Setelah melihat-lihat sebentar, aku mulai membuka seluruh pakaianku lalu mandi. Air yang mengalir dari shower begitu segar, memberikan rasa nyaman dan membersihkan tubuhku yang lelah setelah perjalanan panjang. Aku merasakan setiap tetes air yang jatuh ke kulitku, memberikan kesegaran dan ketenangan. Suara gemericik air mengisi ruangan, menciptakan suasana yang menenangkan. Aku merasa sangat bersyukur bisa menikmati mandi dengan tenang dan nyaman.
Aku menggosok tubuhku dengan sabun yang wangi, merasakan busanya yang lembut membersihkan setiap bagian tubuhku. Aroma segar sabun itu membuatku merasa lebih rileks. Aku mencuci rambutku dengan sampo yang harum, merasakan bagaimana busa sampo membersihkan rambutku dengan lembut. Setelah itu, aku membilas seluruh tubuhku hingga bersih, memastikan tidak ada sisa sabun atau sampo yang tertinggal.
Selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku dengan handuk yang lembut, menikmati sensasi kain halus yang menyerap air dari kulitku. Setelah memastikan tubuhku kering, aku melilitkan handuk di sekitar dada dan satu lagi di rambut, membiarkannya mengering secara alami. Perasaan segar dan bersih membuatku merasa lebih rileks setelah perjalanan panjang.
Aku melangkah keluar dari kamar mandi, merasakan dinginnya lantai di bawah kaki. Kamar yang telah disiapkan Ibu Ustadz Yusuf terasa begitu nyaman, dengan dekorasi sederhana namun penuh kehangatan. Di sudut kamar, ada sebuah meja kecil dengan cermin di atasnya, dan di sebelahnya, sebuah lemari pakaian.
Aku berjalan menuju tas yang kubawa dan membukanya dengan hati-hati, merasakan kebersihan dan kesederhanaan ruangan yang semakin menenangkan hatiku. Aku meraih tas yang sudah kusiapkan dengan teliti sebelum berangkat. Dengan hati-hati, aku membuka resleting tas dan mulai mencari pakaian yang sesuai untuk malam ini.
Aku mengambil gamis berwarna ungu yang nyaman dan longgar. Gamis itu terbuat dari bahan yang lembut dan ringan, sempurna untuk bersantai di rumah keluarga Ustadz Yusuf. Aku mengeluarkan gamis itu dari tas dan meletakkannya di atas tempat tidur. Setelah itu, aku mengambil jilbab instan dengan warna senada. Jilbab ini adalah favoritku karena mudah dipakai dan sangat nyaman, cocok untuk dipakai dalam situasi apa pun. Aku memeriksanya sebentar, memastikan tidak ada lipatan yang terlalu mencolok atau noda yang tak diinginkan.
Setelah memakai bra dan celana dalam, dengan hati-hati, aku mengenakan gamis tersebut. Kainnya yang lembut menyentuh kulitku, memberikan rasa nyaman yang luar biasa. Aku merapikan lipatan-lipatan kecil di bagian bawah dan memastikan gamis itu terpasang dengan baik di tubuhku. Setelah itu, aku mengambil jilbab instan dan memakainya. Dalam hitungan detik, jilbab itu sudah terpasang rapi di kepalaku, menyatu sempurna dengan gamis yang kupakai.
Aku berdiri di depan cermin, memeriksa penampilanku dengan seksama. Warna ungu gamis dan jilbab yang senada memberikan kesan anggun dan tenang. Aku tersenyum pada bayanganku di cermin, merasa puas dengan pilihanku. Penampilan yang sederhana namun elegan ini membuatku merasa lebih percaya diri.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
YOU ARE READING
Takdir Menjadi Perempuan
General FictionRahman, seorang ustadz muda yang berdedikasi, bersama sahabatnya Aiman, terlibat dalam kisah cinta segitiga dengan perempuan bernama Aisyah. Setelah Rahman melamar Aisyah, kebencian tumbuh dalam hati Aiman. Suatu malam, Rahman diculik oleh orang tid...