Bab : 3

42 39 1
                                    

Dari luar ruangan, Yunara merasa sangat senang saat mendengar suara bayi menangis. Suara kecil yang  penuh kehidupan itu memecahkan keheningan malam, memenuhi udara dengan keajaiban baru yang tercinta.

"Akhirnya anak itu keluar juga,"ucap Yunara dengan suara gemetar penuh kelegaan di dalam hatinya.

Di dalam ruangan yang terang menyerang, perawat dan dokter yang membantu persalinan wanita itu juga merasakan kegembiraan yang tak terhingga. Sorot mata mereka penuh dengan kelegaan saat melihat bayi  yang itu lahir dengan selamat.

"Ini anak ibu sangat cantik, "ucap suster dengan senyuman tulus, sementara memberikan bayi yang baru lahir tersebut pada ibunya.

" Anak ku kau terlihat sangat cantik, "ucap wanita itu dengan suara lembut, dan Mata yang berkaca-kaca melihat putrinya lahir dengan selamat.

Pemuda yang membantu wanita tadi pun ikut merasa sangat senang dengan kelahiran anak itu. Meskipun sebelumnya pria itu sangat kesal  pada wanita yang baru ia kenal itu, karena saat proses melahirkan wanita itu menjambak rambut pemuda itu  dengan kuat untuk menahan rasa sakitnya. Namun, saat melihat bayi itu lahir semua rasa kesal itu sirna  tergantikan dengan kelegaan.

Yunara ingin sekali masuk ke dalam ruangan di mana wanita itu melahirkan, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara deringan telepon dari dalam tasnya. Yunara segera mengambil handphone nya dan segera segera mengangkatnya setelah melihat siapa yang menelpon.

"Halo, ada apa ibu? "Ucap Yunara.

" Kau  ada di mana? Kenapa belum pulang? Tanya seorang wanita, dia adalah ibunya Yunara, Wanita setelah baya itu bertanya dengan cemas tantang putrinya yang belum kunjung pulang.

"Ibu, aku akan segera pulang. Jangan cemaskan aku, " Ucap Yunara dengan lembut karena dia tahu kalau sang ibu sedang mencemaskan dirinya.

Melihat sang ibu yang cemas padanya dari seberang telpon, Yunara pun harus terpaksa pulang tanpa berpamitan pada wanita yang baru ia tolong itu. Bahakan, ia tidak sempat berpamitan pada pria yang ia kagumi sebelumnya. Yunara meninggalkan Rumah sakit dengan hati yang tak rela karena sebenarnya ia ingin lebih mengenal pemuda itu yang ia temui di bus sebelumnya. Namun, keadaan tidak mendukungnya hingga ia harus menuruti sang ibu untuk pulang.

Beralih ke sisi lain, di dalam ruangan rumah sakit,
Wanita itu menatap pria yang menolongnya dengan penuh syukur.

"Terima kasih sudah membantu ku, "ucap wanita itu sambil tetersenyum.

" Sama-sama, "jawab pemuda itu dengan senyuman tulus.

Wanita itu merasa sedikit bersalah dan menundukkan kepalanya. "Maaf,sudah merepotkan mu, "ucapnya dengan rasa malu teringat akan proses melahirkan yang tidak mudah tadi.

Pria itu tertawa kecil, mengingat momen lucu dan tegang saat ia menemani wanita itu. " Tidak masalah, "jawabnya

Wanita itu melihat sekeliling rungan mencari seseorang. " Di mana pacar mu tadi? "Tanyanya.

"Pacarku?" Pemuda itu sedikit bingung. "Oh, gadis itu? Dia bukan pacarku, "jelasnya.

Wanita itu merasa bersalah karena kesalahpahaman. "Oh, maaf, aku salah sangka, "ucapnya pelan.

Pria itu tersenyum melihat tingkah lucu wanita itu. " Tidak masalah. tapi, di mana suami mu? "Tanya pemuda itu. melihat  ekspresi wanita yang ragu untuk menjawab.

" Apa kau ingin menggendongnya? "Ucap wanita itu sambil memeberikan anaknya dengan hati-hati kepada pemuda itu. Pemuda itu pun menggendong bayi ituitu, " Dia sangat cantik, "ucap pemuda itu memuji kecantikan bayi kecil yang di gendongnya.

"Apa kau tidak mengajak gadis itu masuk? Biar bagaimanapun dia juga sudah membantu ku, "ucap wanita itu.

",oh, biar aku panggilkan ,"ujar pria itu sambil memberikan bayi itu kepada ibunya.

Pemuda itu keluar dari ruangan untuk mencari gadis tersebut,namun dia melihat sekitar tapi tidak menemukannya. " Sepertinya dia sudah pergipergi, aku bahakan belum tahu namanyanamanya, "ucapnya sambil membali masuk ke dalam ruangan dimana wanita itu di rawat.

"Gadis itu sudah pergi, "kata pemuda itu begitu tiba di ruangan.

" Sayang sekali, padahal aku ingin berterima kasih, "ucap wanita itu dengan nada sedih karena tak sempat mengucapkan rasa terima kasihnya pada gadis yang sudah membantunya.

Pemuda tampan itu mendengar suara deringan telepon dari saku celana panjangnya, lalu segera mengangkat saat melihat ibunya yang menelpon.

"Halo, ibu, " Jawab pemuda itu.

"Apa kau masih di bandara? Cepat pulang ibu sudah merindukanmu! "Ucap ibunya dari seberang telpon.

Pemuda itu tersenyum tulus saat mendengar bawah ibunya sangat merindukan dirinya.

" Iya ibu, aku akan segera sampai, tunggu aku, "ucapnya sambil menutup sambungan teleponnya.

"Maaf, aku harus pergi, ibuku sudah menunggu di rumah, "kata pria  itu.

"Oh, iya, sekali lagi terima kasih,"ucap wanita itu dengan senyuman tulus.

Pemuda itu tersenyum balik untuk membalas ucapan wanita itu sebelum benar-benar pergi.

Gelin yang fokus menulis di komputer, terkejut ketika tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Pernahkah terlintas di pikiran mu untuk keluar dari kamar ini? Apakah tidak ada kegiatan lagi yang bisa kau lakukan? "Ucap pria paru baya dengan nada marah.

"Apa yang kau lakukan di depan komputer sepajang hari? Apa kau tidak bosan dengan game yang di mainkan setiap hari? Cobalah belajar sesuatu dari kakak mu; lihatlah bagaimana dia berhasil menjadi seorang produser sekarang, "ujar  Ayah Gelin yang bernama David dengan ekspresi yang memanas.

Gelin hanya bisa terdiam menghadapi setiap  kalimat tajam yang di lontarkan oleh orang tuanya. " Ayah, sebenarnya aku sedang menulis ... "Ucap Gelin, namun kata-katanya terpotong ketika sang Ayah mengela, "tidak perlu membela diri,cukuplah dengan apa yang kau lakukan! " Bentak sang Ayah membuat Gelin menatapnya dengan campuran rasa takut dan sedih.

"Suami ku ada apa ini? "Ucap seorang wanita dia adalah ibu Gelin yang tiba-tiba datang karena mendengar suara sang suami yang tiba-tiba marah-marah.

" Tanya pada putra mu! "Ucap David sang suami sambil melonggarkan dasinya gerah, dia pun pergi sebelum amarahnya semakin meledak.

"Kesalahan apa lagi yang kau perbuatan Gelin! "Ucap sang ibu menokok kepala Gelin putranya.

" Kakak mu akan pulang sebentar lagi,jangan sampai kau membuat kesalahan. Mengerti! "Pertegas sang ibu.

"Iya, ibu, "jawab Gelin singkat. Gelin tidak menjawab panjang bukan karena  tidak ingin membela diri, melainkan karena dia tidak ingin bertengkar dengan ibunya.

Really Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang