Takdir Menjadi Perempuan | Part 15 | Malam Mencekam (21+)

401 2 0
                                    

Tiba-tiba aku merasakan hawa panas yang menjalar dari dalam tubuhku, keringat menetes di wajahku dan tubuhku mulai gemetar. Aku merasakan sensasi aneh yang membuatku semakin takut dan cemas. Melihatku begitu, Aiman malah tersenyum sinis.

"Kenapa? Gerah ya?" ucapnya dengan nada mengejek.

Aku mencoba mengendalikan rasa panik yang mulai merayap. "Apa yang kamu lakuin, Aiman? Apa yang kamu masukkan ke air minum tadi?" tanyaku dengan suara yang bergetar.

Aiman mendekat lagi, wajahnya begitu dekat hingga hampir menempel dengan wajahku. "Bukan apa-apa, cuman sedikit obat perangsang," katanya sambil tertawa kecil.

Aku merasa jantungku berdetak semakin kencang. "Kamu gila, Aiman! Kenapa kamu melak—" belum selesai aku berbicara, tiba-tiba Aiman menciumku dengan paksa.

Aku meronta, mencoba mendorongnya menjauh, tapi tubuhku semakin lemah akibat efek obat yang diberikannya. Kepanikan dan rasa jijik menyelimuti pikiranku. Bibirnya yang kasar dan penuh kebencian membuatku ingin muntah.

"Aiman, berhenti!" teriakku dengan suara yang tercekik, mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Tapi Aiman tidak peduli, dia hanya semakin menekan ciumannya, seolah-olah ingin menghancurkan sisa-sisa semangat yang kumiliki.

Aku merasakan air mata mengalir di pipiku, berbaur dengan rasa sakit dan ketidakberdayaan. Aku harus menemukan cara untuk melawan, meskipun tubuhku terasa semakin berat dan lemas. Dengan sisa kekuatan yang ada, aku menggigit bibir Aiman sekuat tenaga, berharap bisa membuatnya menjauh.

Aiman terkejut dan mundur sedikit, menyentuh bibirnya yang berdarah. "Kamu berani melawan, ya?" katanya dengan suara dingin. Dia menarikku dengan kasar ke dalam pelukannya dan kembali menciumku, kali ini lebih agresif dan penuh kebencian.

Aku meronta sekuat tenaga, mencoba melepaskan diri dari cengkeramannya. Tubuhku terasa lemas, efek dari obat yang diberikan Aiman membuatku sulit untuk melawan. Namun, aku tahu bahwa aku tidak bisa menyerah begitu saja. Aku harus terus berusaha melawan, mencari cara untuk melarikan diri.

Dengan tangan yang gemetar, aku mencoba mendorong dadanya, tetapi kekuatanku tidak cukup untuk membuatnya mundur. Aku merasakan air mata mengalir di pipiku, campuran antara rasa sakit, ketakutan, dan kemarahan.


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio. 

Takdir Menjadi PerempuanWhere stories live. Discover now