thirteen

327 43 5
                                    

ttiiinnnn....

Seokjin menekan klason mobilnya ketika ia dipotong di pertigaan jalan kecil. Seokjin berdecak marah menatap mobil tipe sedan hitam itu. Seokjin lalu kembali melajukan mobilnya. Ia kali ini pergi sendirian tanpa Jungkook. Seokjin menyetir mobil miliknya sendiri dari apartemen menuju ke Ocean Tower. Seokjin sebenarnya sudah lama tidak menyetir mobil sendiri. Namun, ia saat ini dikuasai amarah sehingga melaju di jalanan dengan kecepatan tinggi.

Sepanjang jalan ia menggeram marah dan meremas kuat setir mobil mercedesnya itu. Ia membayangkan apa saja yang perlu ia katakan pada Namjoon saat mereka sudah bertemu nanti. Seokjin tidak punya pilihan selain mendatangi Namjoon di kantornya. Ia tak mungkin datang ke rumah pria itu karena justru akan memancing keributan dengan Nyonya Yeseo. Seokjin juga sudah tak sudi membuat janji pergi berdua jika hanya untuk melampiaskan amarahnya.

Seokjin melajukan mobilnya melalui jalan di depan lobi utama. Seokjin menarik tuas handrem kemudian melepas safety belt yang ia kenakan. Seokjin lantas meraih tas mewahnya di kursi penumpang depan lalu tanpa menunggu lagi, ia turun dari mobil mewahnya itu. Seorang satpam bergegas menghampirinya dan Seokjin menyerahkan kontak mobilnya itu.

"Tolong, antarkan lagi ke resepsionis lantai tiga puluh"

"Baik, Nona Seokjin"

Seokjin melangkahkan kakinya memasuki lobi yang sangat luas dari Ocean Tower itu. Seorang satpam lain berjalan dengan cepat mengikutinya di belakang. Seokjin memilih mengabaikan satpam itu. Ia mengeluarkan id card miliknya dari dalam tas bermerk louis vuitton dengan jenis diane. Seokjin melakukan tap in pada sensor security gate kemudian ia berjalan ke lift paling ujung yang diperuntukkan bagi para executives.

Seokjin menekan tombol lantai tiga puluh yang merupakan lantai teratas dari gedung korporasi tersebut. Begitu pintu lift telah tertutup, Seokjin mematut dirinya di kaca dalam lift. Ia mengenakan inner fit body hitam dan juga mengenakan long cardigan hitam hingga sebatas betis. Ia memakai celana panjang hitam dan stiletto hitam. Seokjin yang biasanya senang menggerai rambut indahnya kini memilih mengikat rambutnya model messy bun hingga leher jenjang indahnya kini nampak.

Pintu lift terbuka dan ia langsung turun lalu berjalan menuju ke meja resepsionis di lantai teratas itu. Lantai tiga puluh hanya berisi ruangan dari jajaran direksi dan juga jajaran komisaris dari korporasi Ocean itu. Resepsionis wanita yang Seokjin kenali itu langsung berdiri saat melihat Seokjin kini tiba dan berjalan mendekatinya.

"Selamat siang, Nona Seokjin" sapanya lalu membungkukkan badannya sopan.

"Apa Namjoon ada di ruangannya?" tanya Seokjin langsung ke intinya.

"Apa Nona Seokjin belum membuat janji dengan Tuan Namjoon?" tanya resepsionis itu dengan hati-hati.

"Belum" jawab Seokjin singkat.

Resepsionis itu menundukkan kepalanya dalam agak takut dengan aura dan sikap Seokjin yang berbeda dari biasanya. Semua orang di perusahaan itu mengenal Seokjin sebagai pribadi yang ramah seperti citra diri yang selalu Seokjin tampakkan pada layar televisi. Namun, kali ini Seokjin tak seperti Seokjin yang biasanya. Ia tampak dingin dan ketus.

"Baik, biar saya cek jadwal Tuan Namjoon di kantor hari ini" ucapnya segera.

Seokjin bersandar pada meja tinggi dari resepsionis itu sementara perempuan tadi dengan pakaian rapi dan make up tebal itu mengecek layar komputernya.

"Tuan Namjoon satu jam lalu sedang rapat dengan tim Corporate Business Planning di ruang rapat Atlantik" lapor resepsionis itu pada Seokjin. "Di sini tertera kalau ruang rapat Atlantik sudah kosong artinya rapat sudah selesai, Nona. Tapi saya belum lihat Tuan Namjoon kembali ke ruangannya. Mungkin sebentar lagi"

Wave [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang