chap1

1.4K 79 0
                                    

Pagi hari:

Fiony yg baru saja bangun tidur merasa sedikit kesusahan karena ada tangan yg sedang memeluknya. Setelah beberapa menit akhirnya dia sudah mengumpulkan semua nyawanya dan melihat kearah samping. Dapat dia lihat sang adik yg masih tertidur dengan sangat tenang. Hal itu membuat dia tersenyum dan mulai melonggarkan pelukan sang adik.

" mending mandi deh abis itu turun ke bawah " gumam fiony










  Di Dapur:







  Terlihat seorang wanita paruh baya yg sedang bergulat dengan beberapa alat dan bahan memasak. Dia begitu serius untuk menyiapkan sarapan untuk anak² dan suaminya. Meski keluarganya berkecukupan malah lebih dari kata cukup, dia tidak pernah memperkerjakan seorang pembantu. Baginya gak ada yang bisa menggantikan peran itu.
"Kalo bukan aku yg nyiapin segalanya buat kalian buat apa aku ada di hidup kalian" Prinsip seorang  Dhyna Cindy Athala Hapsari

Saat sedang fokus memasak, Cindy dikagetkan oleh sang suami yg langsung memeluknya dari belakang

" Ehhh... Ternyata kamu mas, aku kirain siapa" ucap Cindy tersenyum kearah sang suami
"Maaf ya ngagetin, tadi pas aku bangun kamu udah gak ada, aku kira kamu ngilang gitu aja"ucap Zidan sambil mempererat pelukannya
"Aku gak kemana mana kok mas.. Oh iya aku mau minta tolong boleh"
"Jangankan minta tolong, kamu minta emas,berlian,rumah kalo mau pulau sekalipun aku beliin" sombong Zidan sembari menepuk dadanya

"Songong bet bro"
Mereka yg sedang berduaan di dapur pun dikagetkan oleh suara yg datang dari atas

"Udah dong pelukannya jangan buat mata Cece ternodai pagi pagi" ucap Fiony sambil terkekeh pelan
"Ngagetin aja kamu Ce, tumben udah bangun biasanya juga susah kamu dibangunin" sindir cindy
"Ihh bunda mah bukannya dipuji kek atau apalah gitu anaknya bangun pagi ini malah disindir" sinis Fiony
"Kamu itu Ce kalo ayah sama bunda gak teriak² pasti gak bakal bangun... Kamu itu tidur atau latihan mati sih?" Heran Zidan, karena memang sebelum hari ini Fiony susah untuk bangun sepagi ini dimana ini baru jam 05.20

PLAK
Suara keras terdengar cukup nyaring di dapur
"Sembarangan banget kalo ngomong" ucap Cindy menatap tajam Zidan. Enak aja anaknya dibilang latihan mati

"Sakit bun" ringis Zidan
"Sekata kata ayah ngatain aku latihan mati" cemberut Fiony menatap ayahnya yg sedang mengusap ngusap lengannya setelah mendapat tamparan kasih sayang dari sang istri tercinta

" Mending kalian bangunin yg lain gih... Bunda mau masak nanggung nih dikit lagi beres"

" SIAP BUN"

"Ce kamu mau bangunin siapa?" tanya Zidan
"Emmm Erine aja deh yah"
"Okeeyy bro kita bangunin mereka"

Tapi.......

Zidan bukan naik ke kamar atas untuk membangunkan mereka, melainkan pergi kembali ke dapur

"Lah kok malah balik lagi ke dapur" heran Fiony

"Mas kan aku suruh bangunin anak² kok malah balik lagi kesini sih" heran Cindy menatap Zidan yg sedang mencari sesuatu
"Cari apaan sih mas"
"Enggak kok ini udah ketemu.. Aku mau bangunin anak anak dulu ya" jawab Zidan cepat dan langsung berlari ke arah tangga dimana Fiony masih berdiri disana dan yap dengan posisi badan nyender ke tangga dan bengong

"Punya suami kok aneh banget"

"Ce hayu malah bengong"
"Ayah ngapain bawa galon kosong mana dua lagi"
"Buat genderang peperangan" ngawur Zidan
"Aku tau maksud ayah" ucap Fiony tersenyum tipis dan langsung berlari ke atas.
Sekarang keduanya berada di depan pintu kamar Rava dan Erine

"Are you ready ?"
"of course"

"KAMI DARI BULAN TUJUH BULAN MEI"
"BULAN MEI"
"AYO DONG BANTAI KAMI"
"BANTAI KAMI DONG BANG"
"KALO ELO PUNYA NYALI(KALO PUNYA NYALI YEE"
"TONGKRONGAN KAMI BUKAN TONGKRONGAN PECUNDANG" BRAK BRAK BRAK (anggap aja suara galon yg dipukul dipukul)

Since 16Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang