eight

489 45 4
                                    

"Kumohon jangan sakiti anakku, Tuan Kim"

Seokjin hanya dapat menangis sesegukan sambil berlutut merendah tepat di depan sosok pria tua yang tiba sejak sebelum ia melahirkan anaknya ke dunia. Seokjin yang semula hanya frustasi karena persalinan kini harus menanggung beban yang makin berat usai namanya melambung di media. Entah bagaimana ada yang mengetahui ia sedang mengandung. Pemberitaan media bahkan mengetahui jika janin yang Seokjin kandung adalah anak dari salah satu pria dari keluarga konglomerat Korea Selatan.

Baru beberapa jam usai Seokjin melakukan persalinan. Seokjin bahkan belum sempat memberikan asi untuk anaknya. Namun, pemilik dari bisnis Ocean Group itu sudah datang ke kamar rawat inapnya bersama dengan kakek dan nenek dari anaknya. Pria yang berambut total putih dengan tubuh agak kurus kecil itu memandanginya tajam penuh rasa ketidaksukaan dan kemarahan. Seokjin bisa mengerti karena ia memilih melahirkan cicit dari pria itu tanpa adanya status pernikahan.

"Tolong jangan ambil anakku, Tuan Kim" pinta Seokjin dengan menangis hebat dan penuh rasa ketakutan akan dipisahkan dari anak yang baru saja ia lahirkan ke dunia.

"Tapi bayi itu cicitku, Nona Kim" jawab pria tua yang merupakan kakek dari Namjoon itu. "Dia memiliki darah keluargaku"

"Tapi dia anakku, Tuan Kim!" tangis Seokjin dengan rasa sakit. "Jangan pisahkan aku dengan anakku! Anakku membutuhkanku sebagai ibunya"

"Kakek!"

Sebuah suara dari pria yang sangat Seokjin kenal itu mendadak mengisi ruang kamar inapnya. Namjoon datang dengan terburu dan napasnya terlihat sangat tersengal. Ia masuk ke kamar rawat inap Seokjin lantas menutup pintunya kembali hingga hanya menyisakan ketiganya di dalam.

"Kakek..." panggil Namjoon dengan suara memohon tepat di hadapan pemilik dari gurita bisnis besar di Korea Selatan itu. "Kita bicarakan berdua saja, tolong jangan libatkan Nona Seokjin"

"Aku ingin bicara dengan Nona Kim" tegas pria bernama Kim Sanghoon itu. "Bukan denganmu, Namjoon!"

Namjoon menggeleng frustasi mendengar penegasan yang kakeknya berikan.

"Kakek, bayi itu anakku dan Nona Seokjin adalah ibu dari anakku!" jawab Namjoon penuh dengan ketegasan dan penekanan. "Kakek bisa bicara denganku jika itu akan menyangkut mereka berdua karena aku yang bertanggung jawab di sini"

"Bertanggung jawab?!" bentak Sanghoon dengan nada yang tiba-tiba meninggi. "Apa yang kau tahu tentang tanggung jawab?! Kau meniduri seorang wanita sampai hamil dan kau baru mengetahui kalau wanita itu mengandung anakmu dari berita kaleng?! Itu yang kau anggap tanggung jawab?!"

Bohong jika hati Namjoon tak terasa sakit mendengar bentakan yang Kakeknya baru ucapkan padanya. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya dibentak oleh sang Kakek.

"Aku memperlakukanmu dengan istimewa berbeda dengan pada adikmu dan bahkan para sepupumu!" geram Sanghoon dengan nada yang masih tinggi. "Kau memuaskan kakekmu ini dalam urusan pekerjaan tapi kau ini sangat mengecewakanku dengan tingkahmu yang tidak bermoral!"

Namjoon menarik napas panjang berusaha membuat dirinya menjadi semakin tegar menghadapi sang Kakek meski tubuhnya kini gemetaran luar biasa.

"Apa yang akan Kakek lakukan?" tanyanya dengan suara getir.

"Kau bilang bayi yang dilahirkan Nona Kim adalah anakmu, bukan?" tanya Kakeknya.

Namjoon mengangguk sebagai jawaban.

"Bayi itu memiliki darah keluarga kita dan sudah sepantasnya kita yang merawatnya"

"Jangan, Tuan Kim!" jerit Seokjin histeris saat mendengar ucapan Sanghoon. "Aku mohon jangan ambil anakku! Jangan membuatku berpisah dari anakku!"

Wave [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang