09 :Menerima kenyataan.

14 6 2
                                    

◉ Jangan lupa vote & komen.

◉ Happy Reading💞


Malam pun tiba, pukul 19.00 WIB.

Tibanya Reza dirumah safina dirinya tak banyak bicara seperti pada biasanya, ia terlihat kaku karena dihadapan nya ada Erlan ayahnya safina, Dan ada hal yang perlu kalian tahu, bahwa Reza tidak mengetahui apa maksud safina untuk menyuruhnya datang kesini, Reza sempat berpikir bahwa dirinya disuruh untuk datang kesini bahwa ia akan mendapat restu dari orang tuanya safina. Padahal, yang harus dipikirkan Reza nanti ekspetasi nya akan hancur sehaancur-hancurnya.

"Om, Maaf, safina nya ada?" tanya Reza sedikit canggung.

"Dikamarnya, nanti juga turun."

Reza menghembuskan napasnya diam-diam, namun kecepatan degup jantungnya perlahan mengendur saat melihat sosok Safina yang muncul menuruni tangga. Gadis itu terlihat tersenyum lebar seperti tidak akan terjadi apa-apa. Reza juga ikut tersenyum ketika melihat itu karena perasaannya seakan diselimuti rasa hangat ketika melihat safina.

Tiba-tiba Erlan membuka pembicaraan nya. "Jadi begini, Reza, " Erlan berdeham sambil menautkan jari-jarinya sendiri. Seakan-akan mengucapkan kalimat yang serius, membuat hati Reza sedikit deg-degan.

"Saya tahu, kamu udah lama banget deket sama Anak saya, saya juga tahu mungkin kalian masih memiliki rasa sayang. Tapi, saya nggak pernah ngeliat keseriusan kamu kepada anak saya. "

Reza terdiam sampai Erlan melanjutkan kalimatnya yang belum selesai. "Safina mau saya jodohkan, dan dia sendiri sudah menyetujui perjodohan ini." ucap Erlan pelan namun terdengar pasti.

Sakit sudah hati Reza ketika mendengar ucapan itu seakan disambar dengan kilat. Pernyataan Erlan barusan benar-benar membuat Reza terkejut dan sangat mendadak. Ia menunduk dengan kedua tangan saling mengepal dan bergetar. Sekujur tubuhnya lemas. Tetapi ia memberanikan diri menatap Safina, meskipun hatinya sudah retak atas kenyataan takdir yang tidak mendukung atas perasaanya.

Ketika mereka sedang berbicara, di depan pintu yang sedang terbuka terlihat sosok alzan yang sedang berdiri disana sambil mengucapkan salam untuk meminta izin masuk kedalam. Reza memperhatikan Alzan lekat, ia tidak asing dengan wajah Alzan dan berusaha untuk mengingat-ngingatnya.

"Masuk aja, Nak" ucap Erlan menyuruh Alzan masuk.

Kondisi Alzan benar-benar menampakkan seorang pemuda yang berwibawa. Reza memperhatikan Alzan dari laki-laki itu berdiri didepan pintu sampai terduduk. Jujur saja Reza sendiri kagum melihat Alzan yang memiliki prilaku begitu sopan dan teduh untuk dipandang.

"Reza, ini Alzan, ini lelaki yang mau dijodohkan sama safina," ucap Erlan sembari menepuk-nepuk punggung Alzan disebelahnya.

Alzan hanya mengeluarkan sedikit senyumnya sambil menundukkan kepala.

Reza rasanya ingin menangis. Ia tak sanggup berkata-kata, tak sanggup lagi untuk menolak kenyataan yang sudah pasti ini. Ia dapat melihat jelas perbedaan yang sangat jauh dengan Alzan. Lelaki itu menggunakan baju koko dan memiliki aura yang begitu MasyaAllah, sedangkan Reza, ia hanya menggunakan hoodie dan celana jeans yang sobek-sobek di lututnya, dan dirinya bukan memiliki aura MasyaAllah akan tetapi aura Astaghfirullah. Berbeda seratus derajat denganya. Baru kali ini Reza merasakan sesak yang paling sesak didadanya, dan lebih sesak ketika ia memaksakan untuk tersenyum disaat hatinya seperti tertusuk panah.

"Jadi, ini calonya safina?" pertanyaan Reza dibalas dengan anggukan oleh Erlan.

"Gak papa, om, saya rela, kok." Reza dengan suara bergetar nya itu berusaha untuk kuat, entah mengapa ia sanggup mengatakan itu dengan mudah, padahal perasaanya berkata tak ingin melepaskan safina pada laki-laki lain.

"Saya rasa ini yang terbaik buat anak perempuan saya, semoga kamu bisa mengerti ini, ya, Reza. Semoga kamu juga bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik daripada safina nantinya. Erlan sekarang sedang menenangkan Reza, meskipun itu semua tak ada artinya bagi Reza.

"Iya, om saya ngerti, Saya juga gak ada apa-apa nya kalau disandingkan dengan Alzan, dan saya yakin bahwa Alzan adalah pilihan terbaik." tutur Reza dengan tegar walaupun hatinya sakit.

"Saya minta maaf, Reza, saya nggak bermaksud untuk menyakiti hati kamu." Alzan bersuara, namun suara Alzan terdengar menyakitkan bagi Reza.

"Lo gak usah minta maaf. Nggak ada yang salah disini, ini yang terjadi takdir, kan?" berarti safina bukan jodoh gue, selama ini gue cuma jagain jodoh lo aja." senyum Reza untuk menutupi patah hati.

Semuanya terdiam, dan akhirnya Reza pun memilih untuk pamit pulang.

"Om, saya pamit pulang, ya. Alzan, safina, gue pulang."

"Reza, makasih sudah mengerti, pasti kamu akan mendapatkan yang terbaik." ucap Erlan.

Lagi-lagi Reza tersenyum. "Iya, om."

Setelah berpamitan, Reza langsung berjalan untuk keluar, dan menaiki motor sport nya. Dekat memarkirkan motornya didepan rumah safina, pandangannya sudah berkabut karena air mata, ia tidak lagi mampu untuk menahan sakitnya rasa di dada.

Kenapa disaat dirinya benar-benar membutuhkan safina, ia justru didesak dengan keadaan untuk melepaskan Safina yang masih begitu ia cintai.

"Semesta gak mendukung gue... Semesta gue direbut," gumam Reza didalam hati dan kembali memutar gas motornya dengan kecepatan penuh.

"Makasi selama 2 tahunya, Na. I love you.. "




﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Next?

Yuk jangan lupa tinggalkan vote💞

Maap readers, cuma bisa up
Sedikit hehe, nanti dilanjut
💝

See you💞

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang