08 : Perkara nugas bareng.

19 6 0
                                    

◉ Jangan lupa tinggalkan vote & komen.

◉ Happy Reading💕

    Setelah berbincang-bincang mengenai masalah perjodohan, Alzan dan keluarganya tak langsung beranjak untuk pulang, mereka masih asyik bertukar cerita. Sementara Safina harus meninggaalkan obrolan mereka lantaran ada teman kampusnya datang kerumah untuk mengajaknya mengerjakan tugas bersama. Namanya Ika Nurmayanti atau biasa dipanggil Ika. Sebenarnya Safina tak terlalu dekat denganya, tetapi tugas membuat mereka terpaksa harus bertemu.

Meskipun malas yang luar biasa, ditambah sensasi tegang saat menentukan keputusan tadi masih begitu terasa, Safina memaksakan diri karena Alzan, pasalnya dirinya tak nyaman dengan tingkah Ika yang terus menerus memperhatikannya. Lelaki itu mengadu pada Safina dan menyarankan agar Safina mengerjakan tugas diluar atau ditempat yang dimana Ika tak dapat melihat Alzan.

Akhirnya safina mengajak sofi untuk pergi ke kafe terdekat dari rumahnya. Safina tak pernah berpikiran buruk tentang ika, karena gadis itu memang dikenal sebagai gadis yang tak kalah cantik dan alim di kampusnya.

"Laki-laki yang tadi dirumah kamu siapa, Na?" tanya Ika sambil meminum jus buahnya.

"Alzan," Safina menjawab malas.

"Saudara kamu?"

Safina bergumam rendah dan melirik ke sembarang arah, memperhatikan siapapun orang yang berlaku lalang, karena ia tak tahu mengapa tiba-tiba malas melihat Ika yang terlihat sekali menyukai Alzan. Safina tak heran jika Ika menyukai Alzan karena lelaki itu mempunyai pesona yang luar biasa.

"Kamu punya nomornya?"

"Lo, mau?" Safina muak dengan basa-basi Ika yang sejak tadi membicarakan Alzan.

Safina hanya menunjukan senyum beserta gigi rapihnya.Dan Safina dengan mudah langsung memberikan kontak Alzan pada Ika. Lagi pula Safina ingin tahu respons Alzan terhadap perempuan lain selain dirinya. Apalagi Ika yang memiliki paras cantik dan alim yang seimbang jika disandingkan dengan Alzan. Sedangkan Safina, dia tak pernah ingin disebut-sebut cocok bersama Alzan, karena dirinya sadar diri bahwa dia sangatlah jauh dengan Alzan dan tidak pantas.

Melupakan topik tentang Alzan, Safina menyuruh Ika untuk cepat-cepat menyelesaikan tugasnya. Bukan karena Safina ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya dan meninggalkan Ika, akan tetapi Safina ingin pulang segera. Ia memikirkan apa saja obrolan Ika dan Alzan ketika nanti di room chat, kalau disebut cemburu sepertinya tidak juga, karena Safina meyakinkan pikirannya bahwa ia penasaran semata.

Mereka menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam di kafe, setelah itu Safina langsung berpamit untuk pulang. Tetapi, tiba-tiba Ika ingin mengantarkan Safina sampai kerumahnya, padahal jarak dari kafe kerumahnya Safina tak begitu jauh, apakah ini modus? Safina bisa memesan ojek online atau bahkan ia bisa saja meminta Alzan untuk menjemputnya.

"Mau aku anter nggak?"

Safina mengibaskan tangannya, "Ah, gak usah, gak usah repot-repot, rumah gue deket kok."

"Udah gak papa gue anter aja."

Safina tak bisa menolak lagi. Ia mengiyakan tawaran dari Ika untuk mengantarkannya pulang, meski Safina tahu itu adalah maksud Ika untuk sempat menemui dan melihat Alzan, yang disembunyikan dari tawarannya.

Waktu yang mereka butuhkan untuk sampai kerumah Safina hanya sekejap. Ika memarkirkan motornya didepan gerbang, karena disaat bersamaan, Alzan hendak mengeluarkan mobilnya juga. Safina menghampiri Alzan yang sedang berdiri menatap pokus ponselnya didepan pintu mobil dan Ika yang melihat itu ikut mengikuti langkah Safina pergi.

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang