Happy reading!
Janlup vote🌟
Komentar ugha💬
❥❥❥
Sinar mentari mengintip masuk di balik celah gorden tipis yang tertutup. Sosok yang tengah tertidur di atas ranjang itu menggeliat. Perlahan membuka kelopak matanya. Beban berat di perutnya membuatnya sadar. Ia menunduk, melihat lengan kekar seseorang memeluknya dari belakang.
"Al...?"
Wilona memanggil pelan. Ia masih mengantuk. Mata cokelatnya melirik jam dinding di sudut ruangan. Pukul 08.45. Ia mencoba bangun, ingin minum sesuatu. Baru bergerak beberapa senti, lengan kekar yang memeluknya kini menahan pinggangnya erat.
"Kamu mau ke mana?"
Al membuka matanya. Mata hitam itu seolah dilingkupi obsesi. Nada suara Al rendah dan... dingin.
Wilona menghela napas. Ia tersenyum. "Aku haus, jadi aku mau ambil minum. Padahal aku udah pelan-pelan loh, tapi kamu tetep kebangun."
"...Ohh." Al diam sejenak, mengatur ekspresinya. Tangannya menjauhi pinggang Wilona, pertanda membiarkan gadis itu pergi. "Jangan lama-lama."
"Iyaaa."
Wilona beranjak turun dari kasur. Merapikan pakaiannya serta rambutnya, setelah itu keluar dari kamar. Ekspresinya sedikit tidak nyaman. Ia masih belum terbiasa dengan sikap Al setelah bangun tidur. Rasanya... seperti orang lain. Meskipun sudah sering melihat raut wajah cowok itu saat bangun tidur, tetap saja Wilona belum terbiasa. Nada rendah dan suaranya yang dingin seolah adalah perintah agar ia tetap berada di sampingnya.
Awalnya aku kaget, tapi lama-kelamaan mencoba buat terbiasa. Untungnya yang tadi gak separah kayak beberapa minggu yang lalu.
Saat awal-awal pacaran, Al selalu melekat padanya, melarangnya pergi ke tempat lain selain bersamanya, bahkan membatasinya berinteraksi dengan teman-temannya-sekalipun melalui chat.
Saking takutnya Wilona pergi dari sisinya, Al pernah menunggu gadis itu mandi di depan pintu kamar mandi. Ia juga memiliki kunci cadangan rumah dan kamar gadis itu, sehingga Al bebas keluar-masuk rumah Wilona kapan pun.
Akun sosmed aku juga dia yang pegang. Haah...
Wilona mengambil air, lantas meneguknya sampai tandas. Ia kemudian menyadari tak ada tanda-tanda kehadiran orang tua Al.
Mereka lagi ada di luar?
Saat hendak menaruh gelas yang dipakainya barusan, derap langkah seseorang terdengar di belakangnya, diikuti dengan beban berat yang bertumpu di bahunya. Al memeluk gadis itu dari belakang.
"Kamu lama."
Kali ini, suaranya lembut.
"Masa, sih?" Wilona tertawa kecil. "Mama Gina lagi pergi, ya?"
"Hmm," jawab Al mengiyakan. Bibirnya mencium pundak Wilona, membuat gadis itu kegelian.
"Udah ihh, geli tau...." Wilona mengusap-usap lengan Al yang melingkari perutnya.
"Kangen...," gumam Al. Pelukannya semakin erat. Lantas ia berbisik di telinga gadisnya, "Ayo ke kamar. Aku mau kamu berbaring lagi di kasur aku."
Wilona terkekeh. Lantas mengangguk. Keduanya pun kembali ke kamar. Berbaring di kasur dalam keadaan berpelukan.
Al membenamkan wajahnya di dada Wilona. Matanya tertutup. Sementara gadis itu mengusap-usap rambut Al seraya memainkannya. Tak lama, handphone-nya bergetar tanda pesan masuk. Wilona mengambil handphone-nya dengan hati-hati. Ada beberapa chat dari sebuah group chat tertera di layar handphone-nya. Jemari gadis itu segera memasuki room chat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Al
Dla nastolatkówFOLLOW SEBELUM MEMBACA (MARI MENGHALU BARENG-BARENG :D) --- Wilona, yang sama sekali tidak pernah berpacaran selama tujuh belas tahun tapi sangat menginginkan punya pacar sesuai tipenya, tiba-tiba secara tak sengaja bertemu dengan cowok posesif yang...