Takdir Menjadi Perempuan | Part 9 | Perasaan Aneh

466 2 0
                                    

Setelah beberapa bulan berlalu, kehidupanku mulai menemukan ritmenya. Aku terus mengembangkan usaha kuliner dengan penuh semangat dan juga melanjutkan kursus memasak. Setiap harinya, pesanan semakin bertambah dan feedback positif dari pelanggan membuatku semakin termotivasi. Dukungan dari Mbak Dwi yang selalu setia di sampingku juga sangat berarti dalam perjalanan ini.

Hubungan persahabatanku dengan Aisyah juga semakin berkembang. Kami sering berbagi cerita dan saling mendukung dalam banyak hal. Aisyah pun tampak bahagia dengan kehidupannya, dan melihatnya bahagia membuatku merasa lega. Aku bersyukur bisa mempertahankan hubungan baik dengannya meski dia tidak tau kebenaran tentang identitasku.

Meskipun perasaanku terhadap Aisyah semakin tenang dan persahabatan kami semakin erat, aku mulai menyadari ada perubahan dalam diriku. Ketika dulu aku merasa sangat tertarik pada Aisyah, sekarang perasaan itu telah berubah menjadi persahabatan yang tulus dan hangat. Setiap kali kami bertemu di kursus memasak atau sekedar ngobrol, aku merasakan kenyamanan dan keakraban yang dalam, namun tanpa ada getaran cinta yang dulu pernah ada.

Perlahan-lahan, aku mulai memahami bahwa ketertarikanku pada Aisyah sudah memudar. Rasa suka yang dulu kuat kini tergantikan oleh rasa persahabatan yang tulus. Bahkan, aku merasa tidak lagi tertarik pada perempuan dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Tapi perubahan ini tidak terjadi dalam sekejap. Awalnya, aku mencoba menyangkal perasaan yang mulai berubah dalam diriku. Setiap kali melihat Aisyah, aku berusaha menghidupkan kembali percikan yang dulu ada, namun hanya berakhir dengan perasaan hampa.

Aku ingat dulu setiap kali melihat Aisyah, hatiku selalu berdebar-debar. Senyumnya, suaranya, bahkan caranya berbicara selalu bisa membuatku merasa istimewa. Tapi seiring waktu, perasaan itu mulai berubah. Aku mencoba mengingat kembali momen-momen manis kami, mencoba menghidupkan kembali percikan yang dulu ada, namun setiap kali aku berusaha, aku merasa ada yang hilang. Rasa suka yang dulu begitu kuat kini terasa pudar, seakan-akan ditelan oleh waktu dan perubahan.

Awalnya, aku tidak ingin mengakui perubahan ini. Aku berpikir mungkin ini hanya fase sementara, sesuatu yang bisa aku lewati. Tapi semakin aku mencoba mengabaikan perasaan ini, semakin jelas bahwa ada sesuatu yang berbeda. Setiap kali aku bertemu dengan Aisyah, bukannya merasakan kegembiraan seperti dulu, aku malah merasa hampa. Percikan yang dulu ada kini terasa seperti bayangan yang jauh, tak terjangkau.

Malam-malamku sering diisi dengan kebingungan. Aku merenung, bertanya pada diriku sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa perasaan itu bisa berubah? Apakah ada yang salah denganku? Aku mencoba mencari jawabannya dalam ingatanku, mengingat setiap detail tentang Aisyah dan perasaan yang dulu membara dalam hatiku. Namun, semakin aku mencari, semakin aku menyadari bahwa perubahan ini bukan sesuatu yang bisa aku kendalikan.

Aku mulai melihat Aisyah lebih sebagai seorang sahabat daripada seseorang yang aku cintai. Hubungan kami menjadi lebih tenang, lebih nyaman, tanpa ada ketegangan yang dulu selalu ada saat aku mencoba mengungkapkan perasaanku. Setiap kali kami berbincang, aku merasa lebih bebas, tidak lagi terbebani oleh harapan dan keinginan yang tak terungkapkan.


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio. 

Takdir Menjadi PerempuanWhere stories live. Discover now