Menjenguk Haechan

1.1K 117 3
                                    

Keesokan paginya, Haechan benar - benar menjalani terapi seperti apa yang sudah di katakan sang Eomma kemarin.

Dengan perlahan, ia bangun dari kursi roda seraya tangannya berpegangan pada besi panjang yang akan menuntunnya untuk berjalan.

Memang susah, tapi ia akan berusaha dengan sebaik mungkin agar bisa cepat sembuh dan kembali ke grup nya.

"Pelan - pelan sayang.... " ujar sang Eomma , yang menatap dari kejauhan.

Haechan hanya mengangguk, sebenarnya sedikit kesusahan tapi ia akan berusaha sekuat yang ia bisa.

Setelah berhasil berdiri, ia pun mulai berjalan dengan melangkahkan kakinya perlahan namun pasti. Sedikit nyeri memang tapi tak masalah bagi Haechan.

Sang  Eomma yang menyaksikan itu cukup membuatnya meringis, bagaimana seorang anak yang ia besarkan saat ini tengah berjuang berjalan. Dulu dirinya lah yang membantu dengan kasih sayang dan tawa bahagia.

Namun, sekarang ia menyaksikan sang anak belajar berjalan dengan rasa sakit dan kesedihan di dalamnya. Ia tak mampu menahan air mata yang akan segera mengalir deras di pipi lembutnya.

Karna tak bisa menahan air matanya, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak melihat keadaan sang putra.

******

Di tempat lain, tepatnya di balkon seseorang menatap dengan pandangan kosong ke arah teh yang ada di hadapannya.

Tubuhnya memang diam tak bergerak, tapi pikirannya berkeliaran ke mana - mana. Hingga dirinya tak menyadari seseorang telah berada di sampingnya.

Orang itu kesal karna sejak tadi ia memanggil namanya namun tak ada jawaban darinya.

"HYUUUUUNNNNGGGGGGG!!!!! " teriak Chenle di samping tepat telinga Mark.

Ya, orang yang sedang termenung tadi adalah Mark, entah apa yang ia pikirkan hingga Chenle yang sedari tadi memanggilnya ia tak menyahut sedikit pun.

Jadi...... Jangan salahkan Chenle kalau ia teriak.

"Astagah...... " desah Mark kaget.

Setelah menghela nafas sejenak, akhirnya ia menoleh ke arah Chenle yang sedang tersenyum tanpa dosa ke arahnya.

"Ada apa? Kenapa berteriak seperti tadi? " tanyanya kemudian.

"Hyung dari tadi aku panggil tidak nyahut sihh... " gerutu Chenle, yang tentunya masih di dengar oleh Mark.

"Hyung ayo kita sarapan, kita semua sudah berkumpul di meja makan, tinggal hyung saja" ucap Chenle kemudian.

Mark hanya mengangguk pasrah, ia mulai bangkit menuju meja makan bersama Chenle yang mengekor di belakangnya.

"Mari makannnn" ucap Jeno.

"Oh ya hyung, apakah kita akan ada jadwal hari ini? " tanya Renjun yang sedang menyuapi nasi ke mulutnya.

Mark tampak berpikir sejenak untuk mengingat jadwal mereka hari ini.

"Mmm.... Sepertinya hanya diriku saja, yang harus datang ke acara Variety Show , dengan Jeno saja" balas Mark.

Yang lain tampak mengangguk paham, acara sarapan pagi itu terisi dengan hangat berbeda dengan hari - hari sebelumnya. Yang hanya ada Mark bersama kedua Maknae nya saja.

Setelah selesai makan, mereka semua membersihkan tempat makan masing - masing dan langsung mencucinya.

Di tengah acara bersih - bersih itu mereka sesekali berbincang - bincang untuk memecah keheningan. Hingga celetukan Chenle membuat mereka semua terdiam termasuk Mark.

"Hyung, mengenai orang yang menabrak mobil kita waktu itu, bagaimana kabarnya ya hyung? " tanya Chenle.

Mark diam sejenak, karna ia juga tak tau. Sebenarnya yang mengurus semua itu adalah agensinya, bukan dirinya.

"Yang aku dengar ia sedang mabuk dan sesekali menerobos lampu merah. Mungkin sekarang sudah di adili di pengadilan" jawab Jeno.

"Kalian tau, setelah hari kecelakaan itu aku selalu terbayang setiap hari akan kejadian yang hampir merenggut nyawa salah satu di antara kita" ungkap Jaemin lesu dengan raut wajah yang bisa dibilang akan menangis.

"Kalau saja aku menyetir dengan hati - hati, mungkin ini tidak akan terjadi" lirih nya, dengan perlahan air mata nya jatuh tanpa disadari.

Semua yang ada di sana langsung memeluk Jaemin erat, karna semua ini bukanlah salahnya. Mungkin ini semua adalah takdir yang harus mereka jalani.

"Sudahlah Jaemin~ii , ini semua bukan salahmu, ini adalah takdir yang tidak bisa di ubah" tenang Mark, memang ucapan dan hati tidak bisa sama. Wajahnya memang tenang tapi hatinya juga ikut merasakan sakitnya.

Mark menyuruh Renjun dan Chenle untuk membawa Jaemin ke kamarnya, setelah kepergian Jaemin, Renjun dan Chenle. Ketiganya langsung membersihkan semuanya dengan segera dan cepat menyusul mereka ke kamar Jaemin.

*******

Sekarang waktu hampir menunjukkan jam makan siang, tapi Haechan sama sekali tidak ingin makan, ia bilang pahit. Mungkin efek obat yang di berikan oleh dokter nya.

Tapi yang namanya orang tua, ia tidak akan membiarkan anaknya tidak makan, maka ia terus memaksa Haechan untuk makan, bahkan membawakan makanan kesukaan Haechan sendiri.

Tapi nihil, semua makanan yang ada di meja tempat Haechan makan tidak tersentuh sama sekali.

Eomma Haechan sudah pasrah dengan apa yang Haechan inginkan, meskipun hanya minum air saja.

Tak lama setelah nya, pintu kamar Haechan terbuka dan menampilkan para member ilichil -kecuali Mark. Datang membawa makanan dan beberapa buah - buahan.

"Anyeong Haechan~ii, bagaimana keadaan mu? " tanya Taeyong.

"Baik hyung... " jawab Haechan lemah, karna ia tadi habis terapi berjalan da itu membuat nya sedikit lelah.

"Lihat, kau membawa sesuatu untukmu" ucap Johnny, ia memang sangat memanjakan Haechan, jadi jangan bingung kalau ia selalu berada di dekat Haechan.

"Apa kau sudah makan? " tanya Yuta.

"Haechan sama sekali belum makan apapun sejak tadi, sudah Eomma paksa tapi ia sendiri tidak mau" adu Eomma Haechan pada hyung Haechan di ilichil .

"Apa.... Kau belum makan?!! " tanya Taeyong.

Dan dengan polosnya Haechan mengangguk pelan sambil tersenyum tanpa dosa.

"Jungwoo~aa, kemarikan paperbag itu" ucap Taeyong. Dan langsung di laksanakan oleh Jungwoo.

Dengan telaten Taeyong menyuapi sangat Maknae ilichil itu dengan lembut.

Sedangkan yang lainnya duduk di sofa yang ada di sana bersama Eomma Haechan dan sesekali mereka membicarakan tentang keadaan Haechan bagaimana.

Hingga selang beberapa menit, para member dream juga datang menjenbuk Haechan tanpa di temani manajer nim.

"Wahh, rupanya kalian juga datang? " tanya Douyong yang tampak terkejut karna kedatangan mereka.

"Jelas lah hyung, karna ku ingin bertemu dengan hyung kesayangan ku" seru Chenle sambil berjalan ke arah Haechan dan Taeyong berada.

Sedangkan Mark saat ini hanya diam karna ia sedang di pantau oleh Eomma Haechan diam - diam.

*******

Hello i'm back ada yang kangen🥲
Oh ya jangan lupa baca book aku yang terbaru
Judulnya "7 mimpi yang terkubur"

See you next chapture, bye bye

ada membawa masalah, pergi membawakan lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang