mengolok-olok dua orang itu. 

"Gak usah banyak tanya, rumah kamu di mana?" wanita itu mendekat dengan kesal.

Haidar memiringkan kepalanya menatap lawan bicaranya, "Gak sah kalo lo bawa celana gue ke laundry."

Wanita itu tak ingin kalah, "Aku masih punya dua tangan buat nyuci." dia melenggang mendahului.

"Hei tunggu, lo bahkan gak tau rumah gue!" Haidar sedikit terkekeh.

Mereka pergi meninggalkan tempat itu dan Sagara. Sagara yang menatap nyalang dua punggung laki-laki yang membawa wanitanya pergi. Datangnya Haidar menjadi tantangan baru untuk dirinya. Targetnya kini bukan hanya Aryaditama yang jelas memiliki kesalahan masalalu dengannya, namun Haidar yang datang mengacaukan segalanya. Dia tidak akan tinggal diam.

"Ini tempat nyuci umum buat yang ngekost di sini. Ada mesin cuci, tapi gak worth it buat gue. Gak bersih." 

"Lagian siapa juga yang mau pake mesin cuci."

"Ya siapa tau lo gak biasa nyuci manual."

"Malah gak bisa pake mesin cuci."

"Apa?"

"Bukan apa-apa."

Pergi dengan menggaruk kepala, Haidar meninggalkan wanita itu untuk ikut berkumpul dengan Tama dan teman-teman yang lain. Sebenarnya hati dia merasa tidak enak, namun jika kesalahan seseorang dibiarkan begitu saja, tidak ada pembelajaran kedepannya. Bagaimana jika orang tersebut kembali melakukannya dengan sengaja? Terlebih lagi hal itu membuat rugi dirinya.

Di tengah riuh orang-orang Haidar terdiam memikirkan wanita itu dengan celana milikinya. Tak jarang dia hanya sekedar ikut tertawa atau mengangguk saja ditengah pembicaraan. Dan seperkian detik kemudian dia teringat, bahwa dia bahkan tidak tahu nama wanita itu. Samar dia dengar Sagara memanggilnya dengan sebutan, Nala.

"Lunas. Celana kamu udah dijemur, sekarang udah puas?"

"Apa yang bikin gue puas? Bukanya itu kesalahan lo?"

"Hah.." wanita itu menghela napas. "Ya udah, minta maaf."

Haidar melipat kedua tangannya lalu membuang muka. "Iya gue maafin, semoga gue sama lo gak ketemu lagi dah."

"Kenapa?" 

"Males berurusan sama cowok lo."

"Sagara?"

Haidar tak menjawab, dia hanya melirik sekilas wanita itu kemudian kembali membuang muka.

"Tapi menurut aku, kamu bakal sering berurusan sama dia."

Kini tatapan itu berubah menjadi tatapan penasaran, kenapa?

"Kamu dekat sama Tama."

Dan saat dia selesai berbicara, dia mulai resah. Pandangannya mengarah kemana saja demi menghindari mata Haidar. Bahkan dia mundur satu langkah, barangkali bisa langsung kabur dari sana. Langkah kedua diambil, selanjutnya dia berjalan mundur dan membalikkan badan.

"Tunggu."

Suara Hiadar menghentikan langkahnya.

"Bagus pergi gitu aja setelah bikin orang penasaran?"

SkyscraperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang