seventeen

516 50 8
                                    

"Cut!"

Seokjin buru-buru menangkup wajah dari aktris yang lebih muda di hadapannya saat sutradara memotong adegan. Aktris muda yang beradu akting dengan dirinya untuk series itu baru saja mendapatkan sebuah tamparan dari Seokjin. Ia mengusap pipi kiri wanita muda itu dengan ekspresi yang sangat khawatir akan aktris muda itu.

"Itu pasti sakit sekali, Jaeyi!" sesal Seokjin sambil mengusap lembut pipi aktris itu. Ia baru saja menamparnya dengan keras.

Yang dipanggil Jaeyi hanya tertawa ketika Seokjin mengkhawatirkannya seperti itu.

"Ah, Ibu menamparku sangat keras!" keluh Jaeyi main-main menggunakan peran yang mereka lakoni dalam series televisi ini. "Ini lebih keras dari yang sebelumnya"

Seokjin menarik tubuh aktris muda itu ke dalam pelukannya. Ia berperan sebagai Ibu dari aktris daun muda bernama Kim Jaeyi dalam series yang mereka bintangi. Seokjin baru-baru ini mengambil tema makjang dalam proyek terbarunya.

Sementara itu, kru di pengambilan adegan mengerumuni monitor yang menampilkan hasil adegan tadi. Seokjin merangkul Jaeyi agar mereka ikut mendekat dan melihat hasilnya. Seokjin tersenyum kecut ketika melihat ekspresi wajahnya yang harusnya tampak marah itu justru terlihat agak kaku dan tidak seluwes aktingnya biasanya. Ia tak menyukai hasilnya meskipun sutradara kini tampak manggut-manggut puas.

"Maaf..." sesal Seokjin pada sutradara dan juga seluruh kru sambil menundukkan kepalanya rendah karena merasa kurang puas. "Kurasa aku agak kurang menunjukkan ekspresi marah tadi. Wajahku terlihat kaku"

Sutradara mengerutkan dahi karena ia tidak mempermasalahkan pengambilan adegan tadi. "Tapi kurasa sudah cukup bagus"

"Aktingku agak kurang senatural adegan yang sebelumnya" tolak Seokjin masih teguh pada pendiriannya menganggap aktingnya kurang totalitas.

"Kau sepertinya sedang agak kelelahan, Nona Seokjin" ucap sutradara itu mencoba memahami ketidakpuasan dari aktris terkenal itu.

Sutradara jelas mengerti kalau Seokjin selalu berusaha memberikan yang terbaik. Wajar jika Seokjin ingin adegan itu diulang.

"Istirahat dulu, Nona Seokjin" lanjut sang sutradara iba melihat raut wajah Seokjin memang tampak pucat. "Kau tampaknya butuh tidur sejenak. Kita akan ulang lagi adegan itu satu jam lagi"

"Aku akan mencobanya sekali lagi" tolak Seokjin karena tak enak hati dengan tim dan pemeran lainnya. "Yang kali ini pasti akan lebih baik dari yang tadi!"

"Jangan memaksakan diri!" tolak sutradara lagi dengan iba. "Kami akan mengambil adegan lain sementara kau istirahat dulu lalu kita ulang dengan hasil lebih baik lagi"

Jaeyi memeluk lengan Seokjin lembut dan menatap sang aktris senior dengan sorot tatapan memohon agar Seokjin setuju.

"Baiklah aku akan istirahat sebentar" ucap Seokjin akhirnya mengalah.

Sebenarnya Seokjin sangat tidak enak hati sudah bertindak kurang profesional seperti ini. Namun, ia akan jauh merasa lebih tak enak hati jika memaksakan diri. Seokjin lalu menundukkan kepalanya ke seluruh tim di studio untuk berpamitan sejenak. Ia berjalan ke luar bilik studio dan langsung disambut oleh Jungkook yang menatapnya dengan pandangan sangat khawatir.

"Ada apa denganmu?" tanya Jungkook kini mulai khawatir sambil merangkul bahu Seokjin dan menuntunnya berjalan untuk kembali ke mobil van mereka.

Seokjin tak menjawab tetapi ia memukul dada kirinya berulang kali. Ada gelenyar aneh di dada kirinya sejak pagi tadi yang membuat Seokjin sangat gelisah dan tidak bisa fokus berakting. Ia menyandarkan tubuhnya pada tubuh kekar berotot milik Jungkook itu sambil berusaha untuk terus mengatur napasnya yang mulai tersengal.

Wave [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang