♛┈⛧Happy Reading!⛧┈♛
.
.
.
.
.Libina sedari tadi mondar-mandir tak jelas di dalam kamarnya. Sejak insiden kurang mengenakkan kemarin, dirinya dan Darren sampai pagi ini belum bertegur sapa. Entahlah, cowok itu yang memang sedang sibuk dengan pekerjaan di laptopnya, atau memang tengah berusaha menghindari Libina.
"Duh, aku harus apa ya? Bujuk dia kali ya? Tapi gimana caranya?" monolog cewek itu sambil memegangi dagunya tanda berpikir.
Libina sangat mumet! Padahal kemarin dirinya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat arogan agar bisa mengintimidasi sang lawan, namun usahanya sia-sia karena Darren malah mendiaminya. Seakan-akan hal yang kemarin Libina lakukan salah di mata cowok itu.
Libina sudah menebak kalau Darren akan memberikannya hukuman akibat melanggar peraturan yang sudah ditetapkan—untuk tidak menginjakkan kakinya di ruangan terlarang itu. Namun herannya, sampai sekarang Libina bahkan belum menerima hukuman apa pun.
Ah! Atau Darren mendiaminya seperti ini sebagai bentuk hukuman dari cowok itu? Jika iya, Libina sangat tidak suka! Dirinya lebih memilih melihat sisi pemarah Darren daripada sisi pendiamnya yang menambah kesan menakutkan pada sosok Darren.
Tok!
Tok!
Tok!
"Iya, masuk!" sahut Libina dari dalam.
Dapat dilihat maid pribadinya yang bernama Sitha tengah membungkuk sembilan puluh derajat, selepasnya menegakkan kembali tubuhnya. "Sarapan sudah tersaji, Nona. Tuan Muda meminta Anda untuk sarapan bersama."
Libina mengernyitkan kening. "Kenapa bukan Darren sendiri yang memanggilku ke sini seperti biasa?"
"Maaf, Nona, saya kurang tahu."
Berdecak kesal, cewek itu lantas berkata, "Ya udah, aku ke sana sekarang."
"Baik, kalau begitu saya permisi, Nona."
Melihat kepergian Sitha dari kamarnya, Libina bergegas menyusul maid tersebut untuk segera bergabung bersama Darren di lantai bawah. Langkah kakinya perlahan menapaki anak tangga satu persatu dengan hati-hati, tatapan mata Libina tak lepas dari raga Darren yang kini tengah sibuk dengan laptopnya di ruang makan.
"Good morning," sapanya sambil tersenyum manis. Namun senyuman itu luntur seketika tatkala Darren hanya meliriknya sekilas tanpa membalas sapaannya, membuat Libina menjadi lebih sedih dari sebelumnya. Dengan langkah agak lesu, Libina mulai mengambil tempat duduk tepat di hadapan Darren. "Sejak kapan di mansion ini ada jual kacang?" sindir cewek itu seraya melirik sinis ke arah sang pacar.
Darren mendongak dengan raut wajah heran yang tercetak jelas. "Ada apa, Bi?"
Melihat adanya respons dari yang diajak bicara, membuat Libina menjadi lebih berani. Sambil bersedekap dada, tak lupa memutar bola matanya malas. "Cih, gak usah sok gak tau gitu deh."
Kini, fokus Darren bukan lagi tentang isi dalam laptopnya. Melainkan Libina-lah yang mengambil alih atensinya. "Karena gue gak tau, makanya gue nanya."
"Kamu kenapa cuekin aku dari tadi malem?! Apa karena aku langgar peraturan yang kamu buat itu?! Terus kenapa tadi kamu gak bales sapaan aku?! Udah bosen ya?!" Pertanyaan bertubi-tubi yang seolah menyalurkan betapa marahnya Libina pada Darren membuat cowok itu tersenyum kecil. "Kenapa gitu?! Kenapa senyum-senyum?! Suka ya aku kayak gini?! Cih!"
"Coba sini dulu," pinta Darren sambil mengulurkan tangannya, mengkode Libina untuk duduk di atas pangkuannya.
"APA?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Multitalented [SEGERA TERBIT]
Teen FictionNamanya Libina Arabella. Cewek multitalenta kesayangan Asta High School yang kepopuleran dan eksistensinya tidak dapat diragukan lagi. Tidak melebih-lebihkan, ini adalah faktanya. Pandai dalam berbagai bidang baik akademik maupun non-akademik menjad...