Chapter 4 - Arc 1: Museum of Failure

153 30 2
                                    


Chapter 4: Loteng


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perkotaan sangat jauh berbeda dengan pedesaan, disini udara lebih segar dan asli, tanpa polusi kendaraan atau limbah pabrik. Alana, Serena dan Darren merasa bahwa setiap tarikan napas mereka seperti balsem, meremajakan jiwanya yang lelah.

Saat mereka berjalan di sepanjang jalan setapak yang berkelok-kelok, sinar matahari menyaring melalui pohonyang lebat di atas, memancarkan cahaya halus pada dedaunan di sekitarnya. Simfoni kicauan burung dan gemerisik dedaunan menciptakan latar belakang yang merdu, mengundang mereka untuk menjelajahi lebih jauh ke dalam jantung hutan tempat air terjun berada.

Ketiganya melanjutkan perjalanan mereka melalui hutan yang tenang, langkah kaki mereka diperhalus oleh hamparan dedaunan yang berguguran. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke dalam pelukan alam, seolah-olah ritme langkah mereka selaras dengan keharmonisan hutan. Mata Alana berbinar-binar penuh antisipasi, tawa Serena terbawa angin sepoi-sepoi, dan tatapan Darren tertuju pada jalan setapak di depan mereka, tak sabar untuk menemukan air terjun yang digadang-gadang menakjubkan.

Saat mereka mendekati jantung hutan, simfoni alam semakin terdengar, menarik mereka lebih dekat ke air terjun yang tersembunyi. Suara gemericik air berbaur dengan kicauan burung, menciptakan sebuah simfoni yang menyelimuti indera mereka. Ketiganya mempercepat langkah mereka, kegembiraan mereka terlihat jelas. Saat mereka mengitari sebuah tikungan di jalan setapak, air terjun itu mulai terlihat, keindahannya membuat mereka terengah-engah. Air terjun itu menjulang tinggi di atas mereka, airnya yang jernih mengalir ke bawah dan menggenang di kolam yang jernih di dasarnya.

Tanpa ragu-ragu, Alana dan Serena melepaskan sepatu mereka dan mencelupkan kaki mereka ke dalam air yang menyegarkan, tawa mereka berbaur dengan suara gemuruh air terjun. Darren, tidak dapat menahan godaan dan langsung menyelam ke dalam kolam, mengirimkan percikan air ke udara. Tentu saja dia menyingkirkan kamera yang melingkar dilehernya terlebih dahulu.

Saat air memeluk mereka, kekhawatiran dan stres mereka lenyap, digantikan oleh rasa kagum dan ketenangan yang baru.

"Kau baik-baik saja sekarang, Al?" tanya Serena yang duduk dibebatuan, menggoyangkan kakinya yang tercelup dalam air.

"Hmm" gumam Alana menjawab "Kita harus sering-sering mengunjungi alam, perkotaan hampir membuatku gila"

Darren keluar dari air, tampak segar kembali. "Aku setuju," katanya. "Tempat ini luar biasa, seperti dunia lain dibandingkan hiruk pikuk kehidupan kota."

Serena mengangguk, menatap pepohonan yang melingkupi seluruh area. Air menghantam tanah menimbulkan suara menenangkan.

"Apa kau yakin, kau sudah baik-baik saja?" tanya Serena lagi.

Haunting EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang