Bab : 11

26 13 3
                                    

Yunara merasakan suasana Haru menyelimuti rungannya saat mendengar kalimat itu. Dengan penuh kehangatan, dia menepuk lembut pundak Gelin. Di tengah momen itu, Gelin merasakan kehadiran neneknya yang pernah begitu hangat menghiburnya.

"Kau baik-baik saja? " Tanya Yunara khawatir, menyadari bawah pemuda itu sudah tertidur lelap di bahunya.

Saat Yunara menyentuh dahinya, dia terkejut saat merasakan panas yang menyangat. "Badannya panas, "ucap Yunara dengan suara gemeter. " Di mana rumah mu? Jangan pingsan duludulu. Kau harus beritahu di mana rumah mu, "sambil menepuk lembut pipi mulus Gelin.

Dengan enggan Yunara tidak punya pilihan lain selain merangkul tubuh Gelin yang terlalu lemah untuk mengikuti pulang ke rumah, jalan sang sepi, hari semakin larut malam, mendorong Yunara untuk bergerak dengan cepat dalam pelukannya.

Setelah berjam-jam perjalanan, akhirnya Yunara tiba di rumahnya. "Akhirnya aku sampai juga! "Ucap Yunara dengan rasa lega yang terpancar jelas dari wajahnya. Ia merasakan napasnya yang naik turun karena kelelahan perjalanan yang panjang, seperti seorang penjahat yang memberatkan dirinya melakukan beban tak terduga.

Dengan hati yang berdebar, Yunara mengetuk pintu rumah yang masih terbuka. Ibu dan Ayahnya tidak pernah mengunci pintu bila Yunara masih di luar. Gerak cepat sang ibu yang panik sejak tadi saat mendengar suara ketukan pintu, matanya memancarkan kekhawatiran yang mendalam.

"Saat pintu terbuka, sang ibu terkejut melihat Yunara memasuki rumah bersama seorang pria. "Siapa dia? " Tanya sang ibu dengan ekspresi campur aduk antara kekhawatiran dan keheranan.

"Aku tidak tahu namanya, dia menolong ku di jalan tadi, "jelas Yunara sambil memimpin Gelin masuk ke dalam rumah dan membaringkanya di atas sofa. "Uh, dia sangat berat, "ucapnya dengan sedikit kesulitan, duduk di sebelah Gelin dengan ekspresi prihatin.

Dalam momen yang sama, Arvin melihat sang nenek yang sedang rileks menonton televisi sambil menyatap cemilan di runag tamu. Dengan senyuman hangat, Arvin mendekati sang nenek dan duduk di sebelahnya. "Nenek, bagaimana kabar mu? Sudah sehat? Tanha  Arvin lembut dahi sang nenek.

"Nenek baik-baik saja, hanya merasa sedikit lelah, "jawab sang nenek dengan senyuman lembut.

"Apakah nenek sudah makan? " Tanya Arvin dengan perhatian.

"Belum, nenek belum melihat Gelin sejak siang tadi, apakah kau bertemu dengannya? "Tanya sang nenek yang mulai khawatir karena tidak bertemu cucunya sejak tadi.

Gelin sepertinya ada di dalam kamarnya, biar aku panggilkan, "ucap Arvin sambil menuju kamar Gelin. Namun, setelah memasuki kamar, Arvin tidak menemukan Gelin di sana.

" Gelin kau di dalam? "Ucap Arvin sambil mengetuk pintu kamar Gelin namun tidak ada jawaban.

"Gelin tidak ada di kamarnya, mungkin dia sedang berjalan-jalan di laur, " Kata Arvin dengan bijak saja agar sang nenek tidak terlalu khawatir terlalu berlebihan.

Gelin membuka mata perlahan dan melihat sekeliling rungan yang tampak tidak asing baginya. Dengan kepala yang terasa berat, ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya sebelumnya. "Aku ada di mana? "Ucapnya dengan kebingungan, mencoba menyusun potongan memory yang kabur.

"Semalam, setelah kau menolong ku, kau pingsan karena demam tinggi.aku tidak tahu alamat rumah mu, jadi aku membawa mu pulang ke rumah ku, "ucap Yunara tiba-tiba muncul di sisinya, menjelaskan keadaan yang terjadi semalam.

Kedatangan Yunara membuat Gelin tersenyum, tak percaya bila ia melihat orang yang sangat ia sukai lagi hari ini. Rasanya seperti terbangun dari mimpi indah.

"Apakah sakit kepala mu sudah membaik? "Tanya Yunara sambil duduk di sebelah Gelin. Gelin hanya tersenyum sambil mengangguk, menandakan bawah ia semakin merasa baik.

" Jika kemarin aku pingsan, bagaimana mungkin kau membawa ku ke sini? "Tanya Gelin dengan rasa penasaran.

"Aku merangkul tubuh berat mu" Ucap Yunara sedikit kesal.

"Silahkan di minum dulu, Nak,"ucap ibu Yunara yang baru saja datang sambil memabwa segelas air putih untuk Gelin.

Gelin mengambil airnya dan menekuk nya sampai habis. " Terima kasih, "ucapnya.

Yunara bangkit dari tempat duduknya, "ibu aku sudah terlambat. Aku berangkat dulu, "ucap Yunara berpamitan pada ibunya sambil melangkah keluar dengan terburu-buru.

"Hati-hati! " Seru sang ibu dengan suara sedikit keras agar terdengar oleh Yunara yang sudah berlari ke luar rumah.

"Iya, ibu,"balas Yunara merespon pesan dari sang ibu.

Melihat Yunara pergi, Gelin pun bangkit dari tempatnya.Bibi, aku juga pulang.terima kasih sudah menolong ku, "ucap Gelin berpamitan dengan cepat mengejar Yunara yang sudah lebih dulu pergi.

"Tapi kau baik-baik saja? Tanya ibu Yunara dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

" Iya, bibi.terima kasih, "ucap Gelin sebelum benar-benar meninggalkan rumah Yunara.

Gelin menemukan Yunara dan mendekatinya dengan sedikit berlari. Yunara yang melihat kedatangan Gelin merasa sedikit kesal" Kau... "Ucapnya.

"Hi, "sapa Gelin dengan senyuman sambil berjalan di sebelah Yunara yang sengaja mempercepat langkahnya.

"Kenapa kau mengikuti ku? " Tanya Yunara.

"Siapa yang mengikuti mu? Aku mau pulang ke rumah ku, " Kata Gelin. "Kau mau ke mana? "Tanya Gelin sambil memperhatikan Yunara.

"Kerja, " Jawab Yunara singkat.

Gelin menyimak Yunara sejenak lalu bertanya, "apa kau sedingin ini pada semua orang? "

"Tidak, tidak hanya pada orang tertentu,  Jawab Yunara.

"Orang tertentu? Orang yang tidak kau suka maksud mu? " Tanya Gelin.

"Menurut mu? " Balas Yunara.

”itu artinya aku adalah salah satu orang yang tidak kau sukai?"ucap Gelin.

Yunara tidak mau membahas hal tersebut, jadi ia berjalan cepat mendahului Gelin yang tertinggal di belakang.

"Yunara! " Panggil Gelin sambil berlari mengejar.

"Dari mana kau tahu nama ku? " Tanya Yunara Heran, bagaimana Gelin tahu namanya.

"Kartu nama mu" Ucap Gelin sambil menujuk kartu nama yang tergantung di leher Yunara.

"Aish, menyebalkan!"ucap Yunara kesal.

Saat Yunara berjalan, Gelin mundur perlahan. " Yunara! "Panggilnya lagi, " Terima kasih. "Ucap Gelin kemudian.

Yunara berhenti dan menoleh "untuk apa? " Tanya Yunara.

"Karena sudah memberitahu alamat rumah mu, "jawab Gelin sambil tersenyum, membuat Yunara semakin jengkel. Setelah mengucapkan itu, Gelin berlari ke arah berlawanan meninggalkan Yunara yang masih merasa kesal.

Really Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang