04 : Pertemuan kedua kalinya

24 6 1
                                    

◉ Jangan lupa vote&komen yaa readers!!

"Safina? " suara ayahnya yang memanggil dari luar kamar.

"I-iya, Yah, masuk aja pintunya nggak dikunci. "

Erlan membuka pintu perlahan, menampakan Safina tengah duduk di tepi ranjang dengan wajah yang khawatir. Karena Safina mengingat ucapan ayahnya semalam. "Nak kalau kamu sekiranya kenalan dulu mau nggak? Ayah nggak akan langsung jodohin kamu gitu aja, kok. Yang penting kamu ketemu dulu sama anak lelaki dari sahabat ayah. Mau?

Safina hanya menjawab dengan anggukan kepala pasrah. Karena ia bingung harus bagaimana nantinya, karena dirinya tidak mengetahui lelaki yang akan dikenalkan kepada nya, karena ayahnya tidak langsung menceritakan asal usul lelaki itu. Terlebih sekarang Safina hanya menyimpan perasaanya kepada seseorang yang bernama alzan.

" Nak,"ucap erlan yang menyadar kan Safina dari lamunannya. Lelaki itu kian mendudukan tubuhnya ditepi ranjang dengan merangkul bahu anak gadisnya itu.
"Tadi ayah dapet kabar kalo keluarga sahabat ayah mau datang hari ini. Mereka sekarang lagi dijalan. Mungkin karena semalam sempat Ayah kabarkan tentang kamu yang menyetujui pertemuan ini.

Bak petir disiang bolong ini sungguh mengejutkan bagi Safina.

Lantas ia memasang wajah tidak percaya seraya bertanya, " serius? Hari ini? Keluarga sahabat ayah yang diceritain ke aku kan? Yang mau aya jodohin ke aku itu?

Tangan yang mendekati dengan masa keriput itu bergerak naik turun mengusapi punggung Safina dan mengangguk berkali-kali sebagai tanggapan dari deretan pertanyaan yang terlontar dari mulut anak gadisnya.

"Iya, kamu nggak keberatan, kan?

" Kalo cuma ketemu aja, sih, aku nggak keberatan."

"Alhamdulillah."

Melihat sang Ayah tersenyum, Safina ikut tersenyum dengan terpaksa dan terdapat embusan napas pelan di sela-sela senyumnya.

"Berarti sekarang kamu siap-siap, pake jilbab yang rapi."

"Iya."

Erlan bangkit dari duduknya. "Ayah tinggal dulu mau kebawah ya, "

Usai Erlan lenyap dari pandangannya, senyum Safina memudar seketika. Ia mencari cari baju gamis sambil kedua belah bibirnya komat kamit menggerutu.

Padahal aksi memilih baju itu belum selesai, tetapi Safina sudah mendengar suara mobil didepan rumahnya. Safina yakin mobil itu milik keluarga sahabat Ayah-nya. Iris telinga Safina kalau tidak percaya.

"KAK, CALON LO DATENG, KAK! "
Zidan dengan napas yang terengah-engah datang membuka lebar pintu kamar safina dan langsung menarik lengan kakanya itu dengan penuh semangat. Mau tak mau Safina mengikuti kemana arah zidan membawanya.

Mereka berdua mengintip keluarga sahabat ayahnya yang baru datang untuk memasuki rumahnya. Awalnya mereka menatap dengan tatapan yang biasa saja. Tetapi saat melihat sosok lelaki yang masuk terakhir, kakak beradik itu saling memandang satu sama lain dengan tangan yang digunakan untuk menutup mulutnya.

"HAH? ALZANN?!" Safina menepuk baju zidan dengan keras seakan melampiaskan rasa tidak percayanya.

"Ya, udah, buruan pake kerudung!" Zidan mendorong punggung gadis itu agar kembali masuk ke kamarnya dan bersiap-siap.

Pandangan Zidan beralih ke lantai bawah lagi. Walaupun ingin melihat Alzan dari dekat, entah mengapa tito merasa malu untuk menghampirinya. Padahal biasanya sudah sering ketemu.

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang