10 : belum bisa melupakan.

16 6 3
                                    


◉ Jangan lupa vote & komen

◉ Happy Reading💞

Pagi hari...

Pagi yang cerah ini membuat Safina sangat enggan meninggalkan rumahnya, pasalnya di pagi hari ini Safina tidak mengerjakan tugas kuliah nya secara online,akan tetapi mengharuskan dirinya untuk pergi langsung kekampus.

Sesampainya dikampus Safina mempercepat langkah kakinya menelusuri ruangan kampus yang begitu ramai dengan mahasiswa, tetapi tak sengaja Safina bertemu dengan ika, jujur saja dirinya sangat malas jika bertemu dengan ika.

"Eh ada Safina." ucap ika selayaknya menyapa.

Tetapi, Safina hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban untuk Ika. Karena dirinya menghindari Ika yang pasti akan meminta Safina untuk mengenalkan Alzan padanya. Dugaan Safina memang benar, Ika ternyata memang menyukai Alzan saat pandangan pertama. Safina tidak heran jika gadis-gadis banyak yang terpikat dengan pesona Alzan, hanya saja gadis yang kali ini terlihat nekat dan akan berusaha dengan ugal-ugalan.

Sudah berkali-kali Safina menjelaskan pada Ika tentang Alzan yang tidak menyukai interaksi berlebihan dengan lawan jenis, tapi Ika tidak mau mendengar. Akhirnya Safina bodo amat dan membiarkan Ika melakukan apa pun yang ia mau. Jika dia tetap memaksa untuk bisa dekat dengan Alzan, Safina yakin kehadiran Ika akan diabaikan. Harusnya Safina mengatakan bahwa dirinya adalah perempuan yang akan menjadi istri Alzan, tapi Safina memlih untuk menyembunyikan hal itu dari Ika dan dari teman-temannya, bukan karena malu, melainkan takut mereka akan menaruh hati juga pada Alzan.

Berbicara tentang Alzan, Safina jadi memikirkan perihal lamarannya yang akan dilangsungkan dalam waktu dekat. Setelah keputusan itu bulat, pihak keluarga Alzan memilih jangka waktu beberapa minggu paling telat 2 minggu untuk menuju hari lamarannya. Dan Alzan menyetujui hal itu dengar syarat, ia tidak mau sering ketemu dengan Safina kecuali bertemu karena ada hal-hal penting yang harus dibicarakan dan Alzan menginginkan ada pihak ketiga agar mereka tidak dalam posisi berduaan.

"Na!"

Safina hampir saja terjatuh karena kaget, pasalnya teriakan itu mengejutkan baginya yang sedang melamun.

Rupanya itu adalah Nitta, sahabat bermain sejak Safina kecil. Namanya panjangnya Nitta Natalia putri.

"Ngelamun mulu lo, kenapa?

" Gak apa-apa." ucap Safina berbohong.

Nitta pun menunduk sambil menatap Safina dengan tatapan yang menginterogasi. Perlahan-lahan wajah Nitta semakin maju, kontras dengan Safina yang justru memundurkan badannya.

"Aku melihat ada kegalauan di wajahmu, " kata Nitta sambil menirukan suara yang sedang baca mantra.

"Iya gue galau, mau nikah gue."

Sejenak diam, kemudian Nitta tertawa terbahak-bahak sampai seisi koridor melihat kearah mereka berdua. Safina sudah menduga reaksi Nitta akan seperti ini.

"Elo? Nikah?" Safina mengangguk dan Nitta tertawa lagi. "Lo, tuh, udah kesibat kali, ah." ucap Nitta karena tak percaya.

Terserah, lo," Safina melirik Nitta sinis kemudian melipat tanganya ke depan dada.

Nitta masih tertawa geli. Tetapi perlahan tawanya memudar kala melihat Reza melewati Safina dengan pandang lurus tanpa menoleh ke arahnya, biasanya lelaki itu heboh jika bertemu dengan Safina. Ditambah Nitta melihat Safina yang memalingkan wajahnya.

"Eh, ada si Reza, tuh." ucap Nitta sambil menepuk bahu Safina.

"Terus gue harus ngapain?"

"Lagi berantem lo, ya?"

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang