Chapter 8: Petak Umpet Hantu
Mengetahui kenyataan bahwa patung-patung yang terletak disepenjuru vila ini berisini mayat dari penduduk desa, membuat pertentangan muncul didalam diri semua orang. Mereka ingin memindahkan patung-patung tersebut agar menghilang dari penglihatan, tapi terlalu takut untuk menyentuh permukaan dingin patung. Dilain sisi, jika mereka tidak memindahkannya, mereka merasa tidak aman bahkan ketika didalam ruangan.
Julian berbeda. Seperti tidak mengenal takut, pria itu dengan santainya memindahkan satu persatu patung kehalaman belakang yang gelap. Semua mata terruju padanya, sebuah rasa hormat dan kagum yang tidak dapat dideskripsikan terpancar disana.
Ketika Julian memindahkan patung, Elisa mengikuti pria itu. Bagaimanapun juga, Elisa tidak akan membiarkan Julian sendirian. Dua orang lebih baik dari pada satu. Semakin banyak orang, semakin kecil mereka akan diganggu oleh arwah-arwah menyeramkan.
Seluruh patung sudah berpindah ke halaman belakang, sehingga semua orang dapat mengambil nafas lega. Mereka langsung berpencar untuk melakukan aktivitasnya masing-masing, sebagian dari mereka memilih untuk masuk ke kamar tidur. Di malam yang semakin larut, suasana semakin mencekam, hal yang pantas untuk dilakukan adalah berlindung dibalik ranjang.
Julian, yang ingin menelusuri petunjuknya, duduk dimeja makan. Mata elangnya menatap buah-buahan segar yang teman-temannya takut sentuh semenjak kejadian Alana waktu itu. dia mengambil satu buah apel merah.
Apel itu berkilau dalam cahaya redup di ruang makan, kulit merahnya memantulkan cahaya lembut. Julian membalikkan apel di tangannya, memeriksanya dengan cermat. Dia menghirup aroma manisnya, merasa tenang dengan keakrabannya di tengah kekacauan yang menyelimuti vila.
Dengan tekad yang kuat di matanya, Julian menggigit apel itu. Teksturnya yang renyah dan rasa asam di lidahnya membuatnya terhibur, meski hanya sesaat.
Namun, saat Julian mengunyah apel tersebut, ia merasakan rasa sakit yang tajam di mulutnya "Shit" umpatnya. Ada sesuatu yang tersangkut di dalam buah itu.
Julian meringis ketika dia mencoba mengeluarkannya, tetapi rasa sakitnya semakin menjadi-jadi ketika dia menyelidikinya lebih jauh. Tiba-tiba, tangannya mundur ketika dia melihat kilatan logam yang tertanam di dalam apel. Dengan hati-hati ia mencabutnya, memperlihatkan sebuah bilah kecil dan tajam yang telah disembunyikan dengan cermat di dalam buah.
"Benda ini berada didalam makanan, bukankah terlalu berbahaya" gerutunya seiring darah mulai memenuhi Indera perasanya.
Saat ia membalikkan bilah, dia merasakan sesuatu bergerak di tangannya yang memegang apel. Dengan cepat ia membuka tangannya, dan menampakkan segerombolan kelabang dan belatung yang menggeliat keluar dari dalam buah apel. Tubuh berlendir mereka merayap keluar dari apel dan naik ke tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haunting Echoes
FanfictionDi era teknologi yang semakin maju, penggunaan virtual reality (VR) merambah ke berbagai sektor hiburan, termasuk dunia perfilman. Teknologi holografik terbaru memungkinkan penonton untuk ikut serta dan berperan dalam film yang ditayangkan di biosko...