sixteen

471 50 11
                                    

"Nenek tahu kau sangat suka mandu"

Seokjin lalu tersenyum tipis melihat cara Nyonya Yeseo memanjakan Soobin sejak tadi. Ibu dari Namjoon itu selalu punya sisi lembut yang hanya diperlihatkan ke cucu kesayangannya itu. Ayah dari Namjoon tak jauh berbeda juga. Tuan Jaewon tidak akan melewatkan kesempatan walau sebentar saja untuk berdekatan dengan cucunya itu.

Maka dari itu, acara makan malam yang sudah diatur Nyonya Yeseo ini membuat Seokjin canggung. Soobin duduk dengan diapit Nyonya Yeseo dan Tuan Jaewon yang sama-sama ingin berdekatan dengan cucu pertama mereka itu. Sementara itu, Seokjin duduk bersebelahan dengan Jongseo dan di sebelah wanita itu adalah Namjoon.

Ini adalah pertama kalinya Soobin bertemu dengan Jongseo sebagai calon istri dari ayahnya.

Seokjin sebenarnya tidak mau datang pada acara memalukan seperti ini. Orang gila mana yang mau datang ke pertemuan di antara mantan kekasihnya dengan wanita yang menjadi tunangannya. Seokjin jelas tak mau datang sebenarnya. Namun, ia tak bisa membayangkan betapa ketakutannya Soobin nanti saat tahu bahwa teman dari ibunya akan menjadi istri dari ayahnya. Ia khawatir Soobin mengalami kepanikan lagi seperti saat sebelumnya. Oleh karena itu, Seokjin menurunkan egonya untuk hadir di acara makan malam ini. Setidaknya Seokjin ada di sana apabila terjadi sesuatu dengan Soobin nanti.

Akan tetapi, Soobin hanya diam saat sang nenek dan kakek memberitahunya tentang status Jongseo sebagai tunangan dari sang ayah. Seokjin mengamati lekat ekspresi di wajah Soobin. Putranya itu hanya berwajah datar dan diam tanpa kata. Soobin sempat menyapa Jongseo tetapi putranya itu lebih banyak diam dan hanya makan sejak tadi.

"Biar Kakek pesankan mandu lagi" ucap Tuan Jaewon dengan kekehan khas orang tua melihat mangkuk kedua Soobin yang berisi mandu itu habis.

"Aku sudah kenyang, Kakek" tolak Soobin dengan cara yang halus dan sopan.

"Tidak apa-apa" balas Tuan Jaewon. "Nanti Kakek akan bawakan pulang kalau malam nanti kau masih ingin mandu"

Soobin menggeleng pelan. "Aku tidak mau makan mandu lagi malam nanti, Kakek"

"Baiklah kalau begitu"

Namjoon lalu menatap Soobin yang duduk berhadapan dengan Jongseo. Putranya itu tampak lesu. Namjoon jelas tahu sebabnya dan ia merutuki dirinya karena tak mampu melawan semua ini.

Seokjin meraih tisu untuk membersihkan sudut mulutnya. Ia tak makan banyak kali ini. Sebenarnya tak ada orang yang makan dengan benar malam ini. Namjoon hanya memakan sepotong steak sapi. Jongseo juga hanya makan jjampong dan Seokjin yang tidak berselera hanya makan mandu sama seperti yang dimakan oleh Soobin. Seokjin lalu menuang air mineral ke gelas dan meneguknya perlahan.

Ia melirik sekilas ke arah Jongseo yang duduk di sebelahnya. Jongseo tampak tak senang. Wajah cantiknya tampak datar dan kaku. Seokjin bisa memahami kalau wanita itu juga tak menyukai situasi ini. Namun, Namjoon dan Jongseo sudah melakukan pertemuan keluarga di minggu lalu yang artinya mereka berdua sudah bertunangan. Seokjin tak melihat ada kedekatan apapun di antara Jongseo dan Namjoon. Keduanya masih tampak canggung dan kaku.

Namun, Seokjin bisa menyadari cincin di jari tengah Jongseo yang biasanya tidak pernah Seokjin lihat sebelumnya.

Seokjin bisa mengerti. Jongseo mungkin memang tidak berhasrat menikah dengan Namjoon. Wajar jika teman yang belum lama Seokjin kenali itu tampak tak terlalu senang dengan acara ini. Seokjin berpikir mungkin Jongseo terjebak pilihan ibunya seperti Namjoon sekarang.

"Bagaimana, Sayang?" tanya Nyonya Yeseo ke Soobin dengan nada bicara lembut. "Kau senang makan malam bersama kali ini?"

Soobin memberikan anggukan kecil yang kelihatan berat dilakukannya.

Wave [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang