Chapter 6: Patung Malaikat Kayu
Dibandingkan yang lain, Tom belum pernah dihadapkan secara langsung oleh hal-hal aneh kecuali suara anak kecil yang terus memanggilnya untuk bermain ketika dia sedang berada diloteng.
Seumur hidupnya, dia menganggap hantu sebagai hayalan dan delusi semata. Bukan tanpa alasan. Keluarga Tom merupakan keluarga yang cukup religious, mereka rajin ibadah dan berdoa disetiap kesempatan. Ayahnya adalah seorang pendeta, ibunya rajin ke gereja, dan kakak perempuannya adalah seorang guru sekolah minggu yang taat.
Namun, pada malam ini, saat Tom dihadapan Julian dan Elisa, perasaan gelisah menyelimutinya. Beban kehadiran yang tidak dapat dijelaskan menggantung di udara, menyebabkan pikirannya yang biasanya rasional menjadi goyah.
Bayangan menari-nari di dinding, tampak seperti bentuk-bentuk menyeramkan yang dipermainkan oleh imajinasinya. Jantungnya berdegup kencang saat ia mencoba untuk mengabaikan perasaan tidak nyaman itu, dan mengaitkannya dengan kelelahan karena hari yang panjang. Namun jauh di lubuk hatinya, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" pertanyaan Julian memecah keheningan.
Pikiran Tom berkecamuk, bergulat dengan kebutuhan untuk menemukan penjelasan logis untuk suasana yang meresahkan ini "Menunggu yang lain kembali. Setelah itu, kita akan mendiskusikan langkah selanjutnya"
Mereka datang bertujuh, dan mereka harus kembali dengan tujuh orang.
Alana, Serena dan Darren belum kembali dari jalan-jalan santai mereka dan itu cukup membuatnya khwatir. Mereka pergi sejak pagi, sekarang malam telah menyapa namun mereka belum terlihat keberadaannya.
Dan Olivia.
Olivia menghilang tanpa jejak.
Jantung Tom berdegup kencang di dadanya saat dia dengan cemas melirik jam di dinding. Lima menit telah berlalu sejak pertanyaan Julian, namun masih belum ada tanda-tanda dari Alana, Serena, atau Darren. Beban ketidakhadiran mereka sangat membebaninya, menambah suasana yang sudah menakutkan. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang jahat sedang bermain.
Sambil menarik napas dalam-dalam, Tom mengumpulkan keberaniannya. "Kita tidak bisa hanya duduk di sini dan menunggu. Kita harus keluar dan menemukan mereka," usulnya.
Julian dan Elisa saling bertukar pandang dengan alis terangkat. Meskipun hari belum berakhir, perasaan cemas atas kematian yang mungkin saja datang tidak terlalu membebani mereka sekarang. Elisa sudah cukup mengerti bagaimana bertahan hidup dalam film horror ini. Dia hanya perlu menghindari berjalan seorang diri kearah petunjuk yang diberikan sistem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haunting Echoes
FanfictionDi era teknologi yang semakin maju, penggunaan virtual reality (VR) merambah ke berbagai sektor hiburan, termasuk dunia perfilman. Teknologi holografik terbaru memungkinkan penonton untuk ikut serta dan berperan dalam film yang ditayangkan di biosko...