Takdir Menjadi Perempuan | Part 12 | Jujur

612 4 0
                                    

Hari itu, aku menjalani aktivitas seperti biasa, namun pikiran tentang bagaimana cara memberitahu Aisyah terus mengganggu. Aku berpikir untuk menulis surat, tapi kemudian merasa itu terlalu pengecut. Aku juga berpikir untuk meneleponnya, tapi itu terasa tidak cukup personal. Akhirnya, aku memutuskan bahwa berbicara langsung adalah cara terbaik, meskipun berat.

Setelah beberapa hari berlalu, aku akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi Aisyah. Aku memutuskan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahunya kebenaran, meskipun hatiku masih diliputi oleh ketakutan dan kekhawatiran. Aku mengajaknya berbelanja ke mall, berharap suasana yang lebih santai bisa membuat percakapan kami lebih mudah.

"Aisyah, bisa kita ketemu? Aku ingin ajak kamu belanja di mall, ada beberapa hal yang perlu aku bicarakan juga," kataku lewat telepon, berusaha menjaga nada suaraku tetap tenang.

Aisyah terdengar antusias. "Bisa, Mbak Rahma! Aku senang banget bisa pergi belanja bareng. Kapan kita ketemu?"

Kami pun sepakat untuk bertemu di mall keesokan harinya. Malam itu aku sulit tidur, terus memikirkan bagaimana cara terbaik untuk memberitahu Aisyah tentang rahasia besar yang selama ini kusembunyikan.

Keesokan harinya, aku bangun dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, aku merasa lega karena akhirnya akan membuka semua kepada Aisyah, namun di sisi lain, aku masih merasa cemas tentang bagaimana dia akan menerima kenyataan ini.

Setelah mandi, aku ke kamar, aku membuka handuk, dan melihat tubuhku di cermin. Tubuh yang dulu sangat asing bagiku, kini menjadi bagian dari kehidupanku sehari-hari. Tubuh ini memiliki lekuk yang halus, payudara yang besar, dan pinggul yang lebih lebar—semua ciri fisik seorang wanita.

Aku meraba payudara dan pinggulku, merasakan kehalusan kulit dan bentuk tubuh yang kini aku miliki. Tubuh ini adalah hasil dari tindakan kejam Aiman, yang dengan sengaja mengubahku menjadi seorang perempuan seutuhnya. Meskipun banyak hal yang harus kuterima dan adaptasi, setiap hari adalah perjalanan menuju penerimaan diri.

Saat jari-jariku menyentuh kulit halus di dadaku, aku merasakan kehangatan yang aneh, campuran antara keterasingan dan penerimaan. Dulu, sentuhan ini membawa kebingungan dan ketidakpercayaan. Namun sekarang, meskipun masih ada rasa asing yang mengintai di sudut hati, aku mulai menerima kenyataan bahwa tubuh ini adalah milikku. Aku menelusuri lekuk tubuhku, merasakan kelembutan yang mengingatkan bahwa aku telah berubah secara mendalam, baik luar maupun dalam.

Aku ingat pertama kali melihat tubuh ini setelah operasi. Rasa kaget dan tidak percaya menyelimuti pikiranku. Aku merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. Tetapi seiring berjalannya waktu, aku belajar untuk hidup dengan perubahan ini. Aku belajar untuk berjalan dengan percaya diri, meskipun langkahku sering kali goyah pada awalnya. Aku belajar untuk melihat diriku di cermin dan menerima bahwa inilah aku sekarang—Rahma, bukan lagi Rahman.


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio. 

Takdir Menjadi PerempuanWhere stories live. Discover now