Takdir Menjadi Perempuan | Part 14 | Deja Vu

601 2 0
                                    

Aisyah mengangguk, tampak merenung sejenak. "Mbak, aku senang kamu bisa menemukan seseorang yang bikin kamu merasa seperti itu. Ustadz Yusuf emang orang yang luar biasa. Dia selalu bisa kasih kenyamanan dan rasa aman ke orang-orang di sekitarnya. Mungkin itu yang bikin dia istimewa."

Aku tersenyum, merasakan kehangatan menyelimuti hatiku. "Iya, Aisyah. Dia sangat istimewa. Aku nggak tahu apa yang bakal terjadi di masa depan, tapi aku bersyukur bisa merasakan perasaan ini. Setidaknya, aku tahu kalau aku masih bisa mencintai dan merasakan kebahagiaan."

Aisyah meraih tanganku, menggenggamnya erat. "Mbak, apapun yang terjadi, aku selalu ada buat dukung kamu. Kalau perasaan ini beneran kuat, mungkin suatu saat nanti kamu bisa bicara langsung sama Ustadz Yusuf tentang perasaanmu."

Aku menghela napas, merasa sedikit tegang memikirkan kemungkinan itu. "Iya, mungkin aku harus jujur sama dia. Tapi untuk sekarang, aku cuma pengen nikmati momen-momen ini dan belajar lebih banyak tentang perasaan dan diriku sendiri."

Aisyah tersenyum hangat. "Itu langkah yang baik, Mbak. Nikmati prosesnya, dan jangan terlalu terbebani. Kamu punya banyak dukungan dari orang-orang di sekitar kamu."

Aku merasa lebih tenang dan bersemangat setelah berbicara dengan Aisyah. Perjalanan pulang malam itu terasa lebih ringan, penuh dengan harapan dan kebahagiaan kecil yang timbul dari kejujuran perasaan. Kami pun melanjutkan perjalanan kami dengan langkah santai, masih berbincang dan tertawa ringan. Namun, saat kami melewati lapangan yang sepi, perasaanku tiba-tiba tidak enak. Aku melihat dari kejauhan ada sebuah pengendara motor yang mendekat dengan membawa balok besar di tangannya, mengarah langsung ke kami.

Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat, kepanikan mulai menjalar di tubuhku. "Aisyah, kita harus pergi dari sini, cepat!" kataku dengan nada panik, sambil menarik tangannya untuk berlari ke belakang menjauhi pengendara motor tersebut. Tapi sebelum kami bisa bergerak jauh, dua motor lagi muncul dari depan kami, juga membawa balok besar. Kami terjebak, tidak bisa berbuat apa-apa.

Pengendara motor-motor itu mengepung kami dari berbagai arah, wajah mereka tertutup helm, menambah kesan menyeramkan. Aku merasakan ketakutan yang mendalam, panik akan apa yang akan terjadi pada kami di tempat sepi seperti ini. Kilasan kejadian yang pernah menimpaku dulu muncul kembali di pikiranku, kejadian yang hampir mirip dengan situasi sekarang. Aku tidak ingin Aisyah merasakan hal yang sama.

Dalam kepanikan, aku memutuskan untuk bertindak cepat. "Aisyah, lari! Cari bantuan secepat mungkin!" teriakku, sambil melepaskan tangan Aisyah dan berlari sekencang tenaga yang kumiliki. Meskipun merasa kesulitan karena gamis yang kupakai, aku terus berlari, berharap bisa mengalihkan perhatian para pengendara motor itu darinya.


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio. 

Takdir Menjadi PerempuanWhere stories live. Discover now