11

680 71 12
                                    

Levin berjalan keluar membawa makanan, berniat untuk menikmatinya bersama Dellon di kelas.Namun, ketika baru saja menaiki tangga pertama, suara sesuatu yang jatuh dari atas membuatnya terhenti. Dia terkejut, kemudian dia berlari turun menuju pintu keluar dan berpapasan dengan teman-temannya yang juga berlari dari arah kantin."Kalian juga mendengarnya?" tanyanya dengan napas tersengal.

Mereka mengangguk tanpa bicara. Tanpa pikir panjang, mereka semua bergegas menuju pintu belakang sekolah. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat Dellon tergeletak penuh darah. Alynna menutup mulutnya, terkejut dan gemetar.

"Dellon!" panggil Levin, berjongkok di depan tubuh sahabatnya yang sudah tak bernyawa.

Air mata mereka mengalir deras, tidak percaya bahwa Dellon telah pergi begitu tiba-tiba. "Ayo kita bawa dia ke ruang kepala sekolah!" usul Devan, suaranya gemetar.

Semua setuju. Alexi menurunkan kantong kresek yang ia bawa tadi, dan bersama-sama mereka mengangkat tubuh Dellon. Namun, Levin hanya bisa menangis, tidak sanggup membantu.

Baru beberapa langkah mengangkat tubuh Dellon, matahari sudah mulai tenggelam. Suara gemuruh kelelawar mendekat dengan cepat."Sial! Mereka datang, cepat balik ke kelas!" teriak Erland, melepaskan pegangannya."Ayo cepat lari! Apa yang kalian pikirkan!" desaknya.

Tanpa pilihan lain, mereka terpaksa menurunkan tubuh Dellon dan meninggalkannya di lapangan.

Semuanya berlari masuk ke dalam gedung."Alynna! Ayo cepat!" Arummy menarik lengan sahabatnya yang tiba-tiba berhenti dan menatap kebelakang.

"Levin!" panggil Alynna, melihat Levin yang enggan bergerak. Dia melepaskan tangan Arummy. "Cepat masuk ke kelas, aku akan menyusul!" katanya, berlari kembali menuju Levin.

Yose melihat Alynna dan ikut mengejarnya, sementara Arummy ditarik Willy menaiki tangga.

"Levin! Ayo pergi!" Alynna mencoba menarik tangannya.

Levin menghempaskannya. "Enggak, aku gak bisa ninggalin Dellon lagi!" Tangisannya pecah, memeluk tubuh sahabatnya.

"Apa yang lo lakuin?Cepat pergi!" Yose datang dan menarik Levin dengan paksa. Dibantu Alynna, mereka akhirnya berlari masuk ke gedung. Detik berikutnya, kelelawar menabrak pintu kaca dengan keras.

Mereka berlari menaiki tangga pertama, menuju tangga kedua untuk mencapai kelas. Kelelawar mengejar, suara sayapnya mengerikan.

"Ayo cepat masuk!" panggil Alva dari pintu kelas.Ketiganya bergegas masuk, dan Alva menutup pintu dengan cepat.

"Alynna! Lo gak apa-apa?" tanya Arummy cemas. Alynna mengangguk, lalu memeluk sahabatnya erat-erat.

Levin berjalan ke jendela, menutup mulut sambil menangis. Teman-temannya mendekat, melihat ke bawah. Dari atas sana mereka melihat tubuh Dellon sedang digerogoti kelelawar.

Kini suasana kelas kembali berkabung. Belum lama mereka menangisi kehilangan Hitto, sekarang harus meratapi kepergian Dellon.

Sebagian dari mereka duduk di kursi yang terdapat di meja memanjang yang berada di tengah."Gue gak nyangka Dellon bakal senekat ini," ucap Devan pelan.

"Si bodoh itu, kenapa dia harus bunuh diri!" Jimmy menghapus air matanya.

"Padahal dia kayak orang benar selalu ceramahin gue. Gue gak nyangka dia bakal lakuin ini," tambah Laura, yang sering berdebat dengan Dillon karena mereka duduk bersebelahan.

Alexi duduk, membuka kantong kresek yang ditentengnya sedari tadi. "Dellon, maafkan gue. Gue juga sedih kehilangan lo, tapi gue belum sempat makan tadi."

"Bego! Sempat-sempatnya lo makan saat begini!" Alva menepuk bahunya.

"Ya mau gimana lagi, gue lapar. Kalian kalau mau, ambil aja," tawar Alexi, namun yang lain hanya diam, tenggelam dalam duka.

LOST IN CLASS [ TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang