Kami melanjutkan perjalanan dengan motor, melewati beberapa jalan besar dan kecil. Suara deru kendaraan dan hiruk pikuk kota pagi itu menjadi latar belakang percakapan kami. Sesekali, Mbak Dwi menunjuk ke arah toko-toko yang pernah dia kunjungi, memberikan gambaran tentang rute dan lokasi yang sering dia datangi.
Setelah beberapa saat, kami akhirnya tiba di pusat perbelanjaan yang cukup besar dan modern. Mbak Dwi memarkirkan motor dengan hati-hati, dan kami berjalan menuju pintu masuk mal. Udara sejuk dari pendingin ruangan mal langsung menyambut kami begitu kami melangkah masuk, memberikan rasa nyaman setelah perjalanan di bawah matahari pagi.
"Ayo, kita mulai dari toko pakaian dalam dulu," ajak Mbak Dwi sambil tersenyum. "Biar kita bisa pilih yang benar-benar pas dan nyaman untukmu."
Aku mengikuti langkahnya dengan semangat, merasa siap untuk menjalani hari ini dengan penuh kebersamaan dan dukungan dari Mbak Dwi. Kami pun langsung menuju ke bagian pakaian dalam. Mbak Dwi dengan sabar membantuku memilih bra yang sesuai dengan ukuran dan kenyamananku. Saat kami tiba di rak bra, Mbak Dwi menoleh padaku dan bertanya, "Kamu tahu ukuran bra kamu, nggak?"
Aku menggelengkan kepala, merasa sedikit malu. "Aku nggak tahu, Mbak. Aku belum pernah ukur sebelumnya."
Mbak Dwi tersenyum lembut, mencoba menenangkan kegugupanku. "Nggak apa-apa. Kita bisa ukur dulu biar tahu ukuran yang pas."
Dia mengambil pita pengukur dari meja dekat rak pakaian dalam dan dengan hati-hati mengukur lingkar dadaku. "Oke, kita mulai dari sini dulu. Tarik napas dalam-dalam ya," katanya sambil melingkarkan pita pengukur di sekitar dadaku.
Aku mengikuti instruksinya, merasa sedikit canggung tapi bersyukur atas bantuannya. Setelah beberapa kali mengukur, Mbak Dwi melihat hasilnya dan terkejut. "Wah, ukuran bra kamu 36D. Ini lebih besar dari punya aku," katanya dengan nada kagum.
Aku merasa malu sekaligus terkejut. "Benarkah, Mbak? Aku nggak menyangka."
Mbak Dwi mengangguk sambil tersenyum. "Iya, benar. Tapi tenang saja, kita cari yang paling nyaman buat kamu. Ukuran besar itu normal kok, yang penting kamu nyaman."
Dia mulai memilih beberapa bra dengan ukuran 36D dari rak. "Coba beberapa ini dulu, ya. Biar kita bisa lihat mana yang paling pas," ujarnya sambil menyerahkan beberapa bra kepadaku.
Aku mengambil bra tersebut dan masuk ke kamar ganti. Begitu aku mencoba memakainya, aku merasa kesulitan mengaitkan pengaitnya di belakang. Setelah beberapa menit berjuang dengan bra yang tampak sulit untuk dipasang, aku memutuskan untuk memanggil Mbak Dwi.
"Mbak Dwi, bisa bantu aku sebentar?" panggilku dengan sedikit ragu dari dalam kamar ganti.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
YOU ARE READING
Takdir Menjadi Perempuan
Ficción GeneralRahman, seorang ustadz muda yang berdedikasi, bersama sahabatnya Aiman, terlibat dalam kisah cinta segitiga dengan perempuan bernama Aisyah. Setelah Rahman melamar Aisyah, kebencian tumbuh dalam hati Aiman. Suatu malam, Rahman diculik oleh orang tid...