BAB 22

63.9K 3.6K 27
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

"Nyari uang jatuh atau bolos?" tanya Alvarez. Keira berdehem pelan, "Dua - duanya," jawab gadis itu.

"Lo sendiri, ngapain di sini?!" tanya Keira balik.

"Sama kayak lo."

"Nyari uang?"

"Engga. Bolos. Tapi kalau ada uang jatuh, gue ambil juga," ujar Alvarez.

Keira hanya ber-oh-ria saja. Ia kira, Alvarez akan memberitahu pada si ketos itu, tapi ternyata, tujuan mereka berdua sama. Ia jadi tenang.

Alvarez berjalan menuju kursi, kamudian mendudukkan tubuh nya. Keira juga melakukan hal serupa, duduk di sebelah Alvarez dengan memberi jarak lumayan jauh.

"Lo katanya mau minjem motor gue? Gajadi?" tanya Alvarez melirik Keira.

"Jadi kok. Besok malem," jawab Keira.

Alvarez mengangguk mengerti. Pria itu menyenderkan tubuh nya ke senderan kursi, lalu memejamkan mata nya. Keira acuh saja, gadis itu menatap langit dengan pikiran yang berkeliaran kemana - mana. Mengingat alur - alur yang ada.

'Alur nya berubah.. Kemarin, Tama ga seharusnya jawab kayak gitu. Gue gatau lagi ini kelanjutan nya bakal gimana.'

'Apa.. alur berubah karena sekarang gue yang nempatin tubuh Keira? Tapi kan.. gue ga ngeganggu Tama sama Lauren. Gue cuma mau nyelamatin gue dan keluarga Keira dari alur mengenaskan,' batin nya.

Keira menghela nafas nya panjang, hingga Alvarez membuka mata nya dan melirik Keira aneh.

'Dia mikirin apa?' tanya Alvarez dalam hati.





Bel pulang sekolah berbunyi. Para murid sudah berhamburan untuk pulang ke rumah masing - masing. Berbeda dengan Keira yang malah berjalan masuk ke kelas, untuk mengambil tas nya.

"Nah lo! Pasti lo bolos kan?!" tuduh Jessica sembari memincingkan mata. Bukan tuduh sih, ngomongin fakta.

Keira hanya cengengesan saja merespon nya. "Gue kasih tau ketos, boleh nih," celetuk Renza memasukkan buku nya ke dalam tas.

"Gue kan jarang - jarang doang bolos nya. Udah lah, gue mau pulang duluan, bye!" Keira mengambil tas nya, lalu dengan segera berjalan keluar kelas.

Gadis itu tak langsung pulang, ia menunggu di depan kelas Kenan. Mengintip di pintu, oh, pria itu kini tengah membenarkan posisi kursi dan meja, seperti nya piket.

Melirik ke sudut kelas, Keira mengernyit, 'Kok yang piket cuma satu orang doang?' batin nya heran. Gadis itu lantas berjalan masuk ke dalam kelas, hingga membuat Kenan sedikit terlonjak.

"Lo? Ngapain disini?" tanya Kenan lalu mengambil penghapus untuk menghapus papan tulis. "Lo piket? Kok sendiri? Yang lain mana?" cecar Keira tanpa membalas pertanyaan Kenan.

Kenan menoleh sebentar kearah Keira kemudian melanjutkan aktivitas nya, "Biasa lah. Yang rajin kan cuma gue," respon Kenan santai.

Keira mengernyit, "Oh.. Mereka maksa lo piket sendiri? Laporin guru dong!" ucap Keira.

Kenan meletakkan penghapus kembali ke meja guru, pria itu menatap Keira, "Kalau di laporin guru, makin parah ntar. Santai aja sih, cuma piket doang," balas nya.

Keira memutar bola mata nya malas, namun tak lagi menjawab. "Ayo, gue anterin lo ke tempet kerja lo sekalian," kata Keira.

"Gausah, gue bisa--"

"Bac*t ah." Tanpa menunggu Kenan menyelesaikan kata - kata nya, Keira menarik lengan pemuda itu hingga si empu terpaksa mengikuti Keira. Kenan mendengus saja akhirnya.

Keira mengantar Kenan ke tempat kerja nya sebagai penjaga toko--warung--lebih tepatnya. Setelahnya, gadis itu tidak langsung pulang. Mobil nya ia bawa berkeliling ke jalan.

Gadis itu melihat - lihat beberapa ruko dengan spanduk bertuliskan dijual didepan nya. Keira menyunggingkan senyum nya sesudah menghentikan mobil nya di sebuah ruko yang berada di hook.

Ia turunkan kaca mobil nya, menatap ruko itu dengan senyum seringai. Gadis itu mengarahkan tangan nya seperti pistol kearah ruko, lalu membuat gerakan seperti menembak. "Ruko itu secepatnya bakal jadi milik gue," ujar nya penuh keyakinan.

Setelahnya, gadis itu menaikkan kaca kembali, kemudian menjalankan mobil nya pergi, menuju rumah.

------------

Pada umumnya, malam Minggu dinanti sebagian orang karena biasa nya orang yang berpacaran akan menghabiskan waktu berdua dengan melakukan kencan. Lalu untuk orang yang menjomblo, mereka akan melakukan kegiatan lain seperti tidur, membaca buku kesukaan, menonton drama, dan banyak lagi.

Tentu hal itu tak berlaku bagi keluarga Winata. Bukan tak mau, melainkan keadaan yang memaksa mereka untuk mengesampingkan kesenangan masing - masing.

Rico kini mulai di sibukkan dengan pembuatan risol yang ia jual, lalu ia harus beberes dan memasak untuk makan malam. Alana yang baru pulang kerja harus membantu sang suami memasak juga beberes. Kenan yang memilih beristirahat lebih awal setelah pulang bekerja, Jendra yang sibuk dengan belajar dan Juan yang sibuk dengan tugas nya. Kesibukan itu membuat malam Minggu mereka terpaksa di gunakan untuk mengistirahatkan tubuh saja.

Beda lagi dengan si bungsu beban keluarga. Iya, Keira. Gadis itu seharian penuh hanya menghabiskan waktu nya untuk bermain ponsel, tidur, makan, buang air besar. Mana ada cape nya dia.

Setelah makan malam, yang lain langsung memasuki kamar masing - masing, melakukan hal hal yang tak sempat di lakukan saat siang. Sedangkan, Keira kini tengah bersiap - siap untuk pergi entah kemana.

Gadis itu mengenakan baju hitam oversize dengan celana cargo berwarna senada.

Setelah di rasa siap, Keira keluar dari kamar. Memastikan orang rumah berada di kamar masing - masing, Keira berjalan keluar rumah, berdiri di teras. Gadis itu memesan ojek dari aplikasi di ponsel nya.

"Mau kemana?" Suara itu membuat Keira terlonjak kaget. Gadis itu sontak menoleh ke asal suara. Juan menatap nya dari atas sampai bawah dengan tatapan bertanya.

"Oh.. Gue mau keluar bentar," aku Keira.

"Iya, gue tau. Tapi, kemana?" tanya Juan lagi. "Ke rumah temen," bohong Keira.

"Temen yang mana?"

"Kok situ banyak tanya?!" balas Keira sebal pada akhirnya. "Jawab aja. Temen lo yang mana? Sekarang temen lo banyak," ujar Juan.

"Jessica," respon Keira. Juan mengangguk paham, "Jangan pulang malem - malem," kata Juan dengan suara pelan, namun tetap terdengar.

Keira memincingkan mata nya, "Gausah khawatir. I'm okay, gwenchana."

"Gue ga khawatir!" sahut Juan cepat.

"Papa sama mama yang khawatir," lanjut nya. Keira hanya memutar bola mata nya malas setelah itu.

Ting!

Keira melirik ponsel nya, "Ojek nya udah dateng, gue duluan ya, jangan khawatir," ujar Keira sedikit meledek lalu berjalan pergi ke motor yang berhenti tak jauh dari rumah.

"Gue ga khawatir, Keira! Apaan banget khawatir sama lo?! Ga sama sekali!" elak Juan sedikit berteriak, agar Keira mendengar.

Keira memilih berpura - pura budeg saja. Lantas, ia menaiki motor si abang ojek setelah memakai helm.

"Pegangan mbak," kata si abang ojek.

"Jangan modus, bang," sahut Keira yang membuat abang ojek nya terkikik.

Si abang pun mulai menjalankan motornya. "Jarang - jarang mbak, saya dapet penumpang cakep," jujur si abang ojek.

"Saya emang cakep bang, makasih," balas Keira membuat si abang ojek ketawa ala bapak - bapak lagi.

.

.

.

B E R S A M B U N G •

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang