Bab : 4

44 35 2
                                    

"Ibu, ayah,aku pulang! "Ucap Yunara sambil masuk ke dalam rumah dengan langkah ringan, menyambut aroma masakan yang menggoda di dapur.

" Anak, Ayah udah pulang. Cepat kemari, kenapa kau lama sekali pulang? Tanya sang ayah sambil tersenyum hangat, menatap putrinya dengan penuh kehangatan.

Yunara tersenyum tulus sambil  memeluk ayahnya dari belakang  dengan kehangatan, "maaf, Ayah, "ucapnya sambil mencium pipi ayahnya dengan penuh kasih sayang.

"Ayo duduk-duduk,kita makan malam dulu, "ajak sang ibu sambil menyuguhkan hidangan lezat yang masih mengeluarkan asap hangat.

"Bagaimana? Apakah kau di terima bekerja? "Tanya ibu Yunara sambil menatap putrinya dengan penuh perhatian, mencoba membaca ekspresi wajahnya.

"Belum, "jawab Yunara dengan nada sedih, merenungkan perjalanan  panjang mencari pekerjaan yang cocok baginya. Cerita tentang pengalaman kerja singkat di kantor terkenal masih membayangi pikirannya.

Melihat ekspresi putrinya yang sedih,ibu dan Ayah Yunara merasa prihatin.

"Tidak masalah. Setiap kesulitan pasti ada jalannya.Jangan terlalu berkecil hati, "ucap sang Ayah sambil mengusap lembut punggung putrinya.

"Maaf, kata Yunara sekali lagi, merasa terharu dengan dukungan dan cinta yang di berikan oleh ke dua orang tuanya.

"Kehidupan memang penuh liku-liku.tetaplah tegar dan terus berjuang, "tabah sang ayah dengan penuh semangat.

"Ayo kita makan! " Seru sang ibu mencoba mengubah suasana menjadi lebih ceria.

"Ibu, Ayah, tadi aku membantu seorang wanita ke rumah sakit, dia sudah melahirkan dengan selamat, "cerita Yunara, membagi kebaikan yang di alaminya.

"Kau luar biasa, nak! Tetaplah menjadi sosok yang perduli, " Ucap sang ibu sambil memeluk erat putrinya dengan bangga.

Di sisi lain.

"Halo! Ada orang di rumah? "Seruh pemuda tampan dengan suara riuh, memanggil orang-orang di dalam rumah yang hening tanpa kehadiran penghuni. Ruang tamu gelap terasa misterius karena lampu masih mati saat pemuda itu memasuki rumah.

"Selamat datang! "Sambut seorang wanita paruh baya yang cantik dan angun, melangkah elegan mendekati sang putra sambil membawa kue di tangan.

Pemuda itu merasa terharu melihat ibu dan ayahnya memeberikan  kejutan di hari kepulangannya dari Amerika. Perasaan Haru semakin deras saat ia melihat dekorasi rumah indah, dengan lampu warna-warni  dan poster bertuliskan selamat datang memancarkan hangatnya sambutan.

"Wow! Ini luar biasa! "Seru pemuda itu dengan mata yang berbinar-binar karena terharu.

" Kamu suka, kan? "Tanya sang ibu sambi tersenyum penuh harapan.

" Sangat suka! "Jawab pemuda itu sambil memeluk sang ibu dengan erat.

"Ucapkan terima kasih pada nenek mu"ucap David, ayah pemuda itu, dengan senyuman lembutnya.

"Ayah, apa kabar? "Sapa pemuda itu  sambil memeluk sang ayah dengan hangat, merasakan moment rindu akan kebersamaan keluarga.

"Ayah baik, Nak, " Jawab sang ayah sambil membalas pelukan dengan penuh kelembutan.

"Nenek yang merencakan kejutan ini, iya? "Kata pemuda itu, memandang sang nenek dengan penuh kehangatan. "Terima kasih, Nenek, "ucapnya sambil memeluk sang nenek dengan penuh cinta.

"Siapa kamu? "Tanya sang nenek tiba-tiba, amnesia kembali menyerang, membuatnya melepaskan cucunya dengan ragu.

" Sepertinya nenek mu lupa padamu, iya, "ucap David sambil tertawa kecil, pemuda itu terbiasa menghadapi kondisi neneknya, ia tetap tersenyum lembut menghadapi situasi tersebut.

Pemuda yang sempat bekerja sebagai produser di Amerika itu memandang sekeliling rumahnya, merenungi kenangan yang mengalir dalam rasa rindu yang mendalam.

"Di mana Gekin, Ayah? "Tanya pemuda bernama Arvin dengan penuh keceriaan. Namun, sang Ayah  memperlihatkan reaksi tak suka saat mendengar nama Gelin di sebut.

"Kenapa kau merindukan aku? "Tanya Gelin, yang tiba-tiba muncul di belakang mereka. Pemuda tampan dengan rambut gondrong itu tersenyum tulus menyambut kedatangan kakaknya.

Melihat Gelin, Arvin langsung berlari menghampirinya dan memeluknya erat,memancarkan rasa rindu yang begitu dalam.

"Apa kabar, kak? "Tanya Gelin dengan senyuman ceria.

"Aku baik, "jawab Arvin. "Bagaimana dengan mu? " Tanya Arvin balik.

"Seperti yang kau lihat, aku tumbuh dengan baik"balas Gelin sambil tersenyum tulus. Keluarga besar itu pun merayakan kepulangan Arvin dengan sukacita.

Di pagi yang cerah itu, langit biru yang jerih memancarkan keindahan alam yang menakjubkan. Matahari yang bersinar terang seperti bola api,memberikan kehangatan yang menyenangkan pada pagi itu. Di halte  bus yang sepi, Yunara duduk dengan sabar sejak 15 belas menit yang lalu, menunggu kedatangan bus yang akan membawanya ke kota.

Dengan penuh semangat, Yunara berbisik pada dirinya sendiri, "semoga hari ini aku di terima bekerja. Semangat! "Suaranya penuh harapan dan semangat yang memancar dari dalam hatinya.

Dari kejauhan, Gelin, seorang pria yang bertemu dengan Yunara kemarin, memperhatikan Yunara dengan pandangan penuh kekaguman. Senyum senang terukir di wajahnya saat melihat kecantikan Yunara. Setelah pertemuan kemarin, hari Gelin terasa berbunga-bunga  karena kembali bertemu dengan wanita yang menawan itu.

"Dia begitu cantik! Aku tidak bisa berhenti menatapnya, " Ucap Gelin  dalam hati, sambil merasa sulit untuk mengalihkan pandangannya dari Yunara. Kehadiran Yunara membuat jantungnya semakin cepat dan rasa gugup mulai menyelimutinya.

Dengan penuh keberanian,Gelin mengelus dadanya yang berdegup kencang akibat bumbu-bumbu cinta yang mulai merasukinya. Namun, ia merasa ragu untuk berkenalan secara langsung dengan Yunara,takut kegugupan akan menghalangi kata-katanya.

Dengan hati yang berdebar kencang,Gelin akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri Yunara yang tengah duduk dengan tenang sambil mendengarkan lagu dari earphone yang terpasang di telinganya. Sebelum menyapa, Gelin mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya yang di penuhi rasa gugup.

"Selamat pag,i"sapanya dengan suara lembut yang bergetar sedikit,mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Yunara dengan hati bergejolak, melepaskan earphone di sebelah telinganya kanannya saat mendengar seseorang menyapanya. Matanya terbelagak kaget ketika melihat Gelin,pria yang ia jumpai kemarin dan membuatnya kesal. Mengingat insiden kemarin di mana Yunara salah paham dan menuduh Gelin sebagai orang genit, rasa malu menyerpanya saat ini.

Meskipun sebenarnya tidak terlalu senang untuk bertemu lagi dengan Gelin, Yunara memutuskan untuk tetap bersikap sopan. Dengan hati yang berat dia pura-pura tersenyum tipis sebagai balasan sapaan dari pemuda itu. Ekspresi wajahnya mencoba menutupi rasa malu dan keraguannya.

Gelin mencoba membuka pembicaraan dengan penuh keberanian, "apa kabar? "Katanya, meskipun sedikit gugup. Baru saja bertemu dengan Yunara, namun rasa ingin tahu dan ketertarikan terhadap wanita itu membuatnya agak ceroboh.

Yunara merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan Gelin yang terlalu cepat, mengingat mereka baru saja bertemu. Dengan nada ketus,Yunara menjawab, Maaf, kita tidak saling kenal, "lalu berlari kecil menuju bus yang sudah tiba.Namun,tangan Yunara di hentikan oleh Gelin sebelum dia sempat masuk ke dalam bus.

"Kau mau ke mana? "Tanya Gelin dengan penuh keingintahuan, tak menyadari bawah tindakannya membuat Yunara kesal.

" Beraninya kau menyentuh tangan ku! "Ucap Yunara dengan nada tak suka, kemudian meninggalkan Gelin dan memasuki bus dengan langkah cepat, berharap pria itu tidak mengikutinya.

Really Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang