"Benarkah? " Ucap sang nenek dengan menatap,meyakinkan sang cucu bawah dia tidak menghamili gadis lain.
"Iya, benar! Nenek pikir aku jenis pria seperti apa? Apa yang kalian pikirkan? Hah! "Jawab Arvin kesal, sambil mengelus-ngekus bagian tubuhnya yang terasa sakit akibat pukulan dari Gelin dan sang nenek.
"Mohon maaf, "ucap sang nenek dan Gelin bersamaan, bersimpuh di depan Arvin, merasa bersalah atas tindakan memukulnya.
"Ish, bangunlah! Itu tidak lucu, "ucap sang Arvin sambil membantu sang nenek dan Gelin bangkit dari posisi berlutut.
"Kak Arvin, kau mau makan pizza?biar ku pesan, "ucap Gelin membujuk sang kakak dengan nada manis, merasa bersalah karena telah bersikap kasar padanya sebelumnya.
" Tidak perlu merayu aku,"jawab Arvin sambil menjambak sedikit gondrong Gelin dengan lembut karena kesal. Namun, Arvin juga tersenyum kecil karena merasa terhibur dengan tingkah polah adiknya yang lucu, yang akhirnya membuat hatinya luluh.
"Siapa yang menelepon tadi? "Tanya Arvin,ingin mengetahui siapa yang telah menelepon.
"Tidak tahu, tapi ku dengar suara seorang wanita,"jawab Gelin.
Mendengar itu, Arvin kembali mengambil ponselnya untuk memanggil kembali nomor yang meneleponnya. Arvin melihat ada nomor yang tidak di kenal di sana, dengan panggilan tak terjawab dari nomor asing tersebut sudah lima kali.
Setelah sambungan telepon berhasil, Yunara segera mengangkat panggilan dengan cepat.
"Halo, " Ucap Yunara dengan suara ceria karena merasa senang panggilannya dijawab.
"Halo, maaf ini siapa iya? "Tanya Arvin begitu sambungan terhubung.
" Ini aku, Yunara. Apa kau pak Arvin"tanya Yunara sambil mencoba memastikan identitas peneleponnya.
Sementara itu, di sisi lain, Gelin dan sang nenek bersembunyi di balik pintu, menguping percakapan Arvin.
"Kakak mu menelepon siapa? " Tanya sang nenek dengan rasa ingin tahu.
"Aku tidak tahu, Nenek. Kita dengarkan saja,"jawab Gelin dengan suara berbisik agar tidak terdengar oleh Arvin yang sedang menelepon.
"Iya, benar. Saya dari Arvin, "nawab Arvin dengan sopan kepada orang di seberang telpon.
"Pak, aku orang yang ada di bus tadi, aku orang yang kau tawari pekerjaan. Apa kau masih inget? "Tanya Yunara dengan antusias.
Arvin hendak menjawab,namun tiba-tiba terdengar suara kentut dari nenek, membuat Arvin terhenti dan merasa malu.
"Pak, itu suara... "Kata Yunara, penasaran dengan suara yang terdengar dari seberang telepon.
"Eh, tidak,bukan suara kentut kuku, itu suara gas, " Jawab Arvin dengan malu.
"Suara gas? " Tanya Yunara bingung.
"Iya, suara gas. Kami di rumah suka begini. Tidak pernah mendengar suara gas sebelumnya? "Kata Arvin sambil pura-pura tertawa.
Mereka pun tertawa bersama menikmati momen lucu tersebut.
"Maaf, "kata Arvin lagi.
" Tidak apa-apa, pak, "jawab Yunara sambil menahan tawanya.
"Di mana aku berhenti tadi, ya? Tanha Arvin, sedikit lupa dengan pembicaraan sebelumnya.
" Sampai mana, pak,"jawab Yunara pura-pura tidak tahu, sedang bercanda.
"Oh, sampai sana. Hmm, kau mau bekerja dengan ku, " Jawab Arvin sambil mengingat kembali isi pembicaraan sebelumnya.
Yunara dengan penuh harap bertanya kepada Arvin apakah dia masih di terima bekerja. Arvin dengan tegas menjawab, "tentu, datanglah ke kantor ku besok. "
Yunara merasa sangat bahagia karena dia akan di terima bekerja di perusahaan Arvin.
"Baik, pak. terima kasih, " Jawab YunaraYunara. Sambungan telepon pun terputus secara bersamaan.
"Ibu, Ayah! Aku di terima! "Ucap Yunara dengan berteriak,membuat sang ibu dan Ayahnya harus terbangun dari tidurnya karena mendengar suara putrinya yang berteriak kesenangan.
Keesokan paginya, Yunara bangun lebih pagi dari biasanya. Dia merasa tak bisa tidur karena kebahagiaan yang menghampirinya, mengetahui bahwa dia akan bekerja di kantor Arvin. Matahari terbit dengan gemilang, langit cerah berwarna biru yang mememancarkan suasana bahagia yang sama yang di rasakan Yunara saat itu.
Yunara menggerakkan keduanya tangannya sambil menikmati hembusan udara segar di dalam kamarnya. Setelah merasakan kesegaran itu, ia bersiap-siap untuk memulai hari yang baru dengan penuh semangat.
Setelah Yunara selesai dengan acara mandinya, ia berdiri di depan lemari untuk memilih baju. Di dalam lemari, ia melihat koleksi baju lama yang masih terlihat baru.
"Emm, aku pakai baju apa iya? "Guman Yunara, memikirkan pilihan yang tepat.
Yunara kemudian mengambil sehelai dress berwarna abu-abu, lalu mengenakannya. Setelah melihat penampilanya di cermin,dia merasa tidak puas dengan pilihannya.
"Ini terlalu jelek, " Keluhnya. Lalu, Yunara memilih menggantikan dress tersebut dengan kemeja berwarna pink muda dan rok hitam pajang di bawah lutut.
"Ini lumayan bagus, "ucapnya dengan senang setelah melihat penampilanya dengan busana baru yang di pilihnya.
Setelah melihat dirinya di cermin, Yunara kemudian melakukan refleksi, "kayaknya aku terlalu banyak makan belakangan ini, berat badan ku jadi naik" Ucapnya.
Setelah memilih pakaian yang cocok, Yunara melanjutkan dengan meris wajahnya. Ia menaburkan sedikit makeup di wajahnya yang bebas dari jerawat. Yunara kemudian mengoleskan lipstick berwarna pink muda yang memberikan sentuhan cantik dan natural pada penampilannya.
Di tengah kesiapan Yunara untuk berangkat, ibunya memanggilnya dari meja makan, "Yunara! Kau sudah siap? Cepet, ayo kita sarapan! "
"Iya, ibu! " Jawab Yunara dengan sigap.
Namun, ketika melihat jam di tangannya, Yunara kaget, "Oh, Astaga!Sudah jam 8! "Dia menyadari bawah dia sudah terlambat.
"Aku terlalu lama memilih baju, " Keluhnya, semakin kesal karena hari itu adalah hari pertamanya bekerja.tanpa banyak bicara, Yunara berlari menuju pintu keluar dengan terburu-buru.
"Ayo, sarapan! "ajak sang Ayah yang sudah menunggu Yunara sejak tadi.
"Ayah, ibu, aku pergi! "Ucap Yunara sambil berpamitan, sambil memakai sepatu dengan cepat karena terlambat. Tanpa menunggu lama, Yunara melangkah dengan cepat menuju halte bus, berharap sampai di tempat kerja telat waktu.
Setibanya di halte bus, Yunara merasa kecewa karena tidak ada satupun bus yang lewat. Terlihat bawah bus-bus tersebut telah berangkat lebih awal,dengan tidak adanya penumpang di halte.
"Deng, sepertinya aku ketinggalan bus,"gumam Yunara dengan nafas tergesa-gesa setelah berlari.
Tanpa ingin kehilangan kesempatan, Yunara melihat sekeliling dan melihat ada taksi melintas. Tanpa raguragu, ia melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi tersebut.
Taksi pun segera berhenti di depan Yunara, dan tanpa pikir panjang, Yunara langsung masuk ke dalamnya, siap untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat kerja.
Di sepanjang perjalanan, Yunara mulai merasa kesal karena sopir taksi melanju dengan lambat.
"Pak, tolong agak cepat sedikit,"pinta Yunara dengan nada tegas, berusaha menyampaikan Ketidaknyamanannya.
"Ini yang sudah bisa ku lakukan! "Balas sopir dengan ekspresi kesal.
"Tapi masih kurang cepat,Pak!"balas Yunara dengan ketegasan.
"Kalau begitu, kau saja yang menyetir, "jawab sopir dengan suara galak, membuat Yunara merasa takut dengan responnya.
"Mohon maaf, pak, "ucap Yunara dengan suara yang lebih tenang, berusaha meredakan ketegangan di dalam taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Love
RomanceGelin adalah seorang pemuda yang bercita-cita menjadi penulis, Gelin suka dunia nulis menulis sejak ia masih sekolah menengah dia adalah penulis novel di internet. Namun, belum ada satu pun penerbit yang melirik novelnya. Di balik dirinya yang ceria...