6: Kesedihan

2.2K 117 0
                                    

Happy reading

Sorry for the typo



Sinar matahari memaksa masuk ke sebuah ruangan yang dominan hitam itu. Di dalamnya terdapat seorang pemuda yang tertidur dengan mulut terbuka lebar.


"eunghhhh..." rengek pemuda itu yang tidurnya merasa terganggu karena sinar matahari. Ya, dia adalah Arya pemuda berambut ungu.

Setelah pingsan dari kejadian penyekapan kemarin, sekarang dia berada di kamar salah satu kakaknya yaitu Reinaldo Maxsim Amvrosiy dengan menggunakan infus ditangannya.


"dimana aku?" Gumamnya lirih karena kepalanya masih terasa pusing. Saat masih bertanya-tanya tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan memperlihatkan seorang pemuda yang membawa nampan perban dan bubur hangat, dia adalah Rei sang pemilik kamar.

"Brengsek, kenapa aku disini? Dimana kakak ku" sentak Arya dan sesekali meringis karena infusnya yang tertarik.

"Aku adalah kakakmu" jawab rei dengan santainya sambil berjalan mendekati Arya.

"Huh?" Arya yang masih kebingungan pun meringis ketika Rei mengganti perbannya. Saat mengetahui itu Arya pun memberontak tapi itu percuma saja karena ukuran badannya sangat kalah jauh dengan Rei.



*****

Setelah selesai diobati Arya dibawa entah kemana dengan digendong ala bridal style oleh Rei. Tentu bukan Arya namanya jika tidak memberontak, dia menggeliat seperti cacing yang kepanasan. Rei hanya pasrah dengan kelakuan adiknya itu dan menguatkan gendongannya kembali.

Keberontakan Arya berhenti ketika dia melihat Aksa dan Arka yang berada di ruang keluarga bersama anggota Amvrosiy yang lain, tidak lupa dengan Aksa yang dipangku oleh Arthur dan Arka oleh Edward.

"Kakak~" teriak Arya dia segera turun dan berlari menuju Aksa dan Arka. Kini mereka duduk bersama tapi masih diapit oleh Arthur dan Edward.

"sayang, dimana mommy kalian? Daddy ingin bertemu dengannya" pinta Alexis dengan wajah yang sendu

"Kenapa kamu ingin melihatnya? Apakah kamu ingin menghancurkan makam mommy juga? Apakah belum puas kamu menghancurkan hidup mommy" jawab Aksa dengan meledek.

"Aksa!!! Jaga ucapanmu, kami juga sangat merindukan mommy, selama 16 tahun kami tersiksa" sentak Rei yang geram dengan jawaban Aksa.


Tidak hanya geram tapi mereka juga merasa sedih ketika harus mendengar kabar kematian istri serta mommy tercintanya itu. Saat triple A masih tertidur dalam pingsannya Alexis mencari tahu keberadaan istrinya serta mengambil stempel darah triple A untuk melakukan tes DNA. Dan kini Alexis tahu pembuat onar yang selalu mereka cari adalah darah dagingnya sendiri.

"kalian berbohong, jika kalian tersiksa kenapa kalian tidak pernah mencari kami?" jawab Arya dengan mata yang sudah berkaca-kaca


Ya, Arya, Aksa dan Arka sudah tidak bisa membendung kesedihan mereka, kini mereka mengingat bagaimana penderitaan mommy mereka yang harus bekerja keras untuk mereka dan bagaimana mereka bertiga harus hidup mengemis setelah kematian mommy nya. Tapi mereka bertiga juga tidak tahu bagaimana penderitaan Amvrosiy setelah kehilangan istri serta mommy tercintanya itu setelah insiden 16 tahun yang lalu.

"maafkan Daddy, Daddy sudah berusaha mencari mommy kalian selama ini tapi tetap tidak bisa menemukannya dan untuk kalian Daddy tidak tahu jika mommy kalian sedang mengandung saat itu, maaf karena sudah membiarkan insiden itu terjadi" ucap Alexis yang segera memeluk ketiga putra yang baru ditemukannya itu.

Mereka bertiga pun menangis tersedu-sedu didalam pelukan sang Daddy tidak lupa dengan Rei, Arthur dan Ed. Suara tangisan terdengar memenuhi mansion Amvrosiy di pagi yang cerah itu.




Jangan lupa vote dan komentarnya (⁠♡⁠ω⁠♡⁠ ⁠)

Oh ya jangan lupa follow minfi yaaa (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

the tripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang