[23] She's Multitalented

465 56 6
                                    

♛┈⛧Happy Reading!⛧┈♛
.
.
.
.
.

Pertunangan Darren dan Libina sudah terlaksana dengan meriah, para tamu undangan berkisar seribu orang termasuk kolega bisnis Om Danapati selaku Papa Darren, para wartawan yang meliput dari awal hingga berakhirnya acara, para keluarga dari kedua belah pihak, teman, beserta sahabat.

Acara pertunangan sekaligus ulang tahun ke-18 Libina mengusung tema futuristik modern dengan dekorasi yang didominasi oleh warna dingin seperti navy blue, abu-abu, dan hitam. Beberapa elemen dekorasi yang digunakan antara lain lampu-lampu neon, kursi bergaya futuristik, meja yang modern, dan tidak lupa dilengkapi oleh dekorasi blue orchid flowers di berbagai tempat.

Kini, Libina tengah merebahkan tubuhnya guna beristirahat selepas melaksanakan acara yang berlangsung selama enam jam lamanya, mulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 3 sore. Acara tersebut dilaksanakan di salah satu ballroom hotel terbaik di ibukota dengan budget yang dikeluarkan berkisar miliaran rupiah.

Libina mulai meregangkan tubuhnya, melihat ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Namun, matanya belum kunjung terpejam. Entahlah, rasanya Libina masih sangat segar bugar walaupun hari ini dirinya sangat sibuk.

Pikirannya melanglang buana, mengingat kembali kehidupan indahnya yang tidak pernah terasa membosankan. Libina tidak menyangka, ternyata dirinya kini sudah memiliki seseorang yang akan hidup selamanya bersama dirinya.

Tadi, selepas acara pertunangan selesai, Libina dan Darren banyak berbincang dan menjadi lebih dekat dengan keluarga masing-masing.

Berdeham singkat, cewek itu merasa tenggorokannya sedikit kering. Melirik ke atas nakas samping tempat tidur di mana selalu tersedia air, namun, kali ini tidak ada apa-apa di sana selain sebuah lampu tidur dan jam weker.

Libina menghela napas, apakah ia harus memanggil Sitha untuk mengambilkannya minum? Tapi, dirinya merasa tak tega karena sudah larut malam, apalagi hanya sebatas air mineral saja.

Libina bimbang, jika ia menginjakkan kaki di lantai utama pada jam segini, berarti dia sudah melanggar peraturan lainnya yang telah ditetapkan Darren, bukan?

Apakah cowok itu akan marah? Namun, kemarin Darren berkata tidak mungkin bisa memarahinya, jadi tidak apa-apa 'kan kalau melanggarnya untuk ke sekian sekali? Lagi pula tidak akan ada yang tahu bahwa ia keluar malam-malam begini.

Mengedikkan bahu, tanpa banyak berpikir akhirnya cewek itu memutuskan turun dari kasurnya. Membuka pintu kamar secara perlahan dan berjalan mengendap-endap selayaknya seorang pencuri, tatapan mata Libina menyusuri setiap sudut ruangan di lantai utama.

Yang terlihat hanyalah kesunyian semata, membuat senyuman terbit di bibirnya. Setelah sampai di dapur, terlihat sudah tidak ada para maid yang berlalu lalang ataupun seorang chef yang biasanya selalu standby. Yeah, tidak heran karena ini sudah larut malam.

Dengan langkah penuh kehati-hatian Libina mengambil sebotol air mineral yang tersedia di dalam kulkas dan meneguknya hingga tandas, seketika tenggorokannya terasa segar.

Namun, cewek itu belum kunjung merasa puas, kali ini ia ingin sesuatu yang hangat dan sebuah camilan sambil menonton drama. Ah, kedengarannya menyenangkan, bukan?

Tanpa banyak berpikir Libina mulai membuka bufet yang ada di sana, ternyata stok camilannya sangat lengkap, mulai dari yang asin hingga manis. Karena Libina berniat untuk membuat cokelat panas, maka cewek itu memilih camilan manis sebagai pelengkapnya.

Setelah berkutat dengan kompor untuk menyeduh cokelat panas, kini Libina berniat kembali menuju kamar. Berjalan perlahan menyusuri lantai utama yang tak terdapat satu pun orang di sana, atensi gadis itu teralih ketika melihat kamar paling ujung di lantai ini yang tidak dijaga oleh para bodyguard seperti biasanya. Apakah setiap malam memang tidak dijaga ketat?

She's Multitalented [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang