[18] She's Multitalented

1.6K 135 36
                                    

♛┈⛧Happy Reading!⛧┈♛
.
.
.
.
.

"Ibi!!! Akhirnya lo sekolah juga!"

"Gimana keadaan lo sekarang? Udah benar-benar sehat 'kan?"

"Sebenernya pulang sekolah hari ini kita mau ke rumah lo buat jenguk lagi, tau-taunya lo udah sehat aja. Syukur deh!"

Libina tersenyum senang dan menerima pelukan hangat dari para sahabatnya, rasanya sungguh bahagia jika memiliki sahabat yang begitu care pada sesama.

Libina jadi menyayangkan persahabatan mereka yang terjalin selama kurang lebih tiga tahun lamanya ini akan terpisah sebab masing-masing mempunyai jalan hidup yang berbeda-beda saat kuliah kelak.

"Aku kangen banget sama kalian!"

"Kita juga, Bi," jawab mereka serempak.

Sambil menyalurkan rasa rindu, mereka segera pergi ke kantin untuk mengisi perut sebelum upacara dimulai.

"Lo gak tau rumor yang lagi hangat-hangatnya nih, Bi?" Queensya bertanya selepas menikmati smoothie-nya.

"Rumor? Rumor apa, Ca?"

"Sahabat kita, Divani, dia dirumorin gangguan jiwa. Katanya ada beberapa murid yang ngeliat tingkah laku Divani yang kayak orang gila lagi kumat, nyeremin banget. Katanya juga sih ada yang sempat videoin. Tapi belum jelas juga rumornya, lo percaya?" Nafira menimpali sesuai pengetahuannya.

"Gak mungkin Libina percaya, Naf, lagian 'kan kita semua yang nemenin gimana Divani dari awal pindah ke sekolah ini. Kita juga tau betul gimana sikapnya, gue bener-bener gak percaya rumor sebelum ada bukti real," ujar Yasmin panjang lebar.

Sontak sahabatnya pun mengangguk setuju, rasanya aneh saja mendengar kabar tak mengenakkan dari salah satu sahabat mereka yang jelas-jelas mereka tahu betul bagaimana orang tersebut. Sungguh mustahil untuk mempercayainya.

"Tapi—ini aku bukan setuju atau mengompori ya, tapi aku sempat ngerasa aneh sama sikap Divani." Libina menggigit pelan bibirnya, terlihat raut penuh kekhawatiran pada wajah cewek tersebut.

"Aneh? Aneh gimana?" tanya Febri.

"Emm, kalian inget gak pas kita nginep di rumah Darren? Terus Divani yang keluar dengan berantakannya? Kalo boleh jujur waktu kita ke toilet bareng, dia emang keliatan kayak keganggu sama sesuatu gitu. Tapi aku gak tau dia ngerasa diganggu sama apa, gerak-geriknya juga aneh banget. Sambil liat ke cermin toilet dengan ekspresi ketakutan, padahal di cermin itu aku liat gak ada apa-apa."

Mereka saling tatap satu sama lain, mencerna kembali dengan lebih spesifik penjelasan Libina. Kemudian mengingat beberapa hal janggal yang sama-sama pernah mereka alami saat bersama Divani.

"Tapi gue juga pernah ngerasa aneh sih sama sikap Divani, waktu itu kita ada jadwal piket bareng. Dia tiba-tiba izin ke gue mau ke toilet bentar, terus—"

Libina tersenyum puas tatkala mendengar sahutan-sahutan cerita menyenangkan dari para sahabatnya, ternyata memanipulasi satu kejadian dapat berdampak besar ke kejadian-kejadian lain.

Orang-orang di sekitar Libina seakan terlalu mempercayai gadis itu, seolah Libina tidak dapat membohongi mereka, seolah Libina tak mungkin berbicara fatamorgana.

Ternyata kepercayaan orang-orang padanya membuat Libina bisa mengambil alih sudut pandang orang lain dan membuat dirinya diposisikan sebagai yang paling benar dan tak mungkin berbuat salah.

Kalau tahu se-menyenangkan ini, mengapa ia tidak menyingkirkan orang-orang pengganggu dirinya dengan cara seperti ini sebelumnya?

Divani, aku tunggu permohonan maafmu.

She's Multitalented [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang