01 : pertemuan kedua Orang tua

56 10 3
                                    

Hari minggu adalah hari yang paling Safina tunggu-tunggu, meskipun memikirkan esoknya sudah harus menjalani kewajiban sebagai mahasiswi untuk mengerjakan tugas kuliah nya karena kebetulan Safina kuliah nya online, Karena tak ingin menyia-nyiakan waktu dihari minggu yang cerah ini, Safina segera bergegas mengambil handuknya yang berwarna pink dengan motif bunga yang menggantung di gantungan baju.

Diruang tengah, ia melihat Ayah, mama, serta adiknya zidan, tengah bersenda gurau.
"Eh, tuan putri, baru bangun? " celetuk zidan disertai senyum menyebalkan yang membuat Safina mendelik dan melesatkan handuk di bahunya tepat kebelakang punggung lelaki itu. Memang kalau hari libur kuliah seperti ini Safina biasanya menghabiskan waktunya untuk mengurung diri dikamar.

Perasaan Safina menjadi tidak karuan. Ia memilih untuk bercermin didalam kamar mandinya dan merenung. Sambil menumpu dagu dengan kedua tanganya, Safina berpikir bagaimana dengan kehidupannya untuk kedepan nya nanti.
Lima belas menit berlalu, gadis itu belum menyentuh air sama sekali, sebuah suara ketukan dari luar pintu membuyarkan lamunannya. Safina menghampiri sejenak, mendekatkan daun telinganya ke ambang pintu.

"Kak, mandinya jangan lama lama, soalnya aku juga mau mandi nih!Cepetan! Ucap zidan sambil menggerutu..
" iya. Aku lagi gosok gigi nih. "
Gosok gigi katanya, melepaskan pakaian saja belum, apalagi gosok gigi?
Alih alih ingin cepat keluar dari kamar mandi, Safina malah berdiam diri di depan cermin. Tiba tiba pikiranya tertuju kepada masa lalu dirinya. Yang mana dirinya pernah mengungkapkan perasaanya kepada seorang lelaki ketika dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar, dirinya ketika itu pernah menjalin hubungan pacaran yaa?!! Alih alih paling cinta monyet!!. Namun ketika itu cinta mereka harus terpisahkan oleh jalan pendidikan, yang mana Safina harus sekolah disekolah umum sedangkan lelaki itu harus masuk ke pondok pesantren, "Nama lelaki itu Alzan".Dari situlah mereka berpikir mungkin hubungan cinta monyet kita berakhir sampai disini saja. Tapi tidak dengan Safina yang sampai sekarang dirinya belum bisa melupakan kenangan kenangan pada masa itu, dirinya memang sulit untuk melupakan seseorang, sampai sampai dirinya bilang " Apakah ini yang namanya cinta yang tak terlupakan. "

Pagi itu Safina tidak pernah berpikir akan ada tamu dirumahnya, yang mana tamu tersebut tidak lain adalah orang tua dari Alzan, memang tak aneh bagi dirinya kalau kedua orang tua dari lelaki itu sering main kerumahnya karena orang tua Safina sudah bersahabat dengan orang tuanya Alzan.
Maka melihat itu Safina berjalan secepat mungkin untuk berjalan menuju kamarnya sambil memegangi dada yang berdegup kencang, ditambah suara erlan yaitu ayahnya yang memanggilnya dari lantai bawah. Membuat gadis terburu buru karena panik.

"Safina? "Ucap lelaki paruh baya, yang tak lain adalah ayahnya.

"I-iya, yah, masuk aja pintunya gak dikunci. "

Erlan membuka pintu perlahan, menampakkan Safina tengah duduk sambil merapikan pakaian gamisnya. Lelaki itu kian menghampiri Safina lalu berkata"kamu cepetan dandanya dibawah ada orang tuanya Alzan"

"Memangnya mau apa yah, mereka datang kesini" ucap Safina sambil memasang muka malas.

"Tadi mereka bilang, pengen main doang, kan mereka udah biasa main kesini" ucap erlan sambil melihat anak gadisnya itu. "

Lantas ia memasang wajah malas ketika menuruni anak tangganya,.
Melihat sang ayah tersenyum, Safina ikut tersenyum dengan terpaksa dan terdapat embusan napas pelan di sela- sela senyumnya.

Pandangan Safina beralih ke lantai bawah sambil melihat orang tuanya Alzan, entah mengapa Safina merasa malu untuk menghampirinya. Padahal biasanya malu-maluin.

Cinta yang tak terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang