05 : Salah Tingkah

23 8 3
                                    

◉ Jangan lupa vote&komen yupss!!

Seperti hari-hari biasanya, Alzan selalu pergi ke masjid sebelum adzan shubuh berkumandang. Yang menjadi alasan Alzan selalu datang ke masjid lebih dulu adalah karena ia telah diamanatkan untuk menjadi imam disana. Tepatnya setelah lulus dari bangku kuliah dan pesantren nya.

Semenjak Alzan menyelesaikan pendidikan nya di Kairo Mesir tepatnya 5 tahun yang lalu, Alzan mendapat banyak tawaran untuk menjadi guru agama dan bahasa Arab diberbagai tempat. Saat ini Alzan tengah mengajar di pondok pesantren Modern yang terletak tidak jauh di daerahnya yaitu cianjur.

Sebenarnya Ayah sempat menawarkan Alzan untuk menggantikan ayahnya sebagai guru di madrasah Aliyah, tetapi Alzan belum bisa mengiakan permintaan tersebut lantaran ia masih memiliki tanggung jawab untuk mengajar disini.

Selesai melaksanakan kegiatan nya dimasjid, Alzan pun beranjak untuk langsung pulang.

🌪

Sesampainya dirumah, Alzan tiba-tiba memikirkan perkataan antara dirinya dan Safina ketika pertemuan beberapa hari lalu. Alzan memikirkan apa saja yang ia katakan ketika itu, takutnya ada kata-kata yang salah dan membuat Safina marah. Memiliki maksud untuk mencari letak kesalahan takutnya ada kata-kata yang kurang baik sehingga membuat Safina berprilaku berbeda kepadanya.

Karena masih ada waktu sebelum dirinya melaksanakan kegiatan sebagai pengajar, Alzan menggunakan waktu itu untuk pergi kerumah safina, sekadar untuk membenarkan dan mempertanyakan ucapan ucapannya yang pernah ia ucapkan kepada safina ketika beberapa hari itu, karena takutnya ada perkataan yang membuat safina tak enak hati.

Saat mobil alzan telah terparkir sempurna di depan gerbang hitam rumah si gadis, perasaannya menjadi campur aduk tidak karuan. Alzan memberanikan diri untuk masuk ke dalam karena memang gerbang rumah safina selalu terbuka dan hanya ditutup saat pemilik rumahnya hendak tertidur. Tepat saat Alzan mengetuk pintu, safina keluar tanpa menggunakan jilbab. Jelas wajah Alzan langsung merah padam dan ia memunggungi safina karena tak ingin melihat aurat gadis itu.

"Eh, Zan," sapa safina santai sembari menempelkan koyo di dahinya.

"Pake dulu jilbab kamu." Nada bicara Alzan bergetar.

"Nanggung." ucap safina.

Alzan tetap bersikeras menyuruh safina memakai jilbabnya. "Pake jilbab kamu atau saya pulang." karena tak mau mendengar ceramah panjang lebar Alzan lagi, safina langsung masuk ke dalam untuk memakai jilbabnya asal-asalan, tak peduli jika Alzan melihat nya jelek atau bagaimana.

"Udah."

Alzan masih enggan melihat safina, "Beneran? "

"Ck, iyaaa"

Alzan membalik badanya pelan-pelan, melirik Safina sekilas hanya untuk memastikan gadis itu telah menggunakan jilbab, kemudian membuang pandangannya lagi.

"Mau ngobrol disini atau diruang tamu?" tanya Safina dengan nada cukup tinggi.

"Kalo kamu lagi pusing, saya nggak akan ajak ngobrol sekarang kok, karena Alzan melihat koyo yang tertempel di dahinya menandakan bahwa Safina sedang pusing atau tidak enak badan. Kamu istirahat aja." ucap Alzan karena khawatir.

Suasana senyap, Safina tak menanggapi ucapan Alzan yang barusan. Tak ingin terjebak dalam situasi senyap dan Crunchy seperti ini, Alzan membuka suaranya kembali. "Ayah bunda saya mau kesini minggu depan mau bicarain tentang perjodohan ini lagi, mereka mau tahu kejelasan kamu, karena kamu ini masih abu-abu buat saya, Safina. "

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang