12 : Meminta Restu.

16 6 2
                                    


◉ Jangan lupa vote & komen

Pagi hari!

Pagi hari ini begitu indah untuk dipandang, dihiasi dengan cerah sinar matahari pagi yang tidak terlalu terik, terdengar kicauan burung yang saling menyahut, bunga-bunga di pekarangan rumah Safina bermekaran dengan indah. Gadis itu membuka jendela kamarnya lebar-lebar sambil merentangkan kedua tanganya, menikmati tiap udara sejuk yang keluar masuk lewat rongga hidung, Safina aslinya ingin bermalas-malasan sebelum siang nanti untuk mengerjakan tugas kuliahnya.

Tapi niat bermalas-malasan itu seperti nya tidak direstui. Safina yang masih asyik terpejam menikmati hawa pagi, mendadak sebuah suara terdengar didepan wajahnya saat dia membuka mata.

"Senyam-senyum sendiri kaya orang gila lu, beres-beres rumah!" suruh Zidan dengan nada seperti majikan yang kejam.

"Baiklah, paduka raja.... " Safina berpura-pura melas dan mengambil sapu yang ada dikamarnya. "RAJA FIR'AUN, HAHAHAHAHA!." Ucap Safina sambil lari mengambil sapu agar bisa menghindari kejaran Zidan.

Meski 'anak-anak'sudah tidak pantas menjadi sebutan bagi mereka, tapi tetap saja kakak beradik itu bertingkah laku layaknya anak kecil. Tetapi selalu ada masanya dimana mereka saling bertukar cerita dengan serius, dan kadang kala mereka juga masih sering kebiasaan bergaduh walaupun dengan alasan yang sepele.

"Udah, dan, gue gak kuat lari-larian. " ucap Safina sembari ngos-ngosan.

"Iya, gue juga jadi keringetan nih, pagi-pagi."

"Okey, berarti kita baikan?"

"Kaga, beresin kamar gue dulu, baru kita baikan."

Safina seketika memukul punggung Zidan dengan gagang sapu yang masih ia pegang. "Males!"

Safina berjalan berdentum-dentum untuk pergi menjauh dari Zidan yang menyebalkan. Ia langsung memulai rutinitasnya membereskan rumah dan menyiram tanaman yang ada diluar rumah. Setelah dirinya membereskan rumah semuanya Safina pun melanjutkan untuk pergi keluar untuk menyiram tanaman, Safina pun langsung mengambil selang air dan memasangkan selang itu kepada keran yang terletak di halaman rumah. Proses penyiraman pun dimulai. Dirinya tidak merasakan lelah ketika menyiram tidak seperti menyapu tadi,sekarang dirinya hanya berdiam diri dan hanya tangan yang bergerak. Ketika Safina sedang menyiram tanamanya. Tiba-tiba...

"Safina" ayahnya Safina memanggil dari dalam.

"Iya, yah, bentar, nanggung bentar lagi nih." jawab Safina sambil menyiram tanaman.

Tak menunggu lama, setelah selesai menyiram tanamanya, Safina pun bergegas mematikan keran air dan menghampiri ayahnya di dalam.

Sesampainya didalam, Safina pun menanyakan kepada ayahnya ada apa tadi memanggilnya. "Ada apa, yah?" tanya Safina.

"Makan dulu, mama kamu udah masak nasi goreng, tuh." jawab Erlan yang menyuruh Safina makan.

"Iya, iya."

Tapi sebelum mereka makan, Erlan memberi tahu sesuatu kepada Safina.

"Nak, katanya,Alzan minggu depan akan datang kesini sama orang tuanya.

Begitu terkejut Safina mendengar ucapan dari ayahnya, karena Alzan akan datang minggu depan.

Lantas Safina langsung melahap nasi goreng itu setelah mendengar ucapan ayahnya tanpa merespons balik, tapi Safina yang melahap nasi goreng, pikirannya yang mendadak tidak karuan karena memikirkan hal yang akan terjadi pada hari minggu mendatang.

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang