"Kamu pikir aku tidak tahu kalau semua hal yang kamu lakukan kepadaku hanyalah sandiwara, Sa?"
Misiku belum selesai, tapi sayangnya seluruh penyamaranku terbongkar. Seharusnya aku bisa membawa pulang Jendra sebagai seorang penjahat tapi kenyataannya di pertengahan misi yang tengah aku jalankan, pria dari masalalu ini menangkap basah diriku yang tengah membobol semua informasi yang dimilikinya berkaitan dengan berbagai bisnis terlarangnya. Hanya tinggal satu langkah saja, maka misiku akan menjadi sempurna seperti misiku yang lainnya, tapi kini dengan ujung revolver yang terarah kepadaku, aku tidak bisa melakukan apapun selain mengangkat tanganku dan berbalik kepadanya.
Dwijendra Cakraningrat, pria yang berusia 3 tahun lebih tua dariku ini menatapku tajam tanpa belas kasihan, tidak terlihat sama sekali sisa-sisa gairahnya beberapa saat lalu, kini kami berdiri berseberangan bukan lagi sebagai kekasih, tapi sebagai dua orang dengan tujuan hidup yang berbeda.
Berbeda dengan Sang Kakak yang kini menjadi atasan Harsa di Kepolisian, putra kedua Cakraningrat ini justru menjadi seorang pengkhianat, alih-alih menjadi Polisi seperti Sang Kakak, Jendra justru menjadi tangan kanan Mafia yang menguasai Indonesia dalam kedok Olympic Group. Jendra mengendalikan perdagangan manusia, tidak terhitung berapa banyak wanita yang terpikat loker untuk bekerja diluar negeri yang berakhir menjadi wanita penghibur di Club-Club ternama yang dikuasainya, perusahaannya pun bertanggungjawab atas distribusi narkoba dikalangan atas yang sulit untuk dilacak. Semuanya terbungkus rapi dalam bisnis entertainment-nya yang terhubung dengan jaringan internasional Olympic.
Jendra, dia benar-benar seperti Jendral Olympic untuk wilayah Indonesia. Semua kejahatan mengerikan tersebut terarah kepada Jendra yang melenggang bebas Jakarta-Las Vegas-Macau, tapi sayangnya nyaris tidak ada bukti yang bisa digunakan untuk mendakwa atas kejahatannya. Kepolisian sadar mereka tidak akan bisa mengusik Olympic yang berdiri begitu kuat seperti sebuah Satanic, tapi setidaknya mereka ingin menghentikan kegilaan yang terjadi di Indonesia dan menghukum Jendra dengan sangat berat.
Semua tugas pengumpulan bukti diserahkan kepadaku, sebuah misi balas dendam karena aku mencampakkan Naren usai Naren ketahuan berselingkuh dengan Nadira. Naren berpikir aku bisa memikat adiknya karena alasan masalalu kami, berbagai sandiwara aku atur sehingga aku sampai bisa sampai disini, bersamanya, berbagi ranjang dengannya, mendapatkan kepercayaannya, sayangnya, sepertinya kegemilangan ini bukanlah kesuksesanku melainkan belas kasihan Jendra yang ingin melihat sejauh mana permainan yang aku mainkan.
Seharusnya saat ujung revolver tersebut terarah kepadaku, aku gentar, atau setidaknya aku gemetar karena penyamaranku terbongkar, tapi kenyataannya tidak sama sekali, Jendra tidak pernah menakutkan untukku. Ya, dia memang mengerikan untuk dunia, tapi tidak bagiku.
Alih-alih menyangkalnya, aku justru bersedekap, menatapnya dengan bosan, persis seperti yang selalu aku lakukan setiap kali dia sibuk dengan Clubnya dan meninggalkanku sendirian di kamar penthousenya yang megah ini, "Kalau kamu tahu aku hanya bersandiwara, kenapa kamu membiarkanku, Dra? Kenapa kamu membiarkanku tetap hidup selama ini? Seharusnya kamu membiarkanku bersama wanita-wanita daganganmu diluar sana."
Dengan ringannya aku menepis revolver yang berada tepat di depan hidungku, aku sangat tahu Jendra tidak akan pernah sanggup menarik pelatuknya untuk menghabisi nyawaku. Dan benar saja, revolver tersebut dilemparkannya begitu saja dan kini tangannya yang dia gunakan untuk mencekikku, membuatku nyaris kehilangan nafas. Hanya perlu satu tekanan lebih kuat, dan tenggorokanku akan hancur di tangannya.
"Karena aku selalu peduli padamu, Harsa Anindya. Aku bukan Kakakku yang tidak punya otak yang selalu mengecewakanmu. Katakan, setelah kamu dikirim oleh Si Tolol itu sebagai bentuk hukuman karena kamu mencampakannya yang berselingkuh dengan Nadira, apa menurutmu aku akan tetap diam saja melihatmu bertindak bodoh dengan masuk ke dalam Tartarus yang aku bangun ini?"
"Dra......"
"Aku selalu peduli kepadamu, Sa. Aku rela kamu bodohi dalam sandiwara ini karena aku tidak ingin mengecewakanmu. Tidak peduli aku harus membakar dunia ini, jika itu membuatmu bahagia, aku akan melakukannya. Kamu paham!"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Monster
RomanceMengambil karier yang berbeda dari Sang Ayah, Harsa Anindya justru memilih STIN dibandingkan Akmil ataupun Akpol. Dan kini, sosok menggemaskan Acha sudah lenyap berganti menjadi seorang wanita tangguh seperti bunglon yang bisa dengan mudah menyaru...