36 - Her Type

1.6K 93 18
                                        

Happy reading!

Janlup vote🌟

Komentar ugha💬

❥❥❥

Wilona celingukan, mencari keberadaan Al. Senyumnya merekah kala mendapati pacar tercintanya itu sedang menunggunya di tanah lapang yang ditumbuhi pohon kelapa-tempat parkir untuk para pengunjung pantai. Wilona berdeham dan menormalkan ekspresinya, berusaha tampak tak peduli, kemudian ia menghampiri Al dengan raut wajah biasa saja.

Merasakan keberadaan seseorang, Al mengangkat wajahnya. Mata hitamnya menatap lekat sosok perempuan yang cukup lama ini menjadi pusat dunianya. Cowok itu menarik pergelangan tangan Wilona dan mendekapnya erat. Kepalanya bersandar di ceruk leher gadis itu, menghirup aromanya dalam-dalam.

Ah, inilah yang Al rindukan.

Rasanya Al ingin segera membawa gadis itu ke rumahnya dan menguncinya lagi, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mengganggu kebersamaan mereka.

"Wifei...," bisik Al lembut. Kedua tangannya memeluk pinggang Wilona dengan posesif.

Wilona tidak membalas pelukannya, gadis itu hanya diam, berlagak cuek untuk menunjukkan pada Al bahwa ia masih marah dengan kejadian beberapa hari yang lalu.

Melihat reaksi sang pacar, Al diam-diam tersenyum, kemudian berbisik di telinga gadis itu, "Ga usah pura-pura kayak gitu." Napas hangatnya membuat Wilona meremang. "Aku tau kamu juga suka."

"A-apaan, sih. Sok tau banget," elak Wilona dengan nada marah. "Lepas."

"Gamau." Al semakin mengeratkan pelukannya. "Aku ngga bakal lepasin kamu, entah kamu benci atau mukul aku, aku tetep ngga akan pernah lepasin kamu."

Wilona merasakan wajahnya memanas. Ini tidak benar. Seharusnya ia tidak boleh tersipu semudah ini! Tetapi apa-apaan debaran yang ia rasakan di jantungnya ini? Seharusnya tidak boleh begini. Wilona harus memperlihatkan amarahnya, keras kepalanya, dan penolakan tegasnya pada semua sikap Al agar cowok itu tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Ia tidak boleh jatuh semudah itu dengan ucapan manis Al.

"Lepas. Aku mau pulang." Wilona berusaha meronta, namun usahanya nihil. Al mencengkeram pinggangnya makin erat agar tak bisa bergerak.

Setelah cukup lama memeluk Wifei-nya dengan erat, cowok itu menarik diri dan menatap Wilona. "Aku anter." Ibu jaringan mengusap pipi Wifei-nya dengan lembut seraya terkekeh. "Ngga ada gunanya kamu melotot marah kayak gitu. Ga mempan. Lagian aku tau kamu suka diginiin."

"Nggak!" bantah Wilona tegas, masih memelototi Al.

"Bohong." Al tersenyum miring. "Aku udah tau kalo kamu suka cowok kayak aku, jadi berhenti pura-pura denial gitu."

"Hah...?"

"Masih belum paham?" Al mendekatkan wajahnya, mengikis jarak di antara mereka. "I'm your type, right? Adek kamu yang bilang tadi."

Wilona menganga, sementara Al terkekeh melihat reaksi imut gadis itu. Setelah memastikan hal ini, sekarang ia memiliki lebih banyak peluang agar hubungan mereka kembali seperti semula.

Andai tidak mendapat telepon dari Namira-adik Wilona-tadi, Al tidak akan tahu kalau tingkah aneh dan creepy apa pun yang dia lakukan tidak akan pernah dibenci oleh Wilona. Mau seberapa posesifnya dirinya, seberapa gilanya dirinya untuk mendapat perhatian, dan seberapa cemburunya dia dengan orang-orang di sekitar Wilona, Wifei-nya itu tidak akan membencinya, apalagi marah.

My Possessive AlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang