Chapter 7: Kegagalan Dokter dan Upaya Seniman
"Terlepas dari sistem eror yang membuat film kita menyatu. Dengan adanya kau disini membuat mode mimpi buruk menjadi lebih mudah" Julian berkata, menyesap minuman jeruknya "Dalam dua hari, kita sudah mendapatkan empat petunjuk. Biasanya film diselesaikan selama kurang lebih enam hari – waktu dalam film, dan sekarang berubah menjadi empat hari karena kau disini"
Elisa bersedekap dada, menutup matanya. Mendengar perkataan Julian, Elisa tidak bisa menjawab setuju atau tidak terhadap pernyataan itu. Ini pertama kalinya Elisa mencoba menonton film dengan virtual reality, dia tidak mengetahui berapa lama film akan selesai.
Seperti yang sistem bioskop umumkan sebelumnya, dua hari lagi mereka akan berada dipenghujung cerita. Elisa pikir empat hari adalah waktu yang normal, ternyata enam hari adalah waktu normal film seharusnya berakhir. Dan sekarang Elisa penasaran berapa lama Elisa menyelesaikan film ini di dunia nyata. Tiga jam? Empat jam? Entahlah.
"Kau sudah terpikirkan apa maksud petunjuk yang diberikan film padamu?" tanya Elisa.
Julian bersandar di kursinya, menggaruk-garuk kepalanya sambil merenungkan pertanyaan Elisa. Matanya menangkap lukisan patung-patung yang digambar Elisa. Mengagumi hasil karya gadis itu dalam kepalanya.
"Kepalaku sakit mencoba memahami petunjuk ini," Julian mengaku, suaranya diwarnai dengan rasa frustrasi "Tapi satu hal yang aku yakini, petunjukku ada kaitannya dengan kejadian Alana pada hari pertama"
Elisa membuka matanya, rasa ingin tahunya menggelitik. "Halusinasi Alana tentang adanya kelabang dalam buah?" tanyanya, alisnya tertarik, suaranya penuh dengan rasa penasaran.
Julian mengangguk, ekspresi muram melintas di wajahnya. "Ya, benar sekali" Dia menyesap lagi minuman jeruknya, cairan dingin itu terasa menenangkan sarafnya yang lelah.
"Awalnya kupikir itu hanyalah adegan yang digunakan untuk menambah suasana horor saja, tapi semakin banyak petunjuk yang diberikan, semakin aku berpikir itu adalah hal penting yang terkait dengan jalan cerita"
Elisa menghembuskan nafas berat "Kembali ke awal lagi, huh?! Ini memusingkan"
Julian terkekeh kecil ketika melirik Elisa "Untuk mendapatkan gambaran jelas, kita harus menunggu Alana dan Serena untuk membuka mulut mereka" balas Julian.
Elisa tertawa pelan, rasa frustasinya sejenak mencair. "Baiklah, sebaiknya kita berharap mereka memiliki sesuatu yang berguna untuk dikatakan," katanya, ada sedikit sarkasme dalam suaranya.
Julian tersenyum setuju, karena ia tahu bahwa kemajuan mereka dalam memecahkan misteri film ini sangat bergantung pada informasi yang dimiliki Serena dan Alana. Bertahan hidup dalam film horor memang memiliki kesenangan tersendiri, namun alangkah lebih baik jika mereka mengetahui jalan cerita film. Toh, itulah tujuan menonton film, mengetahui alur cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haunting Echoes
FanfictionDi era teknologi yang semakin maju, penggunaan virtual reality (VR) merambah ke berbagai sektor hiburan, termasuk dunia perfilman. Teknologi holografik terbaru memungkinkan penonton untuk ikut serta dan berperan dalam film yang ditayangkan di biosko...