seven

557 46 7
                                    

"Yakin tidak jadi ke Louvre?"

Seokjin bertanya dengan nada menggoda pada Soobin yang duduk dengan bersandar pada bahunya. Putranya itu sejak tadi terus saja mengeluh pusing dan akhirnya duduk lemas selama di bus yang membawanya berkeliling Kota Paris itu. Soobin seharian sudah penuh semangat mengajak Namjoon dan Seokjin berkeliling ibukota Prancis itu.

Usai pertimbangan panjang yang sangat berat, Seokjin lalu memilih menghubungi Namjoon untuk menyatakan kesediaannya menyusul ke Prancis.

Dua hari lalu, Seokjin berangkat sendirian dari Incheon dan langsung dijemput oleh Soobin dan Namjoon di Prancis. Sepanjang perjalanan mobil menuju ke hotel, Soobin tak henti berceloteh terkait pengalaman pertamanya dalam menonton salah satu club bola favoritnya yang bermain di Liga Prancis itu, PSG. Terlebih karena Namjoon berhasil mendapatkan tiket menonton di Parc des Princes yang merupakan stadion kandang dari club Paris Saint-Germain.

Hari ini juga tak jauh berbeda dengan hari lalu. Soobin punya segudang rencana mulai dari Versailles hingga ke Louvre. Namun, remaja yang baru berusia tiga belas tahun itu mendadak lemas dan mengeluh pusing usai berjalan cukup jauh. Padahal Soobin sendiri yang mengajukan pada Namjoon agar mereka melakukan mobilisasi dengan bus agar lebih mendapatkan suasana dari Paris. Namun, putranya justru kelelahan.

"Pulang ke hotel saja" keluh Soobin manja sambil memeluk tubuh Seokjin tak peduli jika ia masih berada di dalam bus.

Namjoon yang berdiri berpegangan pada handle grip di bus tepat di sebelah Seokjin lalu terkekeh melihat kelakukan dari putra semata wayangnya pada Ibunya itu.

"Kau nanti menyesal tidak jadi ke Louvre" ungkit Namjoon lagi pada Soobin.

Soobin menggeleng kembali. "Besok saja"

"Ayah besok siang terbang ke Milan" jawab Namjoon mengingatkan Soobin.

"Aku dan Ibu, berdua saja"

Bersamaan dengan itu, bus yang mereka naiki telah sampai di pemberhentian yang menjadi tujuan yaitu dekat dengan hotel tempat mereka menginap. Seokjin lantas merangkul Soobin untuk membantunya turun dari bus agar tak terjatuh. Namjoon berjalan di belakang keduanya, bermaksud memastikan Soobin tidak jatuh dan Seokjin tidak terluka karena itu.

Namjoon memesan kamar hotel dengan connecting room yang berlokasi tak jauh dari stadion milik club PSG dan juga ada di pinggiran dekat Sungai Seine.

Sesampainya di kamar yang merupakan kamar milik Namjoon dan Soobin, Seokjin membaringkan Soobin pada salah satu bed kasur agar putranya itu berbaring sejenak. Seokjin mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang sembari mengusap lembut helaian rambut Soobin yang sedikit berantakan.

"Masih pusing?" tanya Seokjin lembut.

Soobin hanya mengangguk lemah.

"Kelelahan dan sisa jet lag" kekeh Namjoon lalu mengusak rambut Soobin gemas.

Seokjin membungkukkan tubuh agar dapat mengecup pelipis Soobin lembut. Seokjin meringis kecil mendapati putranya sudah bau keringat yang bercampur matahari.

"Mandi dulu, Sayang" ujarnya. "Ibu siapkan pakaian gantimu sambil Ayahmu memesan makan malam"

Soobin menggeleng lagi kemudian justru bergelung di ranjangnya dan memejamkan kedua matanya erat.

"Aku mau tidur"

"Mandi dan makan dulu baru tidur" usul Seokjin bermaksud agar Soobin tidak lagi merasakan pusing.

"Tidak mau!" tolak Soobin merengek kesal.

"Soobin..." panggil Seokjin membujuk.

Soobin menggerung kesal. "Nanti!"

Wave [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang