Chapter 16 - Arc 2: 2 Truths 1 Lie

112 20 19
                                    

Chapter 16: Read Between The Lines

Berbeda dari yang Elisa bayangkan sebelumnya, grup musik ini ternyata tidak menampilkan tarian sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbeda dari yang Elisa bayangkan sebelumnya, grup musik ini ternyata tidak menampilkan tarian sama sekali. Mereka hanya bernyanyi dan memainkan instrumen seperti band pada umumnya. Meski jumlah anggota mereka cukup banyak—tujuh orang—setelah melihat beragam alat musik yang tersedia di ruang latihan, Elisa akhirnya memahami mengapa grup musik ini dibentuk.

Setiap anggota memiliki peran yang jelas: satu di keyboard, dua gitaris, seorang pemain bass, satu drummer, dan dua vokalis. Sepanjang latihan, harmoni yang mereka ciptakan terdengar sangat teratur, seolah-olah setiap instrumen dan suara vokal telah disusun dengan sangat hati-hati untuk membentuk simfoni yang sempurna. Hilangnya Kevin dari grup pun tidak terasa sebagai kekurangan besar; seorang gitaris sudah lebih dari cukup untuk menjaga keseimbangan komposisi musik mereka. Jika band ini debut di luar film, Elisa yakin mereka bisa sukses besar di dunia musik.

Meski begitu, ada sedikit rasa kecewa di hati Elisa. Dia berharap bisa melihat Julian, dengan wajah datarnya yang khas, menari dengan lincah. Namun, kenyataan bahwa Julian berperansebagai pemain keyboard membuatnya sedikit kecewa.

"Ayo pergi ke kuil!" tiba-tiba James mengajak dengan semangat.

Ajakan James itulah yang membuat mereka berenam berakhir berdiri didepan gerbang masuk kuil terdekat dari agensi mereka.

"Aku masih tidak mengerti kenapa aku harus ikut," keluh Yasmeen sambil menyilangkan tangan di dada, dahinya berkerut dalam. "Aku kan seorang Kristen."

Yohan melirik Yasmeen dengan sedikit senyum di sudut bibirnya, lalu berkata dengan nada bercanda, "Baby, mungkin kuil ini bisa jadi tempat yang netral untuk semua keyakinan? Lagipula, ini hanya bagian dari tradisi sebelum debut, bukan?"

Yasmeen mengerutkan dahi lebih dalam, namun akhirnya melepaskan napas panjang. "Aku tetap merasa aneh dengan semua ini."

James yang merupakan otak dari perjalanan ini, akhirnya berbicara. "Ini hanya untuk menghormati tradisi, Yasmeen. Anggap saja sebagai bagian dari ritual keberuntungan kita. Tak ada yang memaksa kita untuk percaya atau melakukan apa pun yang bertentangan dengan keyakinan kita."

"Lagipula, Tuhan itu satu. Dia tidak akan marah jika kita berdoa di tempat yang berbeda"

Yasmeen memutar bola matanya malas "Kau orang sesat"

Yohan tertawa kecil mendengar jawaban Yasmeen dan menyenggolnya dengan sikunya, hampir membuatnya kehilangan keseimbangan. Saat dia mendapatkan kembali pijakannya, dia melirik Yasmeen dengan tatapan pura-pura marah, tetapi sedikit senyum tersungging di bibirnya.

Sementara itu, James mendorong pintu gerbang kayu yang besar, memperlihatkan halaman yang tenang di luar. Suara kicauan burung dan gemerisik dedaunan memenuhi udara, segera menenangkan suasana.

Julian, yang diam-diam mengamati percakapan itu, akhirnya angkat bicara, suaranya pelan dan menenangkan. "Bagaimana kalau kita mulai?" tanyanya sambil menunjuk ke arah pintu masuk kuil. Kelompok itu mulai berbaris masuk, langkah kaki mereka bergema di trotoar batu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Haunting EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang