BAB 25

63.9K 3.8K 122
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -


Kembali ke hari Senin, kali ini, Keira tak mengulangi kesalahan yang sama. Gadis itu bangun lebih awal, bersiap - siap untuk ke sekolah.

Kini, ia tengah sarapan bersama kakak - kakak nya. Gadis itu menyantap roti nya sembari terlihat berpikir.

"Keira? Kamu mikirin apaan? Kayak nya muka nya serius banget," ujar Rico sadar dengan ekspresi Keira.

Keira diam sejenak, "Kei mau belajar masak deh pa," tutur Keira jujur.

Rico terlihat sedikit terkejut dengan penuturan putrinya itu. Dulu, jangankan masak, ke dekat dapur saja Keira ogah. Putrinya yang dulu benar - benar berbeda dengan putrinya yang sekarang. Tapi, tak apa. Meskipun sifat nya berbeda, gadis di hadapan nya ini, tetap putri nya, kan?

Lantas, Rico mengusap lembut kepala putrinya, "Emang kenapa? Kok mau belajar masak?" tanya Rico halus.

"Ya.. Kalau di pikir - pikir, Keira kan cewek, masa ga bisa masak? Minimal bisa masak nasi gitu, atau apa kek yang gampang," respon Keira.

Rico tersenyum tipis, "Kapan - kapan, papa ajarin ya? Tapi sekarang, jangan dulu. Bentar lagi kan, kamu PTS," kata Rico yang diangguki oleh Keira.

"Pa, Juan berangkat ya," pamit Juan setelah menyelesaikan sarapan nya.

"Iya, hati - hati nak," respon Rico dengan senyuman.

Jendra dan Kenan juga ikut berangkat bersama Juan. Mereka bertiga berjalan keluar rumah, berhenti di teras sejenak untuk memakai sepatu.

"Sepatu gue.. mana?" gumam Juan.

"Pake sepatu yang di kasih Keira aja dulu, tadi gue liat, sepatu kita di masukin ke ember, kayaknya mau dicuci," ujar Jendra memakai sembari kaos kaki.

Juan terdiam sejenak, melirik Keira yang berada di dalam, lalu menghela nafas nya panjang. Tapi, pria itu tetap mengikuti saran Jendra untuk menggunakan sepatu yang baru di beli Keira kemarin.

Juan berjalan masuk kembali. "Kenapa Juan? Ada yang ketinggalan?" tanya Rico. "Mau ngambil sepatu pa, di kamar," jawab Juan menuju kamar nya.

Tak lama, hanya mengambil sepatu, lalu kembali keluar untuk mengenakan nya.

Keira menyeringai tipis melirik Juan yang pada akhirnya memakai sepatu nya juga. Keira jelas tau, Juan tak akan memakai sepatu yang ia beli begitu saja. Buktinya, sepatu yang ia beli untuk Juan, tak pria itu keluarkan dari kamar. Sedangkan, Jendra dan Kenan sudah mengeluarkan sepatu itu sejak semalam. Karena itu, kemarin malam, Keira sengaja memasukkan sepatu lama mereka ke ember berisi air.

Sesudah Juan, Jendra dan Kenan berangkat, Keira juga pamit berangkat pada Rico.

"Ini risol lo," ujar Keira menyodorkan kotak berisi lima buah risol. Gabriel menerima kotak itu, lalu menyodorkan uang senilai 40 ribu yang langsung diambil oleh Keira.

"Oh ya, itu ruko yang gue mau udah di beli?" tanya Keira.

"Lagi diurus sama Tama. Kayaknya, dia tau itu lo," balas Gabriel. Keira menggigit bibir bawah nya, "Gimana dong? Lo jangan bilang - bilang beneran gue ya," ujar Keira.

Gabriel mengangkat satu alis nya, "Kenapa? Harusnya lo seneng. Dia mulai tertarik sama lo, dia juga udah bilang waktu itu, dia suka sama lo. Bukan nya, selama ini, itu yang lo mau?"

"Gamau!"

'Lo gatau apa - apa tentang alur nya, si*l. Kalau tau, lo bakal sama panik nya sama gue,' batin Keira.

Keira menghembuskan nafas nya kasar, "Gue ke kelas dulu. Udah mau bel, nanti harus upacara kan," ujar Keira lalu beranjak pergi meninggalkan Gabriel.

Gabriel berdehem pelan. Lalu menatap kepergian Keira dengan tatapan yang sulit di artikan.

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang