◇
"Rachel Jun?"
Seokjin mengulang nama yang baru saja disebutkan oleh wanita yang baru saja ia kenal itu. Seokjin mendapatkan undangan dari seorang desainer di Italia asal Korea Selatan bernama Jeon Jongseo. Wanita itu menjadi desainer untuk Balenciaga dalam proyek kolaborasi untuk seri desain Asia. Sore ini, Jongseo mengundangnya datang ke studionya di kawasan Seongdong.
Seokjin dibuat terpukau dengan betapa elegannya Jongseo yang meski kini hanya mengenakan kaus panjang ketat hitam dan celana jeans biru tua tetap nampak cantik. Rambut panjangnya diikat biasa ekor kuda. Selama hampir satu jam mengobrol santai di studionya, Seokjin bisa merasakan aura maskulin dominatif yang dimiliki Jongseo membuat wanita itu semakin menarik.
"Ya" jawabnya. "Aku memakai nama itu saat bersekolah di Kanada dulu"
Seokjin mengangguk kepalanya paham. Ia mengamati kembali ruang studio desain mode yang tidak terlalu luas itu. Jongseo bilang kalau dia memang jarang bekerja di Korea Selatan. Studio ini dia bangun hanya untuk bersenang-senang saat sedang ada di negara asalnya itu.
Studio Jongseo tetap terasa nyaman meski sedikit berantakan dengan manekin berdiri dan beberapa kain serta kertas berserakan di atas meja kayu yang panjang. Seokjin dan Jongseo duduk bersebelahan dengan kursi panjang untuk bekerja menggambar dan detail lain. Yang sangat Seokjin suka adalah meja bekerja itu menghadap keluar gedung studio langsung. Mereka bercakap ditemani dua cup kopi sembari menatap indahnya Sungai Han sore hari.
"Jadi, kau pernah bersekolah di luar Korea Selatan?" tanya Seokjin usai meneguk kopi susu miliknya. "Maksudku selain ketika kau sedang berkuliah"
Jongseo menyeruput kopi hitam miliknya sejenak kemudian mengangguk memberi jawaban.
"Justru hidupku kuhabiskan di luar Korea Selatan" jawab Jongseo dengan tatapan mengambang ke luar jendela. "Aku lahir di Seoul kemudian saat remaja keluargaku pindah ke Kanada sampai akhirnya aku memilih jalan hidupku sendiri bersekolah desain mode ke London"
"Kau berkuliah di London?" tanya Seokjin kembali dengan antusias.
"Sebenarnya dulu aku bersekolah di New York karena orang tuaku melarangku pergi jauh dari Kanada" kekeh Jongseo. "Tapi kuakui para professor di sana agak cukup menyebalkan??"
Seokjin tertawa kecil menanggapinya. Ia juga harus akui kalau Jongseo termasuk wanita yang berani saat bicara.
"Lalu kau pindah ke London?" tanya Seokjin mencoba menebaknya.
"Benar" jawab Jongseo. "Cukup sulit tapi aku akhirnya berhasil dan mengikuti salah satu seniorku untuk rumah modenya di Italia sampai akhirnya aku bisa memiliki label karier desainku sendiri"
Seokjin menganggukkan kepala kemudian ia mengentukkan jarinya ke meja beberapa kali tanda ia mengerti arah pembicaraan yang Jongseo bawa. Awalnya mereka agak canggung karena pertemuan pertama kali. Namun, pembicaraan yang bermula dari membahas cuaca berakhir berbagi cerita pribadi di masa lalu. Seokjin rasa Jongseo cukup satu tipe dengannya.
"Bagaimana rasanya menjalani hampir seluruh hidupmu di luar Korea Selatan?" tanya Seokjin usai hening sesaat.
"Senang karena aku bisa melihat dunia" jawab Jongseo sambil menganggukkan kepalanya kecil. "Tapi aku juga rindu pada semua hal di sini, terlebih belakangan ini"
Seokjin sedikit paham tentang hal itu. Saat ia memulai karir di usia lima tahun, Seokjin cukup sedih harus meninggalkan distrik Gwacheon yang merupakan kampung halamannya. Padahal rumahnya sendiri bahkan hanya berkisar satu jam dengan Seoul. Seokjin tak bisa bayangkan rasanya menjadi Jongseo yang harus pergi selama puluhan tahun dari Korea Selatan demi karir yang diimpikannya.