Chapter 13: Re-released
"Halo, penonton Elisa. Empat hari yang lalu pada pukul 17.15, anda berpartisipasi dalam film 'Museum Of Failure'. Berdasarkan penilaian lebih lanjut, skor pengalaman anda telah memenuhi standar kriteria untuk rilis ulang. Silahkan masuk kedalam situs web resmi kami untuk rincian lebih lanjut atau klik link yang terlampir dibawah ini. Kami meminta anda untuk mengirimkan alamat sesegera mungkin agar kami dapat mengirimkan tiket rilis ulang baru..."
Kemarin, Elisa mendapat pesan dari bioskop dan hari ini tiket untuk perilisan ulang telah berada ditangannya. Karena sistem bioskop sempat eror, Elisa pikir perilisan ulang tidak akan terjadi karena bioskop juga harus meminta izin Julian untuk melakukan rilis. Melihat pada situs resmi bahwa jadwal perilisan ulang telah ditetapkan, Elisa tidak menyangka bahwa Julian akan setuju untuk perilisan ulang.
Elisa berdiri di luar bioskop, jari-jarinya menggenggam ujung tiket yang ia terima. Saat ini adalah Sabtu malam, dan jalanan dipenuhi oleh orang-orang yang ingin keluar malam. Bioskop itu ramai, lebih ramai dari biasanya karena kesibukan akhir pekan. Keluarga, pasangan, dan kelompok teman mengalir melalui pintu masuk, mengobrol dengan penuh semangat dan antisipasi.
Elisa menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk. Lobi dipenuhi dengan aroma popcorn bermentega dan gumaman lembut percakapan yang berpadu dengan dengungan lampu di atas kepala. Dia melihat sekeliling, memperhatikan poster-poster yang tidak asing lagi yang menghiasi dinding. Perasaan aneh langusng masuk pada dirinya ketika dia melihat wajahnya berada di poster, dia menurunkan topinya, merasa malu.
Rafelia tidak bersamanya malam ini. Setelah demonstrasi kemarin, segalanya menjadi berantakan, dan Rafelia sibuk mencari teman-temannya yang hilang atau ditahan. Elisa tahu betapa pentingnya hal itu; temannya telah terpaku pada ponselnya, berkoordinasi, menelepon, dan mengirim pesan sejak kemarin. Jadi, ia datang sendirian, sebagian karena penasaran dan sebagian lagi karena ia butuh pengalihan dari kekacauan yang menyelimuti hidupnya.
Ia berjalan menuju loket tiket, menunjukkan tiketnya, dan menerima anggukan kecil dari petugas yang mengarahkannya ke theater 4. Bioskop sudah remang-remang saat ia berjalan menyusuri lorong berkarpet, suara cuplikan film yang teredam bergema dari ruangan lain. Dia mengambil tempat duduk di dekat bagian belakang, matanya mengamati para penonton. Teater itu ternyata penuh- dia tidak menyangka hal itu.
Elisa duduk di kursinya, merasakan sedikit getaran dari speaker di sekitarnya saat cuplikan film berikutnya diputar. Lampu mulai meredup secara perlahan, menandakan bahwa film akan segera dimulai. Layar raksasa di depannya memancarkan cahaya biru yang lembut, memberikan suasana tenang yang kontras dengan riuh rendah di luar.
Perasaannya campur aduk. Ada ketegangan yang menggantung di udara, rasa penasaran bercampur dengan kecemasan. Melihat wajahnya sendiri akan berada di layar lebar bioskop membuat Elisa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haunting Echoes
FanfictionDi era teknologi yang semakin maju, penggunaan virtual reality (VR) merambah ke berbagai sektor hiburan, termasuk dunia perfilman. Teknologi holografik terbaru memungkinkan penonton untuk ikut serta dan berperan dalam film yang ditayangkan di biosko...